Rabu, 31 Oktober 2012

Mahasiswa IPB Ciptakan Virtual Whiteboard untuk Tunarungu dan Tunagrahita



Mahasiswa Institut Pertanian Bogor menciptakan teknologi "virtual whiteboard" yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar matematika bagi siswa tunarungu dan tunagrahita.

"Ke depan, `virtual whiteboard` (layar sentuh virtual) ini akan dikembangkan menjadi paket pembelajaran untuk berbagai anak berkebutuhan khusus," kata ketua pelaksana program tersebut Wulandari di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Ia menjelaskan tim mahasiswa Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) IPB yang dipimpinnya itu, dengan alat bantu dimaksud mencoba membantu proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik yang tunarungu dan tunagrahita agar dapat belajar dengan baik.

Bersama rekannya Ahmad Thoriq Abdul Aziz, Fahri Amirullah, Marsudi Wijaya, dan Puspasari Respatiningtyas, ia menemukan teknologi ini, yang terkait dengan penggunaan "virtual whiteboard" pada pembelajaran matematika interaktif untuk siswa penyandang tunarungu dan tunagrahita pada sekolah luar biasa (SLB) kategori B/C.

Dijelaskannya bahwa teknologi "virtual whiteboard" ini membantu siswa SLB untuk memahami operasi matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan.

Menurut dia, penggunaan "virtual whiteboard" dapat membuat proses pembelajaran lebih interaktif dan menarik, karena menggunakan animasi menarik dan layar papan tulis yang dapat langsung disentuh menggunakan alat yang dibuat.

Ia menjelaskan, teknologi itu ditujukan bagi siswa tunagrahita untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan meningkatkan partisipasi dalam belajar.

Bagi siswa tunarungu, kata dia, aplikasi ini menyediakan tambahan vitur audio dan visual dalam membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.

"Teknologi `virtual whiteboard` yang kami kembangkan memiliki kelebihan yaitu dapat memudahkan pengajar untuk menulis langsung pada layar proyektor dan tidak menggunakan spidol sebagai alat tulis," katanya.

Pada pembelajaran di SLB, kata dia, dibutuhkan metode pembelajaran baru yang mengedepankan partisipasi aktif dari siswa SLB.

"Oleh karena itu, teknologi memberikan manfaat besar untuk mitra kami yaitu SLB B/C Tunas Kasih 2 Kota Bogor," katanya.

Ia menambahkan, penggunaan "virtual whiteboard" sebagai alat bantu pembelajaran matematika interaktif di SLB B/C ini memberikan respons yang sangat baik.

"Terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa saat menjawab soal-soal matematika yang diberikan," katanya.

Hanya saja, kata Wulandari, teknologi ini masih terbatas pada mata pelajaran matematika.

Karenanya, kata dia, para guru berharap pengembangan selanjutnya penggunaan teknologi ini dapat diterapkan pada mata pelajaran lain dalam pembelajaran di SLB, seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Menurut Kepala Humas IPB Ir Henny Windarti, MSi, ide Wulandari dan kawan-kawannya dalam bentuk Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) ini telah diberikan kesempatan mengikuti program 104 inovasi Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan IPB bekerja sama dengan Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB. (IRIB Indonesia/Antara)

Selasa, 30 Oktober 2012

WAJIB BACA:PENGURUS MASJID MENANGIS TERIMA 2 HEWAN QURBAN DARI PEMULUNG, bagaimana dengan kita?



 Bismillahir-rahmanir-rahim…Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung memberikan dua hewan qurban di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Pengurus masjid yang m
enerima dua ekor kambing itu menangis terharu.

“Saya nangis, tidak kuat menahan haru,” ujar Juanda (50), salah satu pengurus Masjid Al Ittihad kepada merdeka.com, Jumat (26/10/2012).

Juanda menceritakan, Selasa (23/10/2012), seorang pemulung bernama Maman datang ke Masjid Al Ittihad. Masjid megah ini terletak di kawasan elit Tebet Mas, Jaksel.

“Bawanya pakai bajaj. Dia kasih dua ekor kambing untuk qurban. Dia bicara tegas, justru saya yang menerimanya tak kuat. Saya menangis,” kata Juanda.

Dua kambing qurban yang diserahkan pemulung itu berwarna cokelat dan putih. Kambing itu justru yang paling besar di antara kambing-kambing lain.

Juanda menceritakan, pengurus lain pun terharu mendengar cerita ini. Begitu juga jamaah shalat Idul Adha saat mendengar pengumuman lewat pengeras suara sebelum shalat dilaksanakan. Mungkin, saat membaca, mata Anda pun berkaca-kaca.

Adalah pasangan suami istri Yati (55) dan Maman (35), keduanya pemulung, menabung susah payah untuk berqurban. Yati mengaku, sempat ditertawakan saat bercerita seputar niatnya untuk berqurban.

“Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Yati, Jumat (26/10/2012).

Tapi Yati bergeming. Dia tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Akhirnya setelah menabung tiga tahun, Yati bisa berqurban tahun ini.

“Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban,” beber Yati.

Yati dan suaminya Maman (35) sama-sama berprofesi sebagai pemulung. Pendapatan mereka jika digabung cuma Rp 25 ribu per hari. Tapi akhirnya mereka bisa membeli dua ekor kambing. Masing-masing berharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta.

Dua kambing ini disumbangkan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Jemaah masjid megah itu pun meneteskan air mata haru.

Pasangan suami istri ini tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet, Jakarta Selatan. Saat merdeka.com mengunjungi gubuk Yati usai Shalat Idul Adha, Jumat (26/10/2012), Juanda, pengurus Masjid Al Ittihad, ikut menemani.

Yati membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Tak ada barang berharga di gubuk 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.

Wanita asal Madura ini bercerita soal mimpinya bisa berqurban. Dia malu setiap tahun harus mengantre meminta daging. “Saya ingin sekali saja bisa berqurban. Malu seumur hidup hanya minta daging,” katanya.

Yati mengaku sudah lama tinggal di pondok itu. Dia tak ingat sudah berapa lama membangun gubuk dari triplek di jalur hijau peninggalan Gubernur Legendaris Ali Sadikin itu.

“Di sini ya tidak bayar. Mau bayar ke siapa? Ya numpang hidup saja,” katanya ramah.

Setiap hari Yati mengelilingi kawasan Tebet hingga Bukit Duri. Dia pernah kena asam urat sampai tak bisa jalan. Tapi Yati tetap bekerja, dia tak mau jadi pengemis.

“Biar ngesot saya harus kerja. Waktu itu katanya saya asam urat karena kelelahan kerja. Maklum sehari biasa jalan jauh. Ada kali sepuluh kilo,” akunya.

Juanda yang menjaga Masjid Al Ittihad terharu saat Yati bercerita mimpi bisa berqurban lalu berusaha keras mengumpulkan uang hingga akhirnya bisa membeli dua ekor kambing.

“Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil,” gumamnya.

Di tengah kemiskinan yang mendera, Yati-Maman, dua pemulung ini berqurban dua kambing–setelah dengan susah payah menabung selama 3 tahun. Bagaimana bagi yang memiliki kemampuan, tapi tak tergerak untuk berqurban?

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Jumat, 26 Oktober 2012

Rumah Adat Sunda (gambar/sketsa)

alam masyarakat Sunda buhun (kuno) dikenal beberapa jenis bangunan rumah, Pada umumnya bangunan rumah adat sunda bentuknya panggung, yang kaki-kakinya (tatapakan, istilah sunda) terbuat dari batu persegi (balok) dalam bahasa Sunda disebut batu tatapakan. Untuk tihang (tiang) mengunakan kayu. Bagian bawah/lantai menggunakan papan kayu atau palupuh/talupuh dari bambu. Dindingnya memakai anyaman bambu (bilik) atau papan kayu.

Perbedaannya terlihat pada bagian atas/atap (suhunan), antara lain:

Julang ngapak, yaitu bentuk bangunan rumah yang suhunan bagian sisi kiri kanan agak melebar ke samping. Ada juga yang menyebutnya memakai sorondoy. Apabila di lihat dari arah depan seperti burung yang sedang terbang.

sketsa suhunan julang ngapak... 

julang ngapak


Parahu kumureb, yaitu bentuk bangunan rumah yang atapnya (suhunan) membentuk perahu terbalik (telungkup).

sketsa suhunan parahu kumereb... 

parahu kumereb


Suhunan jolopong, yaitu bentuk bangunan yang atapnya (suhunan) memanjang sering disebut suhunan panjang atau gagajahan.

sketsa suhunan jolopong... 

jolopong


Tagog anjing, yaitu bentuk bangunan mirip dengan bentuk badak heuay, tetapi ada sambungan kebagian depan dan sedikit turun. Jadi bangunannya tekuk (ngeluk) seperti anjng jongkok.

sketsa suhunan tagog anjing... 

tagog anjing


Badak heuay, yaitu bentuk bangunan seperti saung tidak memakai wuwung sambungan atap (hateup) depan dengan belakang seperti badak sedang membuka mulutnya (menguap, arti sunda heuay).

sketsa suhunan badak heuay... 

badak heuay


Capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang atap (suhunan) bagian ujung belakang atas dan depan atas menggunakan kayu atau bambu yang bentuknya menyilang dibagian atasnya seperti gunting.

sketsa suhunan capit gunting... 

capit gunting


maaf gan, sketsanya acak-acakan

Sumber: http://archive69blog.blogspot.com/2010/11/rumah-adat-sunda-gambarsketsa.html#ixzz2AxFkZt3x

Rabu, 24 Oktober 2012

7 Film Kenalkan Wisata Indonesia







Adegan Ibu Muslimah, Ikal, Lintang, Akiong, dan teman-temannya menunggu pemandangan matahari tenggelam di antara batu-batu granit raksasa di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung, menjadi adegan terindah film Laskar Pelangi.

Cuplikan itu sukses menginspirasi banyak orang datang wisata ke Pulau Belitung. Padahal pulau ini sebelumnya tidak banyak dikenal sebagai tempat tujuan wisata.

Ada pula tayangan Elizabeth Gilbert bersepeda di jalanan persawahan Monkey Forest, Ubud, dalam film Eat, Pray, Love.  Adegan itu menjadi satu di antaranya adegan terindah yang membuat para penontonnya penasaran ingin berfoto-foto di lokasi itu kalau berkunjung ke kawasan wisata Ubud, Bali.


Film memang sangat efektif untuk semakin mempopulerkan sebuah lokasi wisata, ataupun mengangkatnya dari yang sebelumnya tidak dikenal. Berikut 7 film yang sukses mempopulerkan sebuah lokasi wisata di Indonesia. Tidak semua film laris, ada juga film dokumenter.


1. Ubud, Uluwatu, dan Kintamani, dalam Eat, Pray, Love (2010)

Tiga sisi keindahan Bali yang dieksplorasi film. Pertama, Bali wilayah pedalaman dengan tempat-tempat syuting; Danau Batur, Kintamani; persawahan dan teras siring Tegallalang; Monkey Forest, Ubud; dan jalan-jalan pedesaan Ubud yang asri.
Kedua masyarakat dan budaya Bali; yakni rumah tokoh spiritual Ketut Liyer, pembimbing rohani Elizabeth Gilbert (Julia Robert) di Denpasar; rumah penjual obat tradisional Wayan (Christine Hakim); dan pasar kerajinan di Denpasar.

Ketiga, pantai-pantai terindah Bali; yakni Pantai Padang Padang, Pecatu, Uluwatu; Pura Pecatu, Uluwatu; dan Pelabuhan Tanjung Benoa, Nusa Dua. Tanyakan pada guide setempat, situs-situs film Eat, Pray, Love, mereka akan siap mengantar Anda ke lokasi-lokasinya. Tak hanya bercerita Bali, film ini juga berlatar India, dan Italia. Karya sutradara Ryan Murphi. Kisahnya diambil dari novel best seller berjudul sama karya Elizabeth Gilbert.


2. Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, dalam Laskar Pelangi (2008)

Tidak ada yang menyamai keunikan dan keindahan pantai-pantai Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, yang dihampari ribuan batu-batu granit raksasa di film karya Riri Riza itu. Selain pantai-pantainya, syuting film juga menunjukkan berbagai sisi keindahan Belitung lain, seperti kawah-kawah bekas penambangan timah, savana, denyut nadi kota Manggar, mercusuar Pulau Lengkuas yang legendaris, dan kehidupan kuliner Belitung yang terkenal dengan aneka masakan mie dengan julukan kota 'seribu kedai kopi.'

Laskar Pelangi berkisah persahabatan sekelompok anak-anak Belitung dari sejak sekolah dasar hingga dewasa. Diambil dari novel laris berjudul sama karya Adrea Hirata. Sekuelnya, Sang Pemimpi (2010), juga berlatar Belitung. Kini tersedia banyak paket wisata Laskar Pelangi ke Belitung. Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan lebih dari 350 persen sejak novel dan film ini dirilis.


3. Kawah Gunung Ijen dan savana Taman Nasional Baluran dalam King (2009)

Ribuan rusa berlarian di savana dengan pohon-pohon kayu tua meranggas. Sekilas seperti tayangan National Geography tentang lanskap pedalaman Afrika. Tiga anak Guntur, Michele, dan Raden, mengendap-endap mengajak rusa bermain-main, spot di Taman Nasional Baluran.

Pada bagian lain, ketiga anak ini bermain-main di pinggir Puncak Kawah Gunung Ijen, yang dipenuhi kabut Belerang dan lalu lalang penambang belerang tradisional. Dua spot berkesan dari film yang bercerita tentang Guntur, seorang anak desa yang berjuang menjadi pemain badminton dunia. Pengambilan gambar dengan helikopter membuat film ini dipenuhi dengan pemandangan-pemandangan indah.


Film garapan Ari Sihasale ini menginspirasi wisatawan mengunjungi kawasan dingin Gunung Ijen, Jawa Timur, yang dipenuhi dengan perkebunan kopi, penghasil kopi termahal di dunia, Kopi Luwak.


4. Puncak Penanjakan, Kaldera Gunung Bromo, dalam Pasir Berbisik (2001)

Embusan angin yang bertiup terus menerus dan badai pasir kecil yang sering terjadi, membuat kaldera di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur, seperti mengeluarkan bunyi berbisik sepanjang waktu. Pasirnya menerpa lembut ke sana ke mari. Cocok kawasan ini disebut Pasir Berbisik sesuai dengan judul film yang memang pernah dibuat di situ pada awal 2000.

Film ini garapan sutradara Nan Achnas dengan bintang-bintang top, Christine Hakim dan Dian Sastrowardoyo. Selain kawasan Pasir Berbisik, film ini juga menunjukkan titik terbaik menikmati keindahan matahari terbit di Gunung Bromo, yakni di Puncak Penanjakan, yang lokasinya tidak jauh dari lembah Pasir Berbisik. Di sekeliling kawasan Pasir Berbisik terdapat bukit-bukit batu raksasa, Pura Punten, dan savana luas.


Ribuan turis mendatangi lokasi ini setiap pagi untuk menikmati keindahan matahari terbit yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Lokasi fotografi yang menantang untuk dieksplorasi. Dengan kehidupan tradisional suku Tengger yang mendiami.


5. Borobudur dan Yogyakarta dalam Java Heat (2012)

Film ini baru akan beredar pada pertengahan tahun ini, namun sudah sejak awal tahun menjadi bahan pembicaraan para pecinta film. Sebab film ini akan banyak mempertontonkan keindahan pemandangan alam dan kehidupan masyarakat Yogyakarta, dan masyarakat seputar Candi Borobudur, Magelang, Jawa tengah.

Film Hollywood karya Conor Allyn ini dibintangi Mickey Rouke. Bercerita tentang sekelompok teroris dan penjahat yang mengacaukan Asia Tenggara, termasuk menculik putri raja Yogya, merampok bank, dan lain-lain. Seorang warga Amerika Serikat dan seorang polisi Indonesia pun bekerja sama melawan kejahatannya. Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, salah satu fokus latar cerita. Juga berbagai tempat laga di jalanan kota Yogyakarta, sekitar keraton, motel-motel di Pasar Kembang, dan jalan Malioboro.

Musik

6. Wamena dan Puncak Cartenz dalam Denias: Senandung di Atas Awan (2006)

Dari puncak Gunung Pikhe, Distrik Karulu, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, dapat ditemui keindahan padang savana luas yang menjadi latar film Denias: Senandung di Atas Awan, karya sutradara Ari Sihasale. Juga padang pasir berwarna putih yang berada di puncak gunung. Film-film Ari Sihasale memang selalu menonjolkan keindahan pemandangan alam. Syuting film ini dilakukan di Wamena, meskipun dalam film bercerita tentang kota Timika, Papua.

Di sekitar Wamena terdapat banyak obyek wisata alam, dan juga koleksi Mumi berusia ratusan tahun yang masih dirawat baik oleh suku Dany, suku dominan yang menguasai peradaban Papua pegunungan tengah. Satu di antara adegan yang menarik yakni ketika Maleo (Ari Sihasale) mengajak Denias dan teman-temannya menaiki helikopter Bell-412 Twin Pac mengelilingi Puncak Cartenz, puncak Pegunungan Jayawijaya, puncak gunung tertinggi di Indonesia, yang selalu diselimuti salju. Menghasilkan pemandangan yang menakjubkan, dan kini menjadi salahsatu tujuan wisata petualangan di Papua.


7. Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting, dalam In The Wild: Orangutans With Julia Roberts (1992)

Bintang Hollywood Julia Robert tidak hanya berjasa mengenal Indonesia lewat Eat, Pray, Love, tetapi juga film dokumenter In The Wild: Orangutans With Julia Roberts. Film itu berhasil mempopulerkan wisata menyusuri Sungai Sekonyer dengan perahu klotok, menuju pusat perlindungan Orangutan liar yang berada di pedalaman Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Adegan persahabatan Julia Robert dengan 2 Orangutan dilakukan di Camp Leakey. Keberanian Julia selama beberapa jam bergaul akrab dengan dua Orangutan dalam film ini sangat mengagumkan. Bagaimana orangutan sempat marah, Julia Roberts sempat sangat ketakutan, namun tetap bisa menguasai diri.


