Kamis, 21 Juni 2012

Aksesori Indian Buatan Bandung Tembus Eropa

BANDUNG- Di teras depan rumah bernomor 17, di Jalan Rasdan, Astanaanyar, Bandung, terlihat sejumlah tengkorak kepala domba dan sapi yang dipajang di dinding. Dari bentuk yang kecil sampai yang besar. Tampak juga seekor elang hidup berukuran sedang, yang bertengger di sepotong kayu.

Pemandangan rumah dari depan itu sudah mendeskripsikan gaya ala Indian. Bahkan, dua drum besar yang terbuat dari kayu seperti di film-film koboi diletakkan di dekat pintu masuk. Di tempat inilah, Nandar memproduksi beragam aksesori suku Indian.

Pria berusia 44 tahun ini membuat pernik Indian dari alas kaki sampai tutup kepala. Semuanya terbuat dari kulit sapi dan kambing, dengan harga mulai Rp 10 ribu sampai Rp 40 jutaan. Sekitar 80 persen barang produksinya pun diekspor ke sejumlah negara.

"Sebagian besar diekspor ke negara-negara di Eropa, seperti Swedia, Belanda, Jerman, dan Spanyol. Sisanya ke Amerika, Malaysia, dan Jepang. Permintaan banyak dari Eropa kalau memasuki musim panas dan musim dingin," katanya ketika ditemui Tribun di rumahnya, Selasa (19/6) siang.

Nandar mengaku sudah tertarik dengan aksesori Indian sejak usia 6 tahun. Dia selalu bermain dengan mainan Indian. Hobi itu diteruskannya pada usia remaja. Pada saat menjadi siswa SMAN 11 Bandung, ia sudah mulai membuat aksesori, seperti gelang dan kalung dari kulit.

Bahkan, hasil ciptaannya itu dipamerkan kalau ada even bazaar di sekolah. Tidak sedikit teman-temannya yang kemudian memesan atau meminta dibuatkan aksesori Indian. Selain itu, kalau libur atau Minggu, suami dari Jamilah ini sering menawarkan buatannya itu ke tempat-tempat wisata. Untuk memperoleh referensi model Indian, dia rajin menunggu majalah bekas di Cikapundung.

Permintaan aksesori Indian berkembang pesat. Ayah tiga anak ini kemudian membuat nama Parta Porte, Native's American Art, di rumahnya. Semua produksi aksesori Indian dibuat di sini, dari kategori pernak-pernik Indian sampai barang kontemporer dengan literatur Indian.

Untuk memenuhi permintaan pasar, Nandar dibantu 28 karyawan. Kapasitas produksinya bisa mencapai 1.000 unit dalam sebulan, tergantung jenis item pesanan. Namun, Nandar menerapkan maksimum order sebagai antisipasi pesanan yang datang secara bersamaan.

"Memang sejak dua tahun belakangan, krisis di Eropa sudah mulai terasa. Pesanan sedikit berkurang. Saya mengatasinya dengan mengubah target pasar. Sekarang lebih memfokuskan yang sifatnya kalangan menengah ke atas. Justru pasar lokal juga sudah mulai ada kenaikan permintaan pasar," ujarnya.

Menurut Nandar, peningkatan pasar domestik itu lebih disebabkan mulai meningkatnya paham konsumen tentang Indian walaupun pangsa pasarnya masih sebatas komunitas atau remaja. Berbeda dibandingkan di luar negeri yang memiliki pangsa pasar tak  terbatas.

"Kalau diakumulasikan dalam setahun bisa mencapai Rp 1,5 miliar. Dibandingkan dengan dua tahun lalu meningkat. Kendala pasti ada, tapi seninya kalau sudah menemukan solusi, justru hasilnya lebih mudah. Apalagi saya juga masih berkomunikasi dengan orang Indian di Amerika yang mengapresiasi karya ini," katanya.
Sumber:http://jabar.tribunnews.com/2012/06/20/aksesori-indian-buatan-bandung-menyebar-ke-eropa

0 komentar:

Posting Komentar