Selasa, 31 Januari 2012

Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur: Harmoni Bumi dan Langit


By Awang HS
Situs arkeologi Gunung Padang di Kabupaten Cianjur belum tentu diketahui semua orang. Padahal, situs megalitik ini, dengan luas 3 ha, diklaim sebagai situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Tentu sangat disayangkan bila kita tak mengenalnya. Kabupaten Cianjur berkehendak ingin menjadikan situs ini sebagai andalan tujuan wisata sekaligus pendidikan.
Sabtu 19 Februari 2011 yang lalu, bersama sekitar 60 orang saya mengunjungi situs ini dalam acara “jajal geotrek Gunung Padang”. Para peserta acara ini berasal dari berbagai kalangan dan profesi di masyarakat dan pemerintah daerah. Jajal geotrek ini diorganisasi Truedee Publishing, Bandung dengan pemandu lapangan (interpreter) berasal dari kalangan geologist (Pak Budi Brahmantyo ITB), archaeologist (Pak Lutfi Yondri dari Balai Arkeologi) dan budayawan (Pak Lucky Hendrawan, sekolah seni Bandung). Saya diajak penyelenggara jajal geotrek ini untuk mengamati situs ini dan barangkali bisa memberikan penafsiran bersifat ‘multidimensi’.
gunungpadang02Rombongan berangkat dari Bandung menggunakan bus dan kereta api ekonomi. Rombongan bertemu dengan peserta dari luar Bandung (Jabodetabek) di kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Cianjur. Rombongan jajal geotrek Gunung Padang menggunakan bus tanggung dan berbagai kendaraan jeep dan sejenisnya serta motor berangkat dari Cianjur menuju Warungkondang-Lampegan. Kondisi jalan sampai Lampegan bervariasi dari buruk-bagus.
Setelah mengunjungi terowongan historis rel kereta api dan stasiun Lampegan yang dibangun pada 1879-1882, rombongan menuju target utama yaitu situs Gunung Padang. Jalan ke arah situs ini merupakan areal perkebunan teh dan karet. Kondisi jalan terlalu berbahaya untuk bus, maka hanya kendaraan jeep dan sejenisnya serta motor yang bisa meneruskan sampai di lokasi situs.
Situs Gunung Padang terletak di puncak sebuah bukit, untuk mencapainya dari dasar, maka harus meniti tangga curam setinggi 95 meter terbuat dari tiang-tiang batuan andesit yang ditidurkan sebanyak hampir 400 anak tangga. Tentu saja ini melelahkan, membuat dada sesak dan kaki pegal. Tetapi kelelahan itu terbayar dengan betapa menakjubkannya pemandangan di atas ke sekeliling bukit dan bangunan situs megalitiknya sendiri. Di pelataran situs megalitik ini, para peserta mendengarkan para interpreter menjelaskan situs ini dari berbagai pendekatan keilmuan, berdiskusi, juga melihat-lihat ribuan tiang-tiang batu andesit basaltik dan basal membentuk tiang-tiang bersisi empat atau lima yang disusun sedemikian rupa untuk berbagai fungsi.
Semua bangunan megalitik di seluruh dunia yang dibangun pada masa prasejarah (mis.: Piramida, Mesir dan Stonehenge, Inggris) atau masa sejarah (Machu Picchu, Peru) dibangun dengan mempertimbangkan posisi “geomantik” (posisi bangunan terhadap unsur-unsur alam di Bumi seperti gunung dan mata angin) atau “astromantik” (posisi bangunan terhadap garis edar rasi-rasi bintang, planet atau Matahari). Untuk keperluan meneliti posisi geomantik situs Gunung Padang ini saya membawa kompas orientasi Sunto dan GPS tipe 60CSx yang akan dipakai untuk mempelajari lokasi, ketinggian dan orientasi situs ini terhadap arah mataangin dan semua gunung/bukit di sekitarnya.
gunung-padang-foto-hendijoSebelum berangkat ke sini, saya juga sudah melakukan pemrograman astronomik menggunakan software ‘planetarium’ untuk melihat peta langit saat situs ini dibangun. Software ini memungkinkan pelacakan peta langit ribuan tahun ke masa lalu. Ini saya lakukan untuk melihat posisi astromantik situs Gunung Padang.
Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris, berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borrobudur, juga berbeda dengan punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak Sibedug di Banten Selatan. Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja ke mana bangunan ini menghadap.
Lokasi situs Gunung Padang berada di titik 06°59,522′ LS dan 107°03,363 BT. Situs Gunung Padang terdiri atas lima teras (tingkatan). Dasar situs terdapat di ketinggian 894 m dpl, data setiap teras adalah sebagai berikut:
1. teras pertama berada pada ketinggian 983 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 335° UT,
2. teras kedua berada pada ketinggian 985 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 337° UT,
3. teras ketiga berada pada ketinggian 986 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 335° UT,
4. teras keempat berada pada ketinggian 987,5 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 330° UT,
5. teras kelima berada pada ketinggian 989 m dpl, arah teras menghadap ke azimut 345° UT.
Data koordinat GPS untuk setiap teras ada, tidak saya sertakan di sini karena terlalu detail, tetapi dari teras 1-5 tersusun dari utara ke selatan.