Adegan Julia Roberts bersama Profesor Galdikas menyusuri Sungai Sekonyer berhasil menampilkan keindahan pedalaman Kalimantan. Wisata menyusuri Sungai Sekonyer yang kini sangat diminati turis asing sangat berhutang budi atas film ini.
Sumber:http://www.satumedia.info

Kamis, 18 Oktober 2012

Mahasiswa ITB Raih Penghargaan Hermann Oberth Award pada Konferensi IAC 2012




NAPOLI, itb.ac.id - Mahasiswa Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB, Hagorly Mohamad Hutasuhut, berhasil meraih prestasi membanggakan pada Konferensi International Astronautical Congress (IAC) 2012 di Napoli, Itali pada 1-5 Oktober 2012 lalu. Hagorly meraih penghargaan Gold Medal Hermann Oberth Award untuk kategori Undergraduated Student.

"Sebagai satu-satunya perwakilan mahasiswa dari Indonesia, penghargaan tersebut merupakan penghargaan yang cukup membanggakan karena paper-paper yang dipresentasikan di salah satu premier acara konferensi tahunan mengenai teknologi antariksa tersebut telah melewati seleksi yang cukup ketat," ujar Hagorly.


Berawal dari Tugas Akhir


Paper yang membawa Hagorly pada prestasi membanggakan tersebut berawal dari Tugas Akhir yang dikembangkan. Ia beserta rekannya, Bagus Adiwiluhung Riwanto (Teknik Elektro ITB) dengan dosen pembimbing Dr. Rianto Adhy Sasongko dan Dr. Ridanto Eko Poetro mengusung paper yang berjudul "HIL Simulation of Spin Stabilized Spacecraft Dynamics by Two Degree of Freedom Gyroscope Simulator".

Abstrak karya tersebutlah yang dikirimkan pada tahap awal hingga berhasil diterima dan dipresentasikan pada bagian Student Conference di International Astronautical Congress (IAC 2012) di Napoli, Itali. Selain Hagorly, terdapat 6 orang perwakilan dari Indonesia lainnya yang mengikuti acara tersebut yang merupakan perwakilan dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), INDOVISION, dan beberapa peneliti dari Indonesia.


Konferensi Penting


IAC 2012 merupakan konferensi teknologi penerbangan antariksa tahunan yang melibatkan ilmuwan, pusat riset dari berbagai universitas, agensi, dan industri mengenai teknologi antariksa di seluruh dunia. Selama International Astronautical Congress (IAC) berlangsung ada beberapa kegiatan utama yang diselenggarakan seperti Technical Programme, UN/IAF Workshop, serta Public Programme.

Technical Programme adalah acara simposium IAC yang terdiri dari berbagai paper yang ditulis oleh komunitas antariksa, dan telah diseleksi selama pertemuan International Astronautical Federation (IAF) Programme Committee. Sementara itu UN/IAF Workshop adalah acara yang mempertemukan para generasi muda, anggota parlemen.

IAC merupakan konferensi yang tidak hanya membahas mengenai teknologi dirgantara khususnya mengenai antariksa, namun juga sampai kepada space-law (hukum antariksa, red) dan bisnis mengenai industri ini. IAC menjadi salah satu konferensi premier mengenai antariksa, sekaligus satu-satunya acara tahunan yang dapat mempertemukan ketua space agency dari seluruh dunia seperti NASA (Amerika), ESA (Eropa), JAXA (Jepang), dan Roscosmos (Rusia).

"Pada saat closing ceremony diluar dugaan saya mendapatkan penghargaan Gold Medal Hermann Oberth Award untuk kategori Undergraduate Student. Penghargaan tersebut pertama kalinya diterima mahasiswa dari Indonesia," ungkapnya.

Sumber : http://www.itb.ac.id/news/3710.xhtml

Rabu, 10 Oktober 2012

Chrysler: Mobil Ex Indonesia-1 di Pameran Alutsista TNI 2012

berita foto pameran alutsista tni
Indonesia-1 pada masa presiden Soekarno
[beritafoto] Pada pameran Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) di Lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 6-8 Oktober 2012, turut dipamerkan juga Mobil kepresidenan Indonesia-1 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.















berita foto pameran alutsista tni
Plat Ex Indonesia-1 pada bagian belakang mobil


berita foto pameran alutsista tni
Indonesia-1 pada masa Presiden Soekarno