Kamis, 22 November 2012

Peci Bung Karno berkesan di Mesir

Munawar Saman Makyanie

Salah satu lukisan Bung Karno (istimewa)
 Soekarno adalah sahabat karib almarhum Presiden Gamal Abdel Nasser. Mereka berdua merupakan tokoh-tokoh puncak pendiri Gerakan Non-Blok."

"Ahmad Soekarno, Ahmad Soekarno!", begitu teriakan sejumlah orang Mesir ketika penulis sengaja naik metro anfaq (subway, kereta bawah tanah) menuju Bundaran Tahrir untuk shalat Jumat di Masjid Omar Makram di pusat kota Kairo, Jumat (9/11).

Rupanya teriakan itu bukan karena wajah penulis mirip tokoh kaliber bersapa Bung Karno, tapi ternyata peci hitam khas Melayu bertengger di kepala ini sehingga mencuri perhatian.

Seorang pria berusia sekitar 70 tahun menyapa penulis di metro Anfaq dengan nada sok tahu, "Kamu dari daerah mana di Indonesia?". 

Penulis balik bertanya, "Lho, dari mana bapak tahu saya orang Indonesia?". Dengan senyum hangat ia berucap, "itu tuh", sambil menunjuk peci di kepala penulis.

Si bapak yang mengaku bernama Abu Shawki itu kemudian bercerita panjang lebar mengenai gegap gempitanya sambutan rakyat Mesir setiap kali Bung Karno berkunjung ke negeri Piramida itu.

Rupanya ada udang di balik batu, Abu Shawki ternyata berhasrat miliki peci ini, "Boleh ya berikan saya kenang-kenangan pecimu, hehehe".

Maklum, peci hitam jarang dipakai warga Melayu di negeri ini selain presiden-presiden Indonesia dan segelintir kalangan pejabat Indonesia yang berkunjung ke Mesir.

Memang para pejabat Melayu, misalnya dari Malaysia atau Brunei Darussalam yang berkunjung ke Mesir, juga memaki peci, tapi sudah dimodifikasi, bukan lagi berwana hitam pekat polos seperti peci khas Indonesia.

Seorang teman wartawan Mesir yang penulis berikan suvenir berupa sebuah peci hitam, mengaku selalu diteriaki Ahmad Soekarno ketika ia memakai peci tersebut.

"Saya pernah pakai peci saat menonton film di bioskop di Kairo, saya malah menjadi perhatian dan beberapa orang meneriaki saya dengan menyebut Soekarno", ujarnya.

Saking berkesannya, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser dan Wakil Presidennya, Anwar Saddat, bahkan pernah bergantian memakai peci Bung Karno untuk foto bersama Sang Proklamator saat lawatannya ke Kairo.

Ketika meliput berita revolusi Mesir di Bundaran Tahrir pada awal tahun 2011, penulis dengan bangga memaki peci hitam di tengah ribuan massa yang berupaya menumbangkan rezim pimpinan Presiden Hosni Mubarak.

Namun, seorang teman wartawan Mesir membisiki penulis agar menanggalkan peci hitam, karena ia khawatir terbidik sniper, penembak jitu dari aparat pro rezim yang berusaha menumpas pemberontakan.

"Saya sarankan peci hitammu tanggalkan saja, karena siapa tahu ada sniper pro rezim yang membidik warga asing karena mereka mencurigai Anda sebagai pendukung pemberontakan anti-rezim," bisiknya. 


Jejak Bung Karno

Di antara presiden-presiden Indonesia dari Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Bung Karno paling populer di kalangan rakyat Mesir.

Maklum, sepanjang masa baktinya sebagai Presiden, Bung Karno tercatat paling banyak berkunjung ke Mesir dibanding para presiden berikutnya.

Menurut buku "Potret Hubungan Indonesia-Mesir: Jauh di Mata Dekat di Hati" (2009), Bung Karno melawat ke Mesir sebanyak enam kali, yaitu tahun 1955, 1958, 1960, 1961, 1964, dan 1965.

Sementara, Soeharto hanya dua kali melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir pada 1977 dan 1998.

Adapun Presiden Bacharuddin Jusuf Habibi tidak sempat berkunjung ke Mesir, tapi setahun menjelang dilantik jadi presiden, pakar aeronautika itu melakukan lawatan dalam kapasitas sebagai menteri riset dan teknologi pada 1997, menyusul lawatannya serupa pada 1995.

Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dua kali ke Mesir pada 2000 dan 2001, Presiden Megawati Soekarnoputri satu kali pada 2002.

Presiden SBY satu kali berkunjung ke Mesir pada 2004 saat menghadiri upacara penghormatan terakhir terhadap mendiang Presiden Palestina Yasser Arafat yang jenazahnya disemayamkan di Mesir sebelum dimakamkan di tanah kelahirannya, Palestina.

Setiap kunjungannya ke Mesir, Bung Karno senantiasa disambut gegap gempita oleh masyarakat setempat di sepanjang jalan dari bandara hingga Istana El Qobba, tempatnya menginap, sambil melambaikan bendera mini Indonesia dan Mesir.

Mohamed Gamal, purnawirawan perwira angkatan laut Mesir mengenang bahwa ia merasa takjub dengan kebesaran Bung Karno.

"Saya melihat banyak orang di jalanan melambaikan bendera mini Indonesia dan Mesir ketika menyambut kunjungan Presiden Soekarno, saya saat itu saya masih remaja dan bersemangat juga menyambutnya," kenang Gamal yang kini aktif mengajar "khat Arabi" (lukisan Arab) di Masjid Rabi`ah Adawiyah itu.

Sambutan meriah itu juga terekam dalam video dan foto-foto hitam putih yang hingga kini masih tersimpan rapi baik di Perpustakaan Nasional Mesir maupun di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo.

Pemimpin flamboyan itu dikenal amat gandrung dengan tari perut yang dipersembahkan gadis-gadis cantik negeri warisan Ratu Cleopatra tersebut.

Kabar burung yang beredar di kalangan masyarakat setempat, penari kesohor Mesir, Nagwa Fouad, kini berusia 73 tahun, menjadi langganan favorit untuk pertunjukan kesenian di hadapan sang tamu agung, Bung Karno.

Jejak lainnya yang membuat pemimpin legendaris Nusantara tersebut begitu terkesan di mata masyarakat Mesir, yaitu nama besar Soekarno masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di sekolah setempat sebagai sahabat kental pemimpin legendaris Mesir, Gamal Abdel Nasser dalam berjuang menumpas imperialisme.

Nadia El-Bahr, mahasiswi Universitas Kairo, misalnya menuturkan bahwa ia mengenal Soekarno dari buku-buku sejarah yang diajarkan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.

"Soekarno adalah sahabat karib almarhum Presiden Gamal Abdel Nasser. Mereka berdua merupakan tokoh-tokoh puncak pendiri Gerakan Non-Blok," katanya.

Jejak lainnya yang terkesan adalah Mangga Soekarno. Konon Bung Karno yang memperkenalkan mangga dari Indonesia untuk dikembangkan di negeri Lembah Nil itu sejak tahun 1950-an.

Makanya, di sela lawatannya ke Mesir, Presiden Megawati pada 2002 menyempatkan waktunya untuk mengunjungi pekebunan mangga di kawasan Delta Nil, Provinsi Alexandria, 220 km utara Kairo.

Namun, jejak abadi yang paling dikenang adalah diadopsinya nama Bung Karno sebagai salah satu nama jalan di Kairo, tepatnya di Distrik Agouza, sisi barat Sungai Nil.

Alhasil, di balik peci hitam dan jejak-jejak Bung Karno itu menyimpan spirit persahabatan kedua bangsa yang kendati jauh di mata, tapi dekat di hati. (M043/Z002)
Editor: B Kunto Wibisono
Sumber:http://www.antaranews.com/berita/343381/peci-bung-karno-berkesan-di-mesir

Jumat, 02 November 2012

BOCAH BERPRESTASI KETURUNAN INDONESIA INGIN BELA INGGRIS


Usia Jack Brown boleh jadi belum genap 11 tahun. Namun, urusan prestasi, raihannya mungkin sudah melebihi anak-anak lain yang lima tahun lebih tua darinya. Sosoknya tengah hangat diperbincangkan usai baru-baru ini kembali mencatatkan prestasi.

Jack yang mengaku sebagai anak warga negara Indonesia, berhasil menjadi pemain terbaik dalam "The World Final Skill Test 2012" yang diadakan Manchester United Soccer School (MUSS), Minggu (21/10). Ibunya, Indah, merupakan warga negara asli Indonesia, sementara ayahnya, Lance Brown, adalah seorang warga negara Inggris. 
"The World Final Skill Test 2012" itu sendiri diikuti sekitar 30 anak dari 25 negara dengan rentang usia 10 hingga 16 tahun. Mereka yang berpartisipasi kebanyakan merupakan anggota tim nasional masing-masing negaranya mulai dari U-14 hingga U-16.

Bakat yang dimiliki Jack juga sampai ke telinga Sir Alex Ferguson. Bahkan, manajer Manchester United itu juga melontarkan pujian bagi Jack. Pujian itu bukan semata-mata karena bakatnya saja, tapi juga karena Jack bangga mengaku sebagai orang Indonesia.

"Aku seorang anak Indonesia," tutur Jack saat dianugerahi penghargaan tersebut. Perkataannya itu pun langsung disambut tepuk tangan dari para penonton yang hadir dalam acara tersebut.

Sir Alex yang hadir pun tampak terpukau. "Kamu seorang Indonesia? Wow, itu menarik," tandas Ferguson ketika berjabat tangan dengan Jack.

Sang Ibu, Indah, pun mengaku bangga dengan sederet prestasi yang dimiliki anaknya itu. Menurutnya, sejak kecil Jack memang sudah gemar bermain bola. Sebelum menjadi yang terbaik di MUSS tahun ini, Jack juga pernah menyabet gelar pemain terbaik MUSS Dubai pada 2006 lalu.

Indah mengatakan setiap liburan musim panas, Jack dan kakaknya selalu mendaftar masuk summer camp sepak bola. Pada Juli 2012, keduanya didaftarkan ke MUSS Singapura yang latihannya diadakan di Senayan, Jakarta. Ketika itu, Jack juga tampil memukau dengan mencetak skor tertinggi, 600 poin. Dia berhasil mengalahkan para pemain yang lebih tua darinya, pun kakaknya sendiri.

Tak hanya itu, Jack juga pernah didaulat dua kali sebagai pemain terbaik Sony Tournament di Al Rasyid Elementary School , Nad Al Sheba 2010 dan Dubai English Speaking School Tournamen 2011 . Dia juga menjadi pemain tengah terbaik 2012 pada turnamen IFA.

Jack mempunyai cita-cita tinggi, yakni suatu saat nanti ingin menembus skuad utama Ferguson. "Dia bercita-cita menjadi pemain bola terkenal. Dia mengidolai Wayne Rooney," jelas Indah kepada Antara London .

Jack sendiri sudah sempat bertatap muka langsung dengan Rooney. Kala itu, bersalaman dengan Rooney benar-benar menjadi kenangan indah buat sang bocah. "Bunda, jantungku berdetak sangat keras saat bersalaman dengan Rooney," aku Jack seperti diceritakan sang Ibu.

Sayang, meski mengaku bangga berasal dari Indonesia, Jack dikabarkan tak berniat membela timnas dari negara asal ibunya. Dia disebut-sebut kelak justru ingin membela tim nasional Inggris.
Sumber:http://garudasoccer.com

Kamis, 01 November 2012

5 Tahun Lagi, Tak Ada Edelweis di Bromo



TEMPO.CO Malang - Keberadaan bunga edelweis di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terancam punah.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memperkirakan bungka khas dari dataran tinggi itu akan punah dalam tempo lima hingga sepuluh tahun mendatang.
"Perburuan edelweis oleh manusia untuk diperjualbelikan cukup banyak terjadi," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo, Ayu Dewi Utari kepada Tempo, Kamis 1 November 2012.
Menurut dia, banyak pengunjung yang tak mempunyai kesadaran untuk tetap menikmati keindahan edelweis tanpa harus memetiknya. Selain itu, lanjut Ayu, faktor anomali cuaca juga dapat membuat tanaman dengan nama Latin Anaphalis Javanica itu terancam punah.
Soal rendahnya kesadaran pengunjung taman nasional Bromo dalam melestarikan edelweis, Ayu mengatakan, mereka umumnya memetik bunga itu untuk disimpan sebagai kebanggaan, ditaruh di kamar atau ruang tamu sebagai hiasan, atau dijadikan oleh-oleh bagi orang terkasih.
Kebiasaan ini dipicu anggapan bahwa edelweis perlambang keabadian, ketulusan cinta, dan pengorbanan karena hanya tumbuh di ketinggian pucuk atau lereng gunung.
Edelweis tumbuh liar merata di seluruh kawasan taman nasional Bromo Tengger Semerus seluas 50.276 hektare. Bila disatukan, sebaran tanaman edelweis ditaksir hanya seluas 1.000 hektare.
Pengawasan terhadap keberadaan flora dan fauna di taman nasional ini rutin dilakukan dengan patroli. Pengelola juga tak bosan-bosannya mengingatkan pengunjung untuk tidak mengambil dan membawa pulang apapun dari dalam taman nasional tanpa izin.
"Namun tetap saja banyak pengunjung yang bandel. Ada yang mengaku pecinta alam, tapi ulahnya justru merusak alam," ujar Ayu.
Untuk menyelamatkan tanaman edelweis dari ancaman kepunahan sekaligus supaya pengunjung dapat menikmati keindahan bunga itu, pengelola taman nasional berencana membuat taman konservasi edelweis seluas 1 hektare di wilayah Ranu Regulo, yang berjarak sekitar 300 meter dari Pos Ranu Pani.
Taman konservasi yang dibangun bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) itu rencananya akan membudidayakan seratusan pohon edelweis untuk tahap awal. Sayangnya, hingga kini hanya 5 pohon yang bertahan hidup, selebihnya sekarat dan mati.
Ayu mengatakan cuaca ekstrem sepanjang Juni hingga Agustus membuat temperatur udara di taman nasional bisa mencapai minus tiga derajat Celsius pada malam hari. Akibatnya, muncul bunga-bunga es di pucuk-pucuk pohon, ilalang, dan rerumputan yang bentuknya mirip salju tipis. "Tanaman edelweis sulit tumbuh di saat suhu ekstrem dingin," ujarnya. "Di musim kering edelweis mati suri dan hidup lagi di musim hujan."
ABDI PURMONO

Rabu, 31 Oktober 2012

Mahasiswa IPB Ciptakan Virtual Whiteboard untuk Tunarungu dan Tunagrahita



Mahasiswa Institut Pertanian Bogor menciptakan teknologi "virtual whiteboard" yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar matematika bagi siswa tunarungu dan tunagrahita.

"Ke depan, `virtual whiteboard` (layar sentuh virtual) ini akan dikembangkan menjadi paket pembelajaran untuk berbagai anak berkebutuhan khusus," kata ketua pelaksana program tersebut Wulandari di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Ia menjelaskan tim mahasiswa Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F-MIPA) IPB yang dipimpinnya itu, dengan alat bantu dimaksud mencoba membantu proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik yang tunarungu dan tunagrahita agar dapat belajar dengan baik.

Bersama rekannya Ahmad Thoriq Abdul Aziz, Fahri Amirullah, Marsudi Wijaya, dan Puspasari Respatiningtyas, ia menemukan teknologi ini, yang terkait dengan penggunaan "virtual whiteboard" pada pembelajaran matematika interaktif untuk siswa penyandang tunarungu dan tunagrahita pada sekolah luar biasa (SLB) kategori B/C.

Dijelaskannya bahwa teknologi "virtual whiteboard" ini membantu siswa SLB untuk memahami operasi matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan.

Menurut dia, penggunaan "virtual whiteboard" dapat membuat proses pembelajaran lebih interaktif dan menarik, karena menggunakan animasi menarik dan layar papan tulis yang dapat langsung disentuh menggunakan alat yang dibuat.

Ia menjelaskan, teknologi itu ditujukan bagi siswa tunagrahita untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan meningkatkan partisipasi dalam belajar.

Bagi siswa tunarungu, kata dia, aplikasi ini menyediakan tambahan vitur audio dan visual dalam membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar.

"Teknologi `virtual whiteboard` yang kami kembangkan memiliki kelebihan yaitu dapat memudahkan pengajar untuk menulis langsung pada layar proyektor dan tidak menggunakan spidol sebagai alat tulis," katanya.

Pada pembelajaran di SLB, kata dia, dibutuhkan metode pembelajaran baru yang mengedepankan partisipasi aktif dari siswa SLB.

"Oleh karena itu, teknologi memberikan manfaat besar untuk mitra kami yaitu SLB B/C Tunas Kasih 2 Kota Bogor," katanya.

Ia menambahkan, penggunaan "virtual whiteboard" sebagai alat bantu pembelajaran matematika interaktif di SLB B/C ini memberikan respons yang sangat baik.

"Terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa saat menjawab soal-soal matematika yang diberikan," katanya.

Hanya saja, kata Wulandari, teknologi ini masih terbatas pada mata pelajaran matematika.

Karenanya, kata dia, para guru berharap pengembangan selanjutnya penggunaan teknologi ini dapat diterapkan pada mata pelajaran lain dalam pembelajaran di SLB, seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Menurut Kepala Humas IPB Ir Henny Windarti, MSi, ide Wulandari dan kawan-kawannya dalam bentuk Program Kreatifitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-T) ini telah diberikan kesempatan mengikuti program 104 inovasi Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan IPB bekerja sama dengan Direktorat Riset dan Kajian Strategis IPB. (IRIB Indonesia/Antara)

Selasa, 30 Oktober 2012

WAJIB BACA:PENGURUS MASJID MENANGIS TERIMA 2 HEWAN QURBAN DARI PEMULUNG, bagaimana dengan kita?



 Bismillahir-rahmanir-rahim…Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung memberikan dua hewan qurban di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Pengurus masjid yang m
enerima dua ekor kambing itu menangis terharu.

“Saya nangis, tidak kuat menahan haru,” ujar Juanda (50), salah satu pengurus Masjid Al Ittihad kepada merdeka.com, Jumat (26/10/2012).

Juanda menceritakan, Selasa (23/10/2012), seorang pemulung bernama Maman datang ke Masjid Al Ittihad. Masjid megah ini terletak di kawasan elit Tebet Mas, Jaksel.

“Bawanya pakai bajaj. Dia kasih dua ekor kambing untuk qurban. Dia bicara tegas, justru saya yang menerimanya tak kuat. Saya menangis,” kata Juanda.

Dua kambing qurban yang diserahkan pemulung itu berwarna cokelat dan putih. Kambing itu justru yang paling besar di antara kambing-kambing lain.

Juanda menceritakan, pengurus lain pun terharu mendengar cerita ini. Begitu juga jamaah shalat Idul Adha saat mendengar pengumuman lewat pengeras suara sebelum shalat dilaksanakan. Mungkin, saat membaca, mata Anda pun berkaca-kaca.

Adalah pasangan suami istri Yati (55) dan Maman (35), keduanya pemulung, menabung susah payah untuk berqurban. Yati mengaku, sempat ditertawakan saat bercerita seputar niatnya untuk berqurban.

“Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” cerita Yati, Jumat (26/10/2012).

Tapi Yati bergeming. Dia tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan qurban. Akhirnya setelah menabung tiga tahun, Yati bisa berqurban tahun ini.

“Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban,” beber Yati.

Yati dan suaminya Maman (35) sama-sama berprofesi sebagai pemulung. Pendapatan mereka jika digabung cuma Rp 25 ribu per hari. Tapi akhirnya mereka bisa membeli dua ekor kambing. Masing-masing berharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta.

Dua kambing ini disumbangkan ke Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan. Jemaah masjid megah itu pun meneteskan air mata haru.

Pasangan suami istri ini tinggal di gubuk triplek kecil di tempat sampah Tebet, Jakarta Selatan. Saat merdeka.com mengunjungi gubuk Yati usai Shalat Idul Adha, Jumat (26/10/2012), Juanda, pengurus Masjid Al Ittihad, ikut menemani.

Yati membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Tak ada barang berharga di gubuk 3×4 meter itu. Sebuah televisi rongsokan berada di pojok ruangan. Sudah bertahun-tahun TV itu tak menyala.

Wanita asal Madura ini bercerita soal mimpinya bisa berqurban. Dia malu setiap tahun harus mengantre meminta daging. “Saya ingin sekali saja bisa berqurban. Malu seumur hidup hanya minta daging,” katanya.

Yati mengaku sudah lama tinggal di pondok itu. Dia tak ingat sudah berapa lama membangun gubuk dari triplek di jalur hijau peninggalan Gubernur Legendaris Ali Sadikin itu.

“Di sini ya tidak bayar. Mau bayar ke siapa? Ya numpang hidup saja,” katanya ramah.

Setiap hari Yati mengelilingi kawasan Tebet hingga Bukit Duri. Dia pernah kena asam urat sampai tak bisa jalan. Tapi Yati tetap bekerja, dia tak mau jadi pengemis.

“Biar ngesot saya harus kerja. Waktu itu katanya saya asam urat karena kelelahan kerja. Maklum sehari biasa jalan jauh. Ada kali sepuluh kilo,” akunya.

Juanda yang menjaga Masjid Al Ittihad terharu saat Yati bercerita mimpi bisa berqurban lalu berusaha keras mengumpulkan uang hingga akhirnya bisa membeli dua ekor kambing.

“Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil,” gumamnya.

Di tengah kemiskinan yang mendera, Yati-Maman, dua pemulung ini berqurban dua kambing–setelah dengan susah payah menabung selama 3 tahun. Bagaimana bagi yang memiliki kemampuan, tapi tak tergerak untuk berqurban?

Wallahua’lam bish Shawwab ....
Barakallahufikum ....

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#

Jumat, 26 Oktober 2012

Rumah Adat Sunda (gambar/sketsa)

alam masyarakat Sunda buhun (kuno) dikenal beberapa jenis bangunan rumah, Pada umumnya bangunan rumah adat sunda bentuknya panggung, yang kaki-kakinya (tatapakan, istilah sunda) terbuat dari batu persegi (balok) dalam bahasa Sunda disebut batu tatapakan. Untuk tihang (tiang) mengunakan kayu. Bagian bawah/lantai menggunakan papan kayu atau palupuh/talupuh dari bambu. Dindingnya memakai anyaman bambu (bilik) atau papan kayu.

Perbedaannya terlihat pada bagian atas/atap (suhunan), antara lain:

Julang ngapak, yaitu bentuk bangunan rumah yang suhunan bagian sisi kiri kanan agak melebar ke samping. Ada juga yang menyebutnya memakai sorondoy. Apabila di lihat dari arah depan seperti burung yang sedang terbang.

sketsa suhunan julang ngapak... 

julang ngapak


Parahu kumureb, yaitu bentuk bangunan rumah yang atapnya (suhunan) membentuk perahu terbalik (telungkup).

sketsa suhunan parahu kumereb... 

parahu kumereb


Suhunan jolopong, yaitu bentuk bangunan yang atapnya (suhunan) memanjang sering disebut suhunan panjang atau gagajahan.

sketsa suhunan jolopong... 

jolopong


Tagog anjing, yaitu bentuk bangunan mirip dengan bentuk badak heuay, tetapi ada sambungan kebagian depan dan sedikit turun. Jadi bangunannya tekuk (ngeluk) seperti anjng jongkok.

sketsa suhunan tagog anjing... 

tagog anjing


Badak heuay, yaitu bentuk bangunan seperti saung tidak memakai wuwung sambungan atap (hateup) depan dengan belakang seperti badak sedang membuka mulutnya (menguap, arti sunda heuay).

sketsa suhunan badak heuay... 

badak heuay


Capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang atap (suhunan) bagian ujung belakang atas dan depan atas menggunakan kayu atau bambu yang bentuknya menyilang dibagian atasnya seperti gunting.

sketsa suhunan capit gunting... 

capit gunting


maaf gan, sketsanya acak-acakan

Sumber: http://archive69blog.blogspot.com/2010/11/rumah-adat-sunda-gambarsketsa.html#ixzz2AxFkZt3x

Rabu, 24 Oktober 2012

7 Film Kenalkan Wisata Indonesia







Adegan Ibu Muslimah, Ikal, Lintang, Akiong, dan teman-temannya menunggu pemandangan matahari tenggelam di antara batu-batu granit raksasa di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung, menjadi adegan terindah film Laskar Pelangi.

Cuplikan itu sukses menginspirasi banyak orang datang wisata ke Pulau Belitung. Padahal pulau ini sebelumnya tidak banyak dikenal sebagai tempat tujuan wisata.

Ada pula tayangan Elizabeth Gilbert bersepeda di jalanan persawahan Monkey Forest, Ubud, dalam film Eat, Pray, Love.  Adegan itu menjadi satu di antaranya adegan terindah yang membuat para penontonnya penasaran ingin berfoto-foto di lokasi itu kalau berkunjung ke kawasan wisata Ubud, Bali.


Film memang sangat efektif untuk semakin mempopulerkan sebuah lokasi wisata, ataupun mengangkatnya dari yang sebelumnya tidak dikenal. Berikut 7 film yang sukses mempopulerkan sebuah lokasi wisata di Indonesia. Tidak semua film laris, ada juga film dokumenter.


1. Ubud, Uluwatu, dan Kintamani, dalam Eat, Pray, Love (2010)

Tiga sisi keindahan Bali yang dieksplorasi film. Pertama, Bali wilayah pedalaman dengan tempat-tempat syuting; Danau Batur, Kintamani; persawahan dan teras siring Tegallalang; Monkey Forest, Ubud; dan jalan-jalan pedesaan Ubud yang asri.
Kedua masyarakat dan budaya Bali; yakni rumah tokoh spiritual Ketut Liyer, pembimbing rohani Elizabeth Gilbert (Julia Robert) di Denpasar; rumah penjual obat tradisional Wayan (Christine Hakim); dan pasar kerajinan di Denpasar.

Ketiga, pantai-pantai terindah Bali; yakni Pantai Padang Padang, Pecatu, Uluwatu; Pura Pecatu, Uluwatu; dan Pelabuhan Tanjung Benoa, Nusa Dua. Tanyakan pada guide setempat, situs-situs film Eat, Pray, Love, mereka akan siap mengantar Anda ke lokasi-lokasinya. Tak hanya bercerita Bali, film ini juga berlatar India, dan Italia. Karya sutradara Ryan Murphi. Kisahnya diambil dari novel best seller berjudul sama karya Elizabeth Gilbert.


2. Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, dalam Laskar Pelangi (2008)

Tidak ada yang menyamai keunikan dan keindahan pantai-pantai Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, yang dihampari ribuan batu-batu granit raksasa di film karya Riri Riza itu. Selain pantai-pantainya, syuting film juga menunjukkan berbagai sisi keindahan Belitung lain, seperti kawah-kawah bekas penambangan timah, savana, denyut nadi kota Manggar, mercusuar Pulau Lengkuas yang legendaris, dan kehidupan kuliner Belitung yang terkenal dengan aneka masakan mie dengan julukan kota 'seribu kedai kopi.'

Laskar Pelangi berkisah persahabatan sekelompok anak-anak Belitung dari sejak sekolah dasar hingga dewasa. Diambil dari novel laris berjudul sama karya Adrea Hirata. Sekuelnya, Sang Pemimpi (2010), juga berlatar Belitung. Kini tersedia banyak paket wisata Laskar Pelangi ke Belitung. Terjadi peningkatan kunjungan wisatawan lebih dari 350 persen sejak novel dan film ini dirilis.


3. Kawah Gunung Ijen dan savana Taman Nasional Baluran dalam King (2009)

Ribuan rusa berlarian di savana dengan pohon-pohon kayu tua meranggas. Sekilas seperti tayangan National Geography tentang lanskap pedalaman Afrika. Tiga anak Guntur, Michele, dan Raden, mengendap-endap mengajak rusa bermain-main, spot di Taman Nasional Baluran.

Pada bagian lain, ketiga anak ini bermain-main di pinggir Puncak Kawah Gunung Ijen, yang dipenuhi kabut Belerang dan lalu lalang penambang belerang tradisional. Dua spot berkesan dari film yang bercerita tentang Guntur, seorang anak desa yang berjuang menjadi pemain badminton dunia. Pengambilan gambar dengan helikopter membuat film ini dipenuhi dengan pemandangan-pemandangan indah.


Film garapan Ari Sihasale ini menginspirasi wisatawan mengunjungi kawasan dingin Gunung Ijen, Jawa Timur, yang dipenuhi dengan perkebunan kopi, penghasil kopi termahal di dunia, Kopi Luwak.


4. Puncak Penanjakan, Kaldera Gunung Bromo, dalam Pasir Berbisik (2001)

Embusan angin yang bertiup terus menerus dan badai pasir kecil yang sering terjadi, membuat kaldera di kaki Gunung Bromo, Jawa Timur, seperti mengeluarkan bunyi berbisik sepanjang waktu. Pasirnya menerpa lembut ke sana ke mari. Cocok kawasan ini disebut Pasir Berbisik sesuai dengan judul film yang memang pernah dibuat di situ pada awal 2000.

Film ini garapan sutradara Nan Achnas dengan bintang-bintang top, Christine Hakim dan Dian Sastrowardoyo. Selain kawasan Pasir Berbisik, film ini juga menunjukkan titik terbaik menikmati keindahan matahari terbit di Gunung Bromo, yakni di Puncak Penanjakan, yang lokasinya tidak jauh dari lembah Pasir Berbisik. Di sekeliling kawasan Pasir Berbisik terdapat bukit-bukit batu raksasa, Pura Punten, dan savana luas.


Ribuan turis mendatangi lokasi ini setiap pagi untuk menikmati keindahan matahari terbit yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Lokasi fotografi yang menantang untuk dieksplorasi. Dengan kehidupan tradisional suku Tengger yang mendiami.


5. Borobudur dan Yogyakarta dalam Java Heat (2012)

Film ini baru akan beredar pada pertengahan tahun ini, namun sudah sejak awal tahun menjadi bahan pembicaraan para pecinta film. Sebab film ini akan banyak mempertontonkan keindahan pemandangan alam dan kehidupan masyarakat Yogyakarta, dan masyarakat seputar Candi Borobudur, Magelang, Jawa tengah.

Film Hollywood karya Conor Allyn ini dibintangi Mickey Rouke. Bercerita tentang sekelompok teroris dan penjahat yang mengacaukan Asia Tenggara, termasuk menculik putri raja Yogya, merampok bank, dan lain-lain. Seorang warga Amerika Serikat dan seorang polisi Indonesia pun bekerja sama melawan kejahatannya. Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, salah satu fokus latar cerita. Juga berbagai tempat laga di jalanan kota Yogyakarta, sekitar keraton, motel-motel di Pasar Kembang, dan jalan Malioboro.

Musik

6. Wamena dan Puncak Cartenz dalam Denias: Senandung di Atas Awan (2006)

Dari puncak Gunung Pikhe, Distrik Karulu, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, dapat ditemui keindahan padang savana luas yang menjadi latar film Denias: Senandung di Atas Awan, karya sutradara Ari Sihasale. Juga padang pasir berwarna putih yang berada di puncak gunung. Film-film Ari Sihasale memang selalu menonjolkan keindahan pemandangan alam. Syuting film ini dilakukan di Wamena, meskipun dalam film bercerita tentang kota Timika, Papua.

Di sekitar Wamena terdapat banyak obyek wisata alam, dan juga koleksi Mumi berusia ratusan tahun yang masih dirawat baik oleh suku Dany, suku dominan yang menguasai peradaban Papua pegunungan tengah. Satu di antara adegan yang menarik yakni ketika Maleo (Ari Sihasale) mengajak Denias dan teman-temannya menaiki helikopter Bell-412 Twin Pac mengelilingi Puncak Cartenz, puncak Pegunungan Jayawijaya, puncak gunung tertinggi di Indonesia, yang selalu diselimuti salju. Menghasilkan pemandangan yang menakjubkan, dan kini menjadi salahsatu tujuan wisata petualangan di Papua.


7. Camp Leakey, Taman Nasional Tanjung Puting, dalam In The Wild: Orangutans With Julia Roberts (1992)

Bintang Hollywood Julia Robert tidak hanya berjasa mengenal Indonesia lewat Eat, Pray, Love, tetapi juga film dokumenter In The Wild: Orangutans With Julia Roberts. Film itu berhasil mempopulerkan wisata menyusuri Sungai Sekonyer dengan perahu klotok, menuju pusat perlindungan Orangutan liar yang berada di pedalaman Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Adegan persahabatan Julia Robert dengan 2 Orangutan dilakukan di Camp Leakey. Keberanian Julia selama beberapa jam bergaul akrab dengan dua Orangutan dalam film ini sangat mengagumkan. Bagaimana orangutan sempat marah, Julia Roberts sempat sangat ketakutan, namun tetap bisa menguasai diri.


Adegan Julia Roberts bersama Profesor Galdikas menyusuri Sungai Sekonyer berhasil menampilkan keindahan pedalaman Kalimantan. Wisata menyusuri Sungai Sekonyer yang kini sangat diminati turis asing sangat berhutang budi atas film ini.
Sumber:http://www.satumedia.info

Kamis, 18 Oktober 2012

Mahasiswa ITB Raih Penghargaan Hermann Oberth Award pada Konferensi IAC 2012




NAPOLI, itb.ac.id - Mahasiswa Program Studi Aeronotika dan Astronotika ITB, Hagorly Mohamad Hutasuhut, berhasil meraih prestasi membanggakan pada Konferensi International Astronautical Congress (IAC) 2012 di Napoli, Itali pada 1-5 Oktober 2012 lalu. Hagorly meraih penghargaan Gold Medal Hermann Oberth Award untuk kategori Undergraduated Student.

"Sebagai satu-satunya perwakilan mahasiswa dari Indonesia, penghargaan tersebut merupakan penghargaan yang cukup membanggakan karena paper-paper yang dipresentasikan di salah satu premier acara konferensi tahunan mengenai teknologi antariksa tersebut telah melewati seleksi yang cukup ketat," ujar Hagorly.


Berawal dari Tugas Akhir


Paper yang membawa Hagorly pada prestasi membanggakan tersebut berawal dari Tugas Akhir yang dikembangkan. Ia beserta rekannya, Bagus Adiwiluhung Riwanto (Teknik Elektro ITB) dengan dosen pembimbing Dr. Rianto Adhy Sasongko dan Dr. Ridanto Eko Poetro mengusung paper yang berjudul "HIL Simulation of Spin Stabilized Spacecraft Dynamics by Two Degree of Freedom Gyroscope Simulator".

Abstrak karya tersebutlah yang dikirimkan pada tahap awal hingga berhasil diterima dan dipresentasikan pada bagian Student Conference di International Astronautical Congress (IAC 2012) di Napoli, Itali. Selain Hagorly, terdapat 6 orang perwakilan dari Indonesia lainnya yang mengikuti acara tersebut yang merupakan perwakilan dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), INDOVISION, dan beberapa peneliti dari Indonesia.


Konferensi Penting


IAC 2012 merupakan konferensi teknologi penerbangan antariksa tahunan yang melibatkan ilmuwan, pusat riset dari berbagai universitas, agensi, dan industri mengenai teknologi antariksa di seluruh dunia. Selama International Astronautical Congress (IAC) berlangsung ada beberapa kegiatan utama yang diselenggarakan seperti Technical Programme, UN/IAF Workshop, serta Public Programme.

Technical Programme adalah acara simposium IAC yang terdiri dari berbagai paper yang ditulis oleh komunitas antariksa, dan telah diseleksi selama pertemuan International Astronautical Federation (IAF) Programme Committee. Sementara itu UN/IAF Workshop adalah acara yang mempertemukan para generasi muda, anggota parlemen.

IAC merupakan konferensi yang tidak hanya membahas mengenai teknologi dirgantara khususnya mengenai antariksa, namun juga sampai kepada space-law (hukum antariksa, red) dan bisnis mengenai industri ini. IAC menjadi salah satu konferensi premier mengenai antariksa, sekaligus satu-satunya acara tahunan yang dapat mempertemukan ketua space agency dari seluruh dunia seperti NASA (Amerika), ESA (Eropa), JAXA (Jepang), dan Roscosmos (Rusia).

"Pada saat closing ceremony diluar dugaan saya mendapatkan penghargaan Gold Medal Hermann Oberth Award untuk kategori Undergraduate Student. Penghargaan tersebut pertama kalinya diterima mahasiswa dari Indonesia," ungkapnya.

Sumber : http://www.itb.ac.id/news/3710.xhtml

Rabu, 10 Oktober 2012

Chrysler: Mobil Ex Indonesia-1 di Pameran Alutsista TNI 2012

berita foto pameran alutsista tni
Indonesia-1 pada masa presiden Soekarno
[beritafoto] Pada pameran Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) di Lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 6-8 Oktober 2012, turut dipamerkan juga Mobil kepresidenan Indonesia-1 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.















berita foto pameran alutsista tni
Plat Ex Indonesia-1 pada bagian belakang mobil


berita foto pameran alutsista tni
Indonesia-1 pada masa Presiden Soekarno

Rabu, 26 September 2012

Kisah Genius Indonesia berkarya di Luar Negeri (2)

4. ANDRIVO RUSYDI: KOKI TEKNOLOGI NANO ASAL PADANG


Hari-hari Andrivo Rusydi menetap di negeri sendiri hanya bisa dihitung dengan jari. Pemuda 33 tahun ini mesti wira wiri antarbenua sepanjang tahun untuk menjalani riset-risetnya di bidang teknologi nano. Ia memang salah satu dari sedikit anak bangsa negeri ini yang menguasai teknologi pengontrol skala atom dan molekul itu. Sebuah keahlian yang—terutama—banyak dibutu*kan di negara maju.

Maka negeri-negeri semacam Singapura, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada membuka lebar-lebar pintu riset bagi urang awak ini. Mari kita lihat jejak-jejak kejeniusannya, yang sudah diakui dunia internasional, itu. Saat ini Andri adalah peneliti tetap dan pengajar mata kuliah nanotechnology dan nanoscience di Universitas National Singapura (NUS). Di universitas ini pula ia mendapatkan gelar profesor pada usia 31 tahun. Sejak awal tahun ini, dia diangkat menjadi anggota Singapore International Graduate Award atau supervisi para doktor lulusan NUS.

Lalu, di Jerman, suami Sulistyaningsih ini menjadi profesor tamu pada Center for Free Electron Laser dan Institute for Applied Physics of University of Hamburg. Di sini, selain mengajar, Andri membimbing mahasiswa diploma sampai doktoral.

Penjelajahannya yang intensif di ranah teknologi nano juga membuat sulung dari empat bersaudara ini juga menjadi peneliti tamu di Departemen Fisika Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, dan Universitas British Columbia, Kanada.

Jejak akademisnya memang terpacak hingga ke berbagai pelosok dunia. Tak hanya itu, teknik riset yang ia kembangkan kemudian dimanfaatkan di berbagai negara, antara lain Amerika Serikat, Prancis, Korea, Jepang, Australia, Jerman, Kanada, dan Taiwan.

Dengan reputasi akademik internasional semacam itu, Andri tak ingin terlena. Dia ingin berbakti kepada tanah airnya untuk memajukan dunia ilmu di negeri ini. Caranya lewat kerja sama penelitian dan beasiswa tingkat doktoral dari dana-dana penelitian yang diperolehnya.
5. AKU PULANG, AKU BERJUANG, AKU MENANG


Belasan tahun belajar di luar negeri. Tanpa bantuan pemerintah, penelitian mereka berhasil di Tanah Air.

Robot itu bernama Sona CT x001. Di sebuah jendela ruko di perumahan Modernland, Tangerang, robot yang dibekali dua lengan itu sedang memindai tabung gas sepanjang 2 meter. Di bagian atas robot, layar laptop menampilkan grafik hasil pemindaian. Selasa dua pekan lalu itu, Sona—buatan Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology—sedang diuji coba. Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta. “Di dalam ruko tidak ada tempat lagi untuk menyimpan Sona dan udaranya panas,” kata Dr Warsito P. Taruno, pendiri dan pemilik Edwar Technology.

Sona harus berada di ruangan yang suhunya di bawah 40 derajat Celsius. Perusahaan migas Petronas, kata Warsito, tertarik kepada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut. Selain Sona, Edwar Technology mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, US$ 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.

Bahkan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pun memakai teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) temuan Warsito. Lembaga ini mengembangkan sistem pemindai komponen dielektrik seperti embun yang menempel di dinding luar pesawat ulang-alik yang terbuat dari bahan keramik. Zat seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan parah pada saat peluncuran karena perubahan suhu dan tekanan tinggi.

ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik. Teknologi ECVT bermula dari tugas akhir Warsito ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.

6. SONJA DAN SHANTI SUNGKONO: SI KEMBAR PENAKLUK BERLIN



Penampilan mereka memukau publik musisi klasik, dari Eropa hingga Amerika. Diganjar pelbagai 
penghargaan internasional bergengsi.

Suatu hari, di hadapan publik musik klasik Berlin, Jerman, penampilan duo pianis kembar Sonja dan Shanti Sungkono tampak eksotis. Di atas pentas, tubuh kedua perempuan berwajah Jawa ini dibalut kebaya dengan siluet brokat keperakan. Rambut mereka disanggul. Penampilan keduanya jauh dari penampilan panggung para musisi klasik yang konservatif—yang umumnya muncul dengan gaun panjang warna hitam.

Duet Sonja-Shanti tak sedang ingin tampil unik, apalagi nyentrik, dengan gaya tersebut. Model penampilan itu boleh dibilang telah menjadi ciri khas sekaligus identitas mereka sebagai perempuan Indonesia dalam pelbagai pentas di mancanegara. Selain penampilan, dalam setiap pertunjukan, keduanya selalu memperkenalkan diri sebagai duo pianis Indonesia. “Dari penampilan saja kelihatan, kami bukan orang Jerman,” kata keduanya, yang sejak 1991 bermukim di Berlin.

Toh, bukan lantaran penampilan itu yang membuat mereka memukau. Kepiawaian jari-jari mereka menari di atas tuts pianolah yang dikagumi penikmat musik klasik, baik di Jerman maupun di kota-kota besar lain di mancanegara.
Bahkan permainan Sonja-Shanti telah mencuri perhatian para musisi dan kritikus musik klasik Eropa. Di Jerman, penampilan mereka dipuji sebagai, “Benar-benar pertunjukan yang indah, mengagumkan, dan profesional.”

Prestasi mereka pun patut dibanggakan. Mereka meraih Jerry Coppola Prize dalam lomba duet piano di Miami, Amerika Serikat, pada 1999. Dua tahun berturutturut, 2001 dan 2002, mereka menyabet Prize Winners Juergen Sellheim Foundation di Hannover, Jerman. Lalu pada 2002 menjadi juara ketiga Torneo Internazionale di Musica di Italia. Terakhir, mereka menggondol Prize Winners pada National Piano Duo Competition di Saarbrucken, Jerman, pada 2003.

Album pertama mereka, Works for Two Pianos, dirilis pada 2002. Dua tahun berselang, Sonja-Shanti menelurkan album kedua bertajuk 20th Century Piano Duets Collection. Kedua album berformat CD itu di bawah label NCA Jerman. Peredaran album kedua lebih luas dari yang pertama.

Selain di Jerman, album tersebut beredar di Prancis, Italia, Austria, Swedia, Jepang, dan Amerika. Kedua album itu juga mendapat apresiasi yang cukup antusias dari sejumlah media musik klasik di Eropa. Selain itu, kedua album tersebut masuk arsip Perpustakaan Musik Naxos—produser musik klasik dunia yang menyimpan sekitar 36 ribu album.