Berdasarkan data di atas, tinggi punden berundak situs Gunung Padang adalah 95 meter dengan arah utama teras menuju utara baratlaut dengan rata-rata azimut 336,40 ° UT. Seluruh teras situs Gunung Padang ini mengarah kepada Gunung Gede (2950 m dpl) yang terletak sejauh sekitar 25 km dari situs ini.
Bahan bangunan pembuat situs adalah batu-batu besar andesit, andesit basaltik, dan basal berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter berdiameter dominan 20 cm. Tiang-tiang batuan ini mempunyai sisi-sisi membentuk segibanyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau lima sisi (pentagon). Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang berbeda-beda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya, teras ke-3 sampai ke-5 merupakan teras-teras yang jumlah batuannya tidak banyak.
Situs Gunung Padang pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh peneliti kepurbakalaan zaman Belanda: N.J. Krom. Laporan pertama tentang Gunung Padang muncul dalam laporan tahunan Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 (Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie). N.J. Krom tidak melakukan penelitian mendalam atasnya, hanya menyebutkan bahwa situs ini diperkirakannya sebagai sebuah kuburan purbakala. Situs ini kemudian dilaporkan kembali keberadaannya pada tahun 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik kebudayaan dari pemerintah daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup mendalam secara arkeologi meskipun masih menyisakan berbagai kontroversi. Para ahli arkeologi sepakat bahwa situs ini bukan merupakan sebuah kuburan seperti dinyatakan oleh Krom (1914), tetapi merupakan sebuah tempat pemujaan.
Pengamatan di lapangan; pengukuran posisi, ketinggian dan azimut setiap teras; pengolahan data posisi situs menggunakan program astronomi (”arkeoastronomi); memperhatikan semua keterangan para interpreter serta diskusi-diskusi dengan para peserta; membawa saya kepada sebuah kesimpulan yang pada intinya adalah bahwa situs megalitikum Gunung Padang adalah sebuah situs megalitikum prasejarah yang dibangun untuk keperluan penyembahan dan dibangun pada posisi yang telah memperhatikan geomantik dan astromantik.
Tentang umurnya, ada yang berpendapat bahwa situs ini dibangun pada masa Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda sekitar abad ke-15 karena ditemukan guratan senjata kujang dan ukiran tapak harimau pada dua bilah batu. Tetapi para ahli arkeologi berpendapat bahwa situs ini umurnya adalah 1500 SM berdasarkan bentuk monumental megalit dan catatan perjalanan seorang bangsawan dari Kerajaan Sunda, Bujangga Manik , yang semasa dengan Prabu Siliwangi, yang menulis bahwa situs ini sudah ada sebelum Kerajaan Sunda. Dan, tidak mungkin Bujangga Manik tidak tahu kalau situs ini dibangun oleh Kerajaan Sunda sebab ia pun seorang bangsawan dari Kerajaan Sunda. Tidak ditemukannya artefak berupa manik-manik atau peralatan perunggu menyulitkan penentuan umur situs ini. Kebanyakan artefak megalitik di Indonesia dan Asia Tenggara ditemukan pada saat Kebudayaan Dongson (500 SM) berlangsung (Sukmono, 1977, 1990).
Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geologi sebab ia dibangun memanfaatkan sebuah bukit punggungan/puncak lava andesit basaltik dan lava basaltik berumur Pliosen (2,1 juta tahun, lihat peta geologi lembar Cianjur - dipetakan oleh Mang Okim, 1973, direvisi 2003 dan lembar Sindangbarang) yang terbuat dari tiang-tiang batuan andesit dan basal yang telah terlepas secara alami karena retakan oleh pendinginan lava (kekar tiang, columnar jointing). Batu-batu tiang ini kemudian ditambang oleh manusia pada zaman itu untuk membangun punden berundak-undak.
Situs megalitikum Gunung Padang telah dibangun dalam harmoni geomantik untuk tujuan religiositas berupa penyembahan Sang Hyang atau sang penguasa alam saat itu yang oleh manusia pada masa itu diyakini bermukim di puncak Gunung Gede. Gunung dalam kosmologi agama purba Jawa adalah personifikasi pemberi dan pengambil (Magnis-Suseno, 2006). Ia pemberi kesuburan tanah yang menumbuhkan tanaman untuk dimakan, tetapi ia juga adalah sang pengambil yang letusannya bisa membinasakan siapa saja. Maka gunung harus disembah agar ia tak marah dan selalu memberi berkah. Bahwa situs ini dipakai untuk tempat penyembahan dengan orientasi sang penguasa di Gunung Gede dibuktikan oleh kelima teras situs ini dari yang paling rendah (teras 1) sampai yang paling tinggi (teras 5) selalu diarahkan ke Gunung Gede yang posisinya berada pada arah azimut rata-rata 336,40 ° UT. Di teras 2 terdapat dua menhir dan satu dolmen kecil yang kelihatannya dipakai untuk duduk, dan itu tepat
mengarah ke puncak Gunung Gede. Arah azimut rata-rata ini pun membentuk kelurusan dengan semua bukit/gunung yang ada di sekitar Gunung Padang yaitu : Pasir Pogor, Gunung Kancana, Gunung Gede, Gunung Pangrango.
Situs Gunung Padang pun secara geologi berada pada area yang secara kegempaan cukup aktif, yaitu tidak jauh dari Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri adalah sesar besar yang memanjang dari Teluk Pelabuhanratu sampai sekitar Padalarang. Bila ada pengaktifan gaya geologi di sekitar Teluk Pelabuhanratu atau Jawa Barat Selatan, maka sesar ini sering menjadi media penerus gaya goncangan gempa. Beberapa menhir yang terguling dan patah di area situs ini diperkirakan diakibatkan gempa. Pembangunan situs ini juga, terutama di teras 1 telah cukup memperhatikan masalah kelabilan area ini yaitu dengan cara menyusun tiang-tiang batu secara mendatar dan saling menumpuk untuk penguatan. Dalam hubungannya dengan penyembahan, situs ini pun dapat dibangun untuk maksud agar manusia dijauhkan dari bencana gempa atau gunungapi yang memang sumber-sumbernya tidak jauh dari Gunung Padang.
Tidak seperti banyak banyak situs megalitikum lainnya (seperti Piramida, Stonehenge, Machu Picchu) yang dibangun untuk menyembah atau mengindahkan (dewa) Matahari, situs Gunung Padang dibangun untuk diorientasikan seluruhnya kepada Gunung Gede. Ini nampak dari pola bangunan punden berundaknya yang asimetris, tidak dibangun simetris ke semua sisi seperti Candi Borrobudur, tetapi hanya ke satu sisi, yaitu Gunung Gede. Dengan demikian, Gunung Gede menempati posisi geomantik yang sangat kuat bagi situs Gunung Padang.
Yang unik dari situs megalitik Gunung Padang adalah ditemukannya bilah-bilah batuan yang diperuntukkan sebagai alat musik. Ini adalah penemuan pertama di Indonesia. Dahlan dan Situngkir (2008) dari Bandung Fe Institute berbekal alat perekam dan analisis Fourier transform pernah meneliti musikologi situs ini dan menyimpulkan bahwa terdapat tiga bilah batu yang bisa mengeluarjan nada musik dengan dentingan (pitch) berfrekuensi dari 2600-5200 kHz selaras dengan nada-nada f”’, g”’, d”’, a”’. Saya mengambil batu basal kecil dan memukul-mukulkannya ke alat musik batu ini, menakjubkan mendengar batu bisa punya dentingan yang tinggi dan teratur. Dapat dibayangkan bahwa manusia pada zaman dahulu ini melakukan penyembahan dengan iringan musik-musik batu. Menurut cerita, konon penduduk kampung di bawah situs ini masih suka mendengarkan riuh musik dari bukit ini pada malam-malam tertentu.
Secara astronomis, situs Gunung Padang pun mempunyai harmoni dalam naungan bintang-bintang di langit. Analisis astronomi menggunakan program ‘planetarium’ menunjukkan bahwa posisi situs ini pada pada masa prasejarah (pemrograman dilacak sampai ke tahun 100 M) berada tepat di bawah bagian tengah lintasan padat bintang di langit berupa jalur Galaksi Bima Sakti. Dan, lokasi situs Gunung Padang pun di sisi atas dan bawah kakilangitnya masing-masing ‘dikawal’ oleh dua rasi yang merupakan penguasa dunia bawah (Bumi) yaitu rasi serpens (ular) dan dunia atas (Langit) yaitu rasi aquila (elang). Secara kosmologis, para pembangun situs ini telah memperhatikan tatalangit di atasnya. Bila situs ini benar dibangun pada masa prasejarah, pembangunannya adalah ras Austronesia yang merupakan pendatang-pendatang pertama di Indonesia. Mereka melintasi Nusantara dari tanah asalnya dengan cara berlayar, dan penguasaan ilmu perbintangan/falak adalah salah satu hal
mutlak dalam pelayaran antarpulau. Mungkin juga bahwa situs ini digunakan untuk menjadi tempat pengamatan bintang pada masa lalu.
Situs Gunung Padang, situs prasejarah megalitik yang menurut beberapa sumber merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara, terletak di Kabupaten Cianjur, ternyata sarat makna yang melibatkan faktor geologi, arkeologi, religiositas, dan astronomi yang dibangun dalam harmoni bumi dan langit.
Tak sulit mencapai situs ini, hanya perlu niat. Jangan kalah dengan turis2 mancanegara yang saya lihat kemarin itu ternyata ada juga yang sampai ke Gunung Padang. Ketika meninggalkan lokasi ini, saya pun melihat dua fotomodel nan ayu duduk di atas dolmen di antara bilah-bilah menhir dan berfoto ria.. Unik sekali menjadikan situs megalitik sebagai latar pemotretan…Hm.
Bila ingin melihat bahwa situs ini duduk manis tepat di bawah riuh milyaran bintang bagian tengah Galaksi Bima Sakti, dan dikawal rasi serpens dan aquila, yang masing2 mewakili dunia bawah dan atas, datanglah ke sini pada malam-malam yang cerah di bulan Juli. Pemandangan pada saat malam ber-Purnama pun mestinya tak kalah eksotisnya. Mudah2-an pula kita bisa mendengarkan alunan musik megalitik…2500-3500 tahun yang lalu.
Demikian catatan dan penafsiran ‘multidimensi’ saya melibatkan geologi, arkeologi, religiositas, dan astronomi atas situs Gunung Padang. Semoga bermanfaat.
Gambar diambil dari Arkeologi

'Ngamumule' Situs Gunung Padang Cianjur

Meriahnya 'Ngamumule' Situs Gunung Padang Cianjur
INILAH.COM, Cianjur - Minggu (29/1/2012) pagi, Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur tampak meriah.

Berbagai macam instalasi seni dan performance art disiapkan saat memasuki kawasan peninggalan zaman prasejarah tersebut. Bebegig (Orang-orangan sawah), pembacaan puisi, maupun happening art, ikut meramaikan suasana kala itu.

Saat itu, sedang digelar kegiatan Ritus Budaya 2012 Ngamumule Situs Gunung Padang kerja sama Departemen Energi Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Hidup (ESDM-LH) DPD PDI Perjuangan Jabar dan Lokatmala Institute.

Direktur Lokatmala Institute Eko Wiwid mengatakan, tema yang diusung 'Ngamumule Situs Gunung Padang' memiliki arti peristiwa budaya dan gerakan moral pemulyaan alam dan lingkungan sekitar situs yang terletak di Desa Karyamukti Kecamatan Campaka itu.

Menurut Eko, situs megalitikum Gunung Padang merupakan salah satu peninggalan sejarah peradaban manusia di Indonesia. "Kegiatan ini merupakan bentuk penyadaran lingkungan yang dikemas sebagai kegiatan sosial melalui berbagai seni refleksi, pertunjukan, seperti teatrikal, tari dan musik tradisional, pembacaan puisi atau sajak, monolog, dan lainnya," terang Eko kepada INILAH.COM di sela-sela kegiatan, Minggu (29/1/2012).

Menurut Eko, gerakan sosial dan budaya ini merupakan bentuk upaya menumbuhkembangkan kesadaran pemuliaan alam dan kepedulian terhadap nilai-nilai sejarah dalam memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Ketua Departemen ESDM-LH DPD PDIP Jabar Saep Lukman mengatakan situs megalitikum Gunung Padang merupakan bukti sejarah di Cianjur. Keberadaannya secara jelas dan nyata menunjukkan kejeniusan dan mampu menciptakan sesuatu yang bisa mendorong masyarakat lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan maupun pengetahuan alam.

"Situs Megalitikum Gunung Padang yang konon tercipta ribuan tahun silam, kini memang hanyalah tumpukan batu andesit dengan berbagai ukuran. Namun dibalik semua itu, jika ditelusuri lebih dalam, setiap milimeter area situs menyimpan nilai sejarah yang tentunya sangat besar kaitan ilmu pengetahuan dan ajaran-ajaran rasa," kata Saep yang juga sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur itu.


Sumber:http://www.inilahjabar.com

Senin, 30 Januari 2012

Asal-Usul Nama Rupiah


Pernah kepikiran kalau mata uang Indonesia harus Rupiah. Pastilah pernah kadang" tersirat di pikiran.Nahh.. Kali ini mari kita bahas ulasan mengenai asal usul rupiah yang notabene menjadi nama mata uang Indonesia. 

Perkataan “rupiah” berasal dari perkataan “Rupee”, satuan mata uang India. Indonesia telah menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817. Setelah tahun 1817, dikenalkan mata uang Gulden Hindia Belanda.

 
Rupiah - Indonesia 

Mata uang rupiah pertama kali diperkenalkan secara resmi pada waktu Pendudukan Jepang sewaktu Perang Dunia ke-2, dengan nama rupiah Hindia Belanda. Setelah berakhirnya perang, Bank Jawa (Javaans Bank, selanjutnya menjadi Bank Indonesia) memperkenalkan mata uang rupiah jawa sebagai pengganti.

Mata uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang dicetak kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu.

Sejak 2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan Rupiah sebagai mata uang kebangsaannya yang baru. Kepulauan Riau dan Irian Barat memiliki variasi rupiah mereka sendiri tetapi penggunaan mereka dibubarkan pada tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat.

Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto.

Rupiah merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi didagangkan dengan pinalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi .

Satuan di bawah rupiah
Rupiah memiliki satuan di bawahnya. Pada masa awal kemerdekaan, rupiah disamakan nilainya dengan gulden Hindia Belanda, sehingga dipakai pula satuan-satuan yang lebih kecil yang berlaku di masa kolonial.
Berikut adalah satuan-satuan yang pernah dipakai namun tidak lagi dipakai karena penurunan nilai rupiah menyebabkan satuan itu tidak bernilai penting.

  • sen, seperseratus rupiah (ada koin pecahan satu dan lima sen)
  • cepeng, hepeng, seperempat sen, dari feng, dipakai di kalangan Tionghoa
  • peser, setengah sen
  • pincang, satu setengah sen
  • gobang atau benggol, dua setengah sen
  • ketip/kelip/stuiver (Bld.), lima sen (ada koin pecahannya)
  • picis, sepuluh sen (ada koin pecahannya)
  • tali, seperempat rupiah (25 sen, ada koin pecahan 25 dan 50 sen)
  • Terdapat pula satuan uang, yang nilainya adalah sepertiga tali.

Satuan di atas rupiah
Terdapat dua satuan di atas rupiah yang sekarang juga tidak dipakai lagi.


  • ringgit, dua setengah rupiah (pernah ada koin pecahannya)
  • kupang, setengah ringgit

Minggu, 29 Januari 2012

Tari Topeng, Pertemuan Ritual Kepercayaan dan Seni Tradisi


RETNO HERIYANTO/"PRLM"
RETNO HERIYANTO/"PRLM"
TOPENG Rumyang menggambarkan kehidupan seseorang remaja pada masa akil balig ditarikan Dwi Yulisa pada Pentas Seni Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung bertempat di Gedung...
BANDUNG, (PRLM).- Kesenian tradisional tari topeng merupakan kesenian purba yang sarat makna serta nilai filosofi saat ini terus mengalami pergeseran nilai maupun tatanan penampilan. Awalnya tari topeng sesungguhnya berkembang dan bagian dari wilayah abu-abu, pertemuan ritual kepercayaan dan seni tradisi.
“Meski geliatnya kembali terasa, kesenian topeng nasib belum menunjukan sesuai yang diharapkan. Peran pemerintah yang semestinya mampu menjadi pendorong semangat, dibeberapa daerah justru memanfaatkan keberadaan seniman atau para pelaku,” ujar Toto Amsar, S.Sen. M.Hum., ., staf pengajar di STSI Bandung, seusai pegelaran Pentas Seni Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Padjajaran Bandung bertempat di Gedung Teater Tertutup Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Minggu (29/1) malam, yang menampilkan sanggar seni Mulya Bhakti dari Dusun Sliyeg, Desa Tambi, Kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, pimpinan Mimi Wangi Indriya.
Dikatakan Toto, yang juga peneliti dan bersama rekannya Endo Suanda pernah membangikitkan kembali semangat berkesenian maestro kesenian topeng Pakandangan Indramayu (Alm) Mimi Rasinah, nasib kesenian topeng yang jadi kekayaan peradaban Nusantara bahkan dunia, kini terimpit zaman. Topeng dan seni tarinya tak punya banyak pilihan lagi mengalami pergeseran mengikuti selera zaman atau mati berhenti dan terlupakan di roda waktu yang terus berlari.
“Awalnya kesenian tari topeng berkembang dan merupakan bagian dari wilayah abu-abu, pertemuan ritual kepercayaan dan seni tradisi dalam penyebaran agama (Islam). Dalam nalam sejumlah pementasan seni, tari topeng menjelman sebagai pertunjukan penuh gebyar dan menghibur,” ujar Toto yang berharap kondis tersebut terus berlanjut. (A-87/A-147)***

10 Gitaris wanita Indonesia

Monopoli piawai alat musik gitar tidak hanya dikuasai kaum pria. Di Indonesia pun kartini-kartini gitar banyak terdapat. Bahkan di antara mereka kini bisa berkecimpung di dunia artis dan memiliki band papan atas. Berikut adalah 10 Kartini piawai gitar seperti dikutip dari Potret.org:

1. PRISA RIANZI
http://hermawayne.blogspot.com
Selain memiliki wajah cantik, gitaris bernama lengkap Prisa Adinda Arini Rianzi ini menguasai permainan gitar di atas rata-rata. Musik bergenre metal yang dihasilkan dari senar gitarnya merupakan hasil inspirasinya dari band-band dunia yang difavoritkan, seperti God Forbid, Trivium, As I Lay Dying, Killswitch Engage, Shadows Fall, Megadeth, Slayer, Unearth, Lamb of God, The Black Dahlia Murder.

Gadis kelahiran Jakarta, 6 Januari 1988 ini pun sempat terpilih menjadi gitaris Sheila On 7 sebagai additional player untuk promo album SO7 di bulan Juli 2006, serta gitaris J-Rock untuk lagu Kau Curi Lagi pada Agustus 2007. Perjalanan karirnya cukup menarik, apalagi di awal bermain gitar, ia hanya berbekal les karena ingin mengalahkan temannya. Hingga akhirnya Prisa berhasil, dan pada Juli 2008, ia merilis album solo pertamanya bertajuk PRISA, bukan hanya sebagai gitaris tapi juga ikut menulis beberapa lirik.

2. MITHA THE VIRGIN
http://hermawayne.blogspot.com
Gadis bernama lengkap Cameria Happy Pramita ini lahir di Jakarta, 2 Januari 1986. Sejak beranjak remaja ia sudah menguasai gitar. Bahkan saat masih SMP ia sudah mulai ngeband bersama teman-temannya. Mitha sempat juga membentuk band bernama Million Sekarsari dan menggantikan posisi Ayu Ratna di Garasi Band untuk sementara waktu.

Perjalanan karirnya cukup menjanjikan saat diambil Ahmad Dhani. Ia didaulat menjadi gitaris The Rock versi Indonesia yang menjadi trigger lonjakan karirnya. Sukses di The Rock, Mitha dipercaya membentuk grup yang masih di bawah asuhan Dhani bernama The Virgin. Di sini karirnya makin pesat hingga diambil untuk bernyanyi bersama Mulan Jameela di lagu Cinta Mati II dan Cinta Fitri. Proyek Dhani lainnya yakni T.R.I.A.D. juga mengambil Mitha sebagai gitaris.

3. TASHEA NICOLE DELANEY
http://hermawayne.blogspot.com
Berawal dari kecintaannya mendengarkan band-band classic rock seperti Led Zeppelin, Skid Row, hingga Motley Crue sejak kecil, Tashea jatuh cinta pada suara gitar dengan warna metal. Gadis kelahiran Jakarta, 10 Juli 1988 ini pun belajar sendiri secara otodidak, dan akhirnya mendirikan sebuah band bernama Painkiller pada 2003 dan meluncurkan album indie. Gadis blasteran Texas-Medan ini juga telah menghasilkan album kompilasi METALIK KLINIK 9. Pada tahun 2008, Tashea didaulat menjadi mentor lagu berbahasa inggris milik band Radja, yang akhirnya membawanya menjadi model video klip Sama-Sama Suka milik Ian Kasela dkk, dan terlibat dalam berbagai konser Radja.

4. CHUA KOTAK
http://hermawayne.blogspot.com
Cewek kelahiran Makassar, 3 April 1988 ini sudah mulai mengenal dunia musik sejak duduk di bangku SMP di kota kelahirannya. Gadis bernama lengkap Swasti Sabdastantri yang akrab dipanggil Chua, makin mengibarkan sayap ketika berkuliah. Ketika tampil di salah satu acara bersama band kampusnya, Chua memikat hati seorang manajer band indie V-Mail, band yang waktu itu dinaungi Mitha The Virgin. Ia kemudian direkrut V-Mail dan tampil di beberapa acara.

Tak lama kemudian, karir Chua kian berkembang. Ia diangkat sebagai bassist Kotak dalam pembuatan album kedua. Chua merupakan pembetot bass ketiga Kotak setelah ditinggalkan Prinzes 'Icez' Amanda yang sekarang menjadi personel T.R.I.A.D. dan Nissa Hamzah yang hijrah ke Omelette.

5. PRINZES 'ICES' AMANDA
http://hermawayne.blogspot.com
Icez mengawali karirnya dengan mengikuti audisi bassis di The Dream Band. Saat itu ia begitu yakin dengan bakatnya sebagai pembetot bass yang memiliki skill di atas rata-rata. Performanya yang memukau membuatnya meraih predikat sebagai bassis terbaik. Gadis kelahiran Bandung, 8 Juni 1987 ini sempat menjadi bassis band Kotak dan akhirnya diambil Ahmad Dhani sebagai bassis The Rock Indonesia.

6. DODO D'CINNAMONS
http://hermawayne.blogspot.com
Bernama asli Diana Widoera, Dodo merupakan salah satu pendiri resmi D'Cinnamons pada 2004 lalu. Tidak hanya di gitar, Dodo juga berperan sebagai vokalis. Suaranya yang berat tak sedikit membuat orang terkagum-kagum. Apalagi dengan lantunan gitar akustiknya jika sudah mulai bermain. Dodo bisa dibilang jadi salah satu gitaris plus vokalis yang patut dilirik.

7. QOQO SHE
http://hermawayne.blogspot.com
Nama lengkap cewek manis ini adalah Qotrunnada Fitriana. Kehadiran Qoqo di SHE berawal dari pergantian Jesica Lindross yang harus mengikuti sang suami ke Finlandia. Qoqo langsung dipercaya memegang gitar elektrik dalam lantunan lagu-lagu apik SHE. Personel terbungsu tersebut mampu memberikan nuansa rock pada grup musik ini yang membuat album kedua mereka berwarna beda ketimbang sebelumnya. Banyak yang bilang juga kalau Qoqo lebih garang ketimbang Jesica.

8. OPPIE ANDARESTA
http://hermawayne.blogspot.com
Muncul di belantika musik tanah air dengan gitar dan suara merdunya, wanita kelahiran Jakarta, 20 Januari 1973 ini langsung mendapat tempat di hati pecinta musik. 5 album sudah ia hasilkan dari tahun 1993. Perjalanan karirnya cukup mulus. Sayangnya, Oppie jarang terdengar lagi. Terakhir di tahun 2009, ia 'hanya' meluncurkan satu single berjudul I'm Single, I'm Very Happy. Single ini diluncurkan tanpa album, sebagai rasa prihatin Oppie terhadap maraknya pembajakan di negeri ini.

9. NISSA OMELETTE
http://hermawayne.blogspot.com
Nama aslinya Tjut Faranissa Bachrumsyah. Bassist satu ini lahir di Jakarta, 22 April 1989 dan tercatat sudah bergabung dengan bermacam-macam band seperti Aria Grands, Telor Ceplok, Music School All Stars, Kotak, hingga akhirnya bermuara di Omelette.

Awalnya, Nissa mengenal musik sejak masih balita. Maklum saja, sang mama ternyata adalah salah satu personel Aria Band yang laris di TVRI di era 1980-an. Dari situ ia pun diarahkan untuk mengenal musik lebih jauh. Ia diminta mendalami piano. Namun lama-kelamaan piano tidak membuatnya jatuh cinta, dan akhirnya ia tertarik pada bass di kelas 6 SD. Seiring karirnya, pada tahun 2005 akhir, Nissa ditawari Thomas Ramadhan di album BASS HEROES yang di bawah asuhan Sony BMG, dan tampil di lagu Rush.

10. JOJO DRAVEN
http://hermawayne.blogspot.com
Mungkin nama Jojo jarang dikenal di Indonesia. Maklum saja, penyanyi berdarah Jawa ini lebih dikenal di luar negeri. Karirnya dimulai menjadi keyboardis beberapa band rock, sebelum akhirnya pindah ke Amerika di mana ia menimba ilmu musik di Musicians Institute in Hollywood, California. Pada tahun 1996, gitaris bernama Josephine Soegijanty ini bergabung dengan band cewek bernama Phantom Blue. Ia menggunakan nama aslinya, Josephine, hingga akhirnya band itu bubar pada 2001.

Dan di Juni tahun yang sama, Jojo bersama penggebuk drum Linda McDonald, vokalis Jenny Warren, bassis Melanie Sisneros, dan gitaris Sara Marsh (mantan personel Bandit) membentuk sebuah tribute band bernama The Iron Maidens. Ini adalah band tribute wanita satu-satunya di dunia kepada Iron Maiden. Di sini ia menjadi Adrienne Smith, versi wanita gitaris Iron Maiden, Adrian Smith. Prestasi yang diraihnya yakni 3 Rock City Awards sebagai Best Female Guitarist. Tahun 2005, Jojo meninggalkan The Iron Maidens dan mengejar karir bersama suaminya, Danny Draven, mengerjakan komposisi untuk score film.

Sumber : haxims.blogspot.com

Pulau Pagang


Pulau Pagang
Sumatera Barat
Pulau pagang adalah pulau terindah yang ada di salah satu kabupaten sumatera barat yang terletak di pesisir  laut pulaun sumatera. Pesisir selatan menyimpan berbagai kekayaan alam yang luar biasa mulai dari sektor perikanan, sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan sektor pariswisata yang belum tergali potensinya karena kurangnya informasi-informasi mengenai tempat-tempat wisata yang berada di pesisir selatan.
Pasca kemerdekaan tahun 1945 pulau ini di jadikan sebagai pulau pendidikan bagi para napi yakni napi di ajarkan untuk menanam kelapa di pulau ini. Teher Tenek yang kini telah almarhum adalah salah satu pembibing napi namun teher tenek terus merawat pulau ini yang akhirnya sekarang menjadi tempat wisata.
Pulau pagang yang memiliki luas sekitar 10 hektar ini  sangat cocok disebut paradise atau surganya snorkeling karena memiliki pasir pantai yang putih bersih, air laut yang sangat bening, beranekaragam ikan hias, dan juga karang yang masih sangat terjaga kelestarianya. Disana anda dapat melakukan berbagai macam kegiatan watersport seperti parasailing, Banana Boat, Snorkling, spearfishing, Diving, Fishing dan lain sebagainya.
Pulau Pagang berjarak sekitar 5 mil (12,7 km) dari kota padang sumatera barat, kini pulaun ini telah ramai di kunjungi oleh turis macanegara dan local. Kebanyakan pengunjung yang datang adalah dari kalangan mahasiswa dan perkantoran, mereka datang berombongan dengan 10 – 15 orang dan menginap rata-rata satu hari satu malam.
Bagi para wisatawan yang ingin menikamati indahnya pulaun ini cukup hanya menyediakan biaya tiket masuk sekitar Rp. 15.000 (Okt 2010) seharian, kemping atau menginap Rp. 25.000, di pulau pagang ini juga terdapat cottage bagi keluarga yang ingin menginap dengan biaya sewa Rp. 250.000 untuk satu malam, disini pengunjung juga di perbolehkan untuk mendirikan tenda sendiri.
Untuk sampai ke Pulau Pagang, wisatawan bisa lewat Kecamatan Bungus Teluk Kabung atau Pelabuhan Muaro Padang dengan menyewa boat lebih kurang Rp. 1.000.000  pergi dan pulang berombongan. Atau lewat Pelabuhan Tarusan Kecamatan Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
Selain Pulau Pagang yang ditumbuhi bakau dan pohon kelapa ini, Sumbar juga memiliki ratusan pulau lain. Data Depdagri. tahun 2006 menyebutkan, provinsi ini memiliki 391 pulau dari 17.504 pulau di Nusantara. Setelah diverifikasi tahun 2008, menjadi 185 pulau di Sumbar dan 10.160 pulai di Nusantara

Riwayat Pulau Pagang, Dulu dan Kini


Objek wisata Pulau Pagang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia makin diminati. Turis domestik dan mancanegara silih berganti mengunjungi pulau yang masih perawan ini.
Pasca kemerdekaan RI tahun 1945, pulau ini awalnya dijadikan tempat pembinaan bagi sebagian nara pidana (napi) LP Muaro Padang. Taher Tenek yang sekarang telah almarhum, ketika itu ditempatkan pihak LP sebagai salah seorang pembina napi di sana.
Para napi diarahkan menanam bibit kelapa sebagai bekal keterampilan bertani setelah masa hukumannya habis kelak. Beberapa dasawarsa kemudian, LP tidak lagi melakukan pembinaan di sini.
Namun Taher Tenek terus mengelola kebun kelapa ini, hingga pulau menjadi sebuah objek menarik.
Dia membersihkan pulau dan membangun “cottage” (penginapan). Semasa hidup, almarhum di usia senjanya pernah bercerita, setiap orang yang datang mengatakan merasa nyaman dan mengagumi pulau ini.
Berdasarkan cerita tetang pulau pun terus berkembang. Orang mulai berdatangan, hingga Pulau Pagang ditetapkan senagai objek wisata.
Jumlah pengunjung naik turun. Namun Heru Sapta, ahli waris almarhum Taher Tenek, mengatakan, saat ini pengunjung mulai meningkat setelah sempat anjlok 50 persen akibat gempa 7,9 SR tanggal 30 September 2010.
Namun pengunjung pulau berjarak 5 mil (12,7 Km) dari Kota Padang ini, mulai meningkat. kini Turis mancanegara dan lokal datang silih berganti.
Kebanyakan pengunjung dari kalangan mahasiswa dan perkantoran. Mereka datang berombongan dengan jumlah 10 sampai 15 orang dan nginap rata-rata satu hari satu malam.
Turis mancanegara rata-rata datang lima orang satu hari. Selain hanya singgah, juga ada yang nginap selama tiga hari sampai tiga minggu.
“Sebelum gempa kuat tahun 2009, pengunjung rata-rata 25 orang perhari, bahkan lebih,” katanya.
Untuk sampai ke Pulau Pagang, wisatawan bisa lewat Kecamatan Bungus Teluk Kabung atau Pelabuhan Muaro Padang dengan menyewa boat lebih kurang Rp 1 juta pergi dan pulang berombongan. Atau lewat Pelabuhan Tarusan Kecamatan Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.
Di Pulau dengan luas 10 hektar ini, penikmat wisata bisa bermain dan berjemur di atas pasir putih. Juga bermain di laut dangkal yang jernih dan masih sejuk, memancing dan menikmati pemandangan laut yang di seberang selatannya berjejer perbukitan hijau.
Sementara bagian timurnya ada Pulau Sikuai dan utaranya Samudera Hindia.
Terkait biaya, Heru merinci, bagi yang singgah bermain seharian hanya dipungut Rp 15 ribu, kemping atau nginap Rp 25 ribu. Di pulau Pagang juga tersedia tiga cottage (penginapan) keluarga dengan sewa Rp 250 ribu satu malam. Di sini juga boleh menggunakan tenda sendiri.
Kedepan, selain akan merenovasi tiga cottage keluarga yang telah ada, Heru berencana menambah cottage isi dua orang atau untuk mereka yang akan berbulan madu (honey moon). Lelaki muda ini juga berencana akan memperbaiki dermaga untuk kenyamanan pengunjung masuk pulau saat turun dari boat.
Namun, Heru mengaku kesulitan pendanaan. “Saya sedang mengupayakan kalau ada teman-teman atau investor yang mau bekerjasama,” ujarnya.
Selain Pulau Pagang yang ditumbuhi bakau dan pohon kelapa ini, Sumbar juga memiliki ratusan pulau lain. Data Depdagri
tahun 2006 menyebutkan, provinsi ini memiliki 391 pulau dari 17.504 pulau di Nusantara.
Setelah diverifikasi tahun 2008, menjadi 185 pulau di Sumbar dan 10.160 pulai di Nusantara