Sabtu, 31 Desember 2011

10-album-musik-indonesia-terbaik-2011

Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir di tahun 2011 ini , berbagai macam Band , Penyanyi bahkan hingga Group vokal "Boyband & Girl Band" Baru Lahir menghiasi dunia musik Indonesia...
ada 10 Album Musik Terbaik Indonesia 2011 menurut Majalah Rolling Stone yang layak dikatakan yang terbaik di tahun ini.. Cekidot 



1. Gugun Blues Shelter

Satu Untuk Berbagi

Dinobatkannya Satu Untuk Berbagi sebagai yang terbaik adalah karena album ini merupakan sebuah pameran kualitas musik yang paling mumpuni di industri rekaman Indonesia tahun 2011. Sebuah album blues rock dengan racikan teramat pas akan teknik permainan instrumen yang mengagumkan, dan adanya kesadaran maupun keinginan untuk tidak asyik sendiri dalam bermain blues. Dalam arti selain menghibur para fanatik blues, Satu Untuk Berbagi juga bersahabat bagi pendengar musik lain dengan berhasil bermain di warna pop ("Jangan Berkata Dalam Hati") maupun rock ala the Rolling Stones dan AC/DC ("Satu Untuk Berbagi"). Kelokalan juga merupakan menu utama album, ditandai dengan mayoritas lirik Indonesia. Rasa lokal yang pekat malah membuat band ini semakin berprestasi secara internasional, membuat Gugun Blues Shelter dan album ini menjadi salah satu kebanggaan Indonesia terbaik saat ini.
2. Jemima

Jemima

Selain melumuri pikiran para pria dengan fantasi saru karena liukan tubuhnya saat ia tampil di atas panggung, jangan pernah lupa akan fakta bah-wa Jemima memiliki satu set materi seksi menggoda yang tercantum dalam album perdana bertajuk sama dengan namanya. Jemima mengingatkan kita akan adanya aliran musik soul dengan penuh gaya dan penjiwaan. Sebut saja "Musik Sepi", "Like Honey", dan bahkan "Mid-tro (Politics Poetic), yang hanya berdurasi 30 detik, sebagai bukti.
3. Burgerkill

Venomous

Album terbaru salah satu unit metal paling populer di Indonesia ini layak ada di daftar ini karena 'racun' yang mereka tawarkan kini menguat berkali lipat dengan deretan tembang metal bertempo groovy serta berkomposisi kompleks, bernada melodius, serta berhiaskan lirik penuh amarah menggantikan tema suram nan depresif di karya-karya awal mereka. Bila menjadi internasional adalah misi dari Burgerkill, maka Venomous merupakan langkah tepat sebagai senjata mereka. Bila musik metal kompleks dianggap sukar mendapatkan penikmat, maka album ini adalah bukti bahwa teori tersebut salah.
4.Morfem

Indonesia

Band ini dibentuk atas inisiatif Jimi Multhazam yang juga vokalis The Upstairs hingga akhirnya formasi paling solid mereka terdiri dari gitaris Pandu Fuzztoni, yang sepertinya namanya diambil dari sound gitarnya fuzzy, drummer Freddie A Warnerrin yang menghantam, dan bassist Bramasta Juan Sasongko yang santai tapi pasti. Mereka memainkan musik gabungan liarnya punk rock dan manisnya power pop. Bayangkan Iggy Pop bernyanyi diiringi oleh Weezer. Di sini Jimi menunjukkan sekali lagi kekuatannya sebagai salah satu penulis lirik terbaik di Indonesia.
5. The Experience Brothers

Eye Contact

Di album pertama, duet maut kakak beradik vokalis/gitaris Ibrahim Saladdin dan drummer Daud Sarassin hanya ingin terdengar keras dan menghajar dengan rock & roll kasar serta menyerang tanpa arah. Di sini, mereka terdengar lebih tenang, juga dengan baik mengambil pengaruh dari beratnya Led Zeppelin, liarnya Jimi Hendrix, agresifnya The Who, manisnya The Beatles, sedikit cita rasa blues The Black Keys dan sentuhan country rock sehingga menghasilkan interpretasi menarik akan rock & roll versi The Experience Brothers.
6. BRNDLS

DGNR8

Setelah memainkan garage rock ugal-ugalan pada tiga album pertama mereka, The Brandals (BRNDLS) kini memainkan karakter musik yang jauh lebih mengkilap tanpa melupakan tugas mereka sebagai salah satu komplotan terliar di industri musik Indonesia. Walau terdengar jelas menunjuk pada album XTRMNTR milik Primal Scream, pada sampul album tersebut tertulis sebagai PRMLSCRM, sebagai pengaruh utama, DGNR8 berhasil menyuguhkan metamorfosis BRNDLS sementara para personelnya mengacungkan jari tengah ke para elitis yang mengecap mereka sebagai plagiator.
7. Rajasinga

Rajagnaruk

Rajagnaruk (Kurangajar), adalah terobosan bagi kancah musik cadas