Kabar yang menghebohkan datang dari Garut, Jawa Barat. Di sana ditemukan sebuah Piramida di gunung Sadahurip dan gunung Lalakon. Berikut ini berita dan informasi mengenai Piramida di Gunung Jawa Barat.
Dari Metro TV news : Ilmuwan Bahas Kemungkinan Piramida di Gunung Sadahurip
Sejumlah ilmuwan multidisiplin berkumpul membahas kemungkinan adanya piramida di Gunung Sadahurip, Garut, Jawa Barat. Pertemuan berlangsung di Jakarta, Selasa (7/2).
Satu di antara tamu yang hadir dalam acara itu yakni Staf Kepresidenan Bidang Penanggulangan Bencana, Andi Arief. Menurutnya, temuan itu berasal dari penelitian tim menyangkut letusan dan tsunami purba di Indonesia. Ternyata, tim menemukan anomali piramida di Gunung Sadahurip dengan menggunakan peralatan canggih.
"Kami mengindikasi adanya atap piramida dan lorong-lorong di gunung itu," kata Andi Arief di sela-sela acara.
Gunung Sadahurip menjadi buah bibir setahun terakhir. Sejumlah ilmuwan memperkirakan adanya piramida dalam gunung tersebut. Mereka menduga piramida Sadahurip lebih besar dan lebih tua daripada bangunan serupa, Piramida Giza, di Mesir. Dengan peralatan keilmuwan, tim pun telah menemukan gunung mengandung batu dan air.
Dari Tempo : Ahli menyimpulkan tak ada emas di 'Piramida' Gunung Sadahurip
Bandung - Rumor adanya bangunan piramida di dalam Gunung Lalakon dan Sadahurip membuat penasaran sejumlah pakar geologi di Bandung. Sejak tahun lalu mereka ikut meneliti di lokasi dan mengkaji sejarah pembentukan kedua gunung tersebut. Hasilnya, mereka yakin kedua gunung itu terbentuk alami, bukan berisi piramida ciptaan manusia.
Menurut pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, berdasarkan kajian geologi ia sudah bisa memastikan dalam dua jam: Gunung Lalakon dan Sadahurip tidak berisi piramida. "Itu gunung api kecil berbentuk limas atau piramida, tapi bukan piramida," ujarnya di Auditorium Museum Geologi Bandung, Jumat, 3 Februari 2012.
Menurutnya, tak perlu menggali tubuh gunung untuk membuktikan, melainkan cukup dari morfologi. Batuan di kedua gunung tersebut sebagian besar merupakan andesit atau batu belah. Pada singkapan batuan, kata Sujatmiko, tidak ada kandungan mineralnya. "Tidak ada batu mulia atau emas di sana," kata dia.
Ia mempertanyakan dugaan adanya penimbunan batu atau bronjong oleh manusia zaman dulu untuk menutupi piramida. Sebab, batunya berukuran besar-besar. "Bagaimana mengangkutnya? Pakai helikopter?" ujarnya.
Gunung Lalakon berada di daerah Soreang, Kabupaten Bandung. Sedangkan Gunung Sadahurip berada di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Yayasan Turangga Seta, kata Sukatmiko, mengklaim kedua gunung tersebut berisi piramida. Selain dari bentuknya yang agak mirip dari sisi tertentu, yayasan itu juga mengajak para ahli kebumian dari Bandung untuk membuktikan piramida tersebut.
Peneliti dari Pusat Survei Geologi Sutikno Bronto menyatakan kedua gunung tersebut merupakan gunung api purba. Batuannya tersusun oleh andesit piroksen yang merupakan batuan intrusi semi gunung api. Bentuk kerucut dan piramida pada gunung disebabkan oleh energi dan volume magma saat menerobos kulit Bumi, zona lemah terobosan, serta proses geomorfis setelah batuan tersingkap.
Peneliti utama dari Balai Arkeologi Bandung Lutfi Yondri juga mengatakan tak ada jejak artefak atau peninggalan buatan manusia di kedua gunung tersebut. "Di Indonesia tidak ada budaya piramida, kecuali punden berundak," ujarnya.
Adapun pakar gempa dari Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan para ilmuwan harusnya mengumpulkan bukti yang kuat dulu sebelum membuat kesimpulan. Ia mencontohkan kasus penemuan fosil manusia purba di Gua Pawon yang sebelumnya tak dipercaya Balai Arkeologi. Menurut peneliti yang ikut penggalian bukti piramida di kedua gunung tersebut, masih ada yang belum terungkap soal gunung piramida itu, sehingga menimbulkan kontroversi.
Dari detik : Lima Alasan Mengapa Piramida di Garut Hanya Isapan Jempol
Kabar kemungkinan adanya piramida di Gunung Sadahurip, Garut, ditepis geolog Sujatmiko. Dia meyakini keberadaan piramida hanya isapan jempol. Sujatmiko sudah melakukan penelitian di Sadahurip dan hasilnya, tidak ada piramida.
"Barat, timur, selatan, utara diteliti jenis batuan di Sadahurip itu, kajian geologi batuan beku. Artinya bahwa itu suatu gunung yang solid. Jadi hipotesis ditemukan piramida di dalam gunung impossible," jelas Sujatmiko yang juga menjabat sebagai Sekjen Kelompok Riset Cekungan Bandung dan anggota IAGI, Senin (6/2/2012).
Sujatmiko membeberkan setidaknya ada 5 alasan yang membuat piramida di Garut hanyalah isapan jempol. Berikut alasannya:
1. Susunan Gunung Sadahurip dari bawah sampai puncak tipe batuan solid, jadi sangat sulit dikatakan ada piramida di dalam gunung itu.
2. Untuk membangun suatu piramida seperti Giza, dibutuhkan 200 ribu orang dalam waktu 20 tahun, dengan membawa blok-blok batu sebanyak 2,3 juta ton. Untuk Sadahurip itu impossible, bila bebatuan Sadahurip 6-7 ribu tahun sesuai uji karbon, saat itu Indonesia masih zaman menggunakan alat batu.
3. Setiap proyek raksasa yang dikerjakan meninggalkan jejak artefaktual atau sisa-sisa pengerjaan, di Sadahurip tidak ada jejak itu. Ada bekas bebatuan yang katanya mirip tulisan Mesir kuno, namun setelah diteliti itu silica yang terkena pelapukan.
4. Bebatuan besar yang ada di Sadahurip, yang katanya diangkut dari Gunung Rahong untuk pembuatan piramida bisa dipatahkan. Semua bisa dijelaskan dengan proses geologi. Bebatuan itu ada karena lava yang mengalir dan masuk ke gunung. Sadahurip merupakan gunung purba.
5. Pintu masuk ke piramida yang disebutkan ternyata hanya goa biasa. Dalamnya hanya beberapa meter dan tidak ditemukan indikasi adanya bebatuan yang dipahat manusia.
"Sebagai ahli geologi soal Sadahurip itu memang penuh kontroversi. Tetapi kita harus sampaikan apa adanya," jelas Sujatmiko.
Rencananya Selasa (7/2) besok, Staf Khusus bidang Penanggulangan Bencana akan menggelar diskusi terkait Gunung Sadahurip dan Gunung Padang yang ada di Cianjur. Diskusi itu bertema 'Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional'. Rencananya, kegiatan itu akan ditayangkan di seluruh dunia.
Dari Kompas : Tak Ada Sejarah Piramida di Indonesia
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif I Gde Pitana, mengatakan, tidak pernah ada sejarah piramida di Indonesia. Hal itu dikatakannya menanggapi "penemuan" struktur batu mengerucut yang mirip piramida di kawasan Gunung Lalakon, Bandung, dan Gunung Saduhurip, Garut, Jawa Barat.Sumber:http://1ndonezia.blogspot.com
"Dalam sejarah Indonesia belum pernah dan tidak pernah ada sejarah piramida," Gde Pitana di Jakarta, Minggu (10/12/2011).
Selain itu, menurut dia, secara logika, umumnya piramida dibangun manusia untuk kepentingan spiritual yaitu menyembah para dewa.
Di Indonesia, kata dia, sudah terlalu banyak puncak-puncak gunung sehingga kemungkinan besar manusia di Indonesia pada zaman dahulu cenderung tidak memerlukan untuk membangun piramida.
"Sampai saat ini belum ada temuan arkeologis satu pun yang memberikan indikasi di Indonesia ada piramida," katanya.
Namun, pihaknya menampung segala bentuk informasi yang disampaikan oleh berbagai kalangan masyarakat dan sesegera mungkin menindaklanjuti kebenaran atau pun ketidakbenarannya.
Pihaknya sendiri telah menugaskan secara resmi Balai Arkeologi Bandung untuk melakukan pengujian, penelitian, pengkajian, dan ekskavasi untuk membuktikan struktur batuan tersebut piramida atau bukan.
"Jadi belum bisa dipastikan, informasi yang kami terima ada struktur batu yang mengerucut ke atas menyerupai piramida bertangga-tangga. Saya belum bisa mengatakan itu benar (piramida) atau tidak," kata Gde Pitana.
Ia menambahkan, seorang arkeolog dari ITB sebelumnya telah berpendapat struktur serupa itu banyak ditemui di daerah kepulauan, di mana banyak daratan muncul sebagai akibat air laut yang naik.
"Struktur seperti itu banyak terjadi di Indonesia, kalau memang demikian berarti ini bukan hasil kebudayaan manusia," katanya.
Meski begitu, pihaknya akan tetap menindaklanjuti laporan dari masyarakat dan membuktikan kebenaran teori tentang piramida di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar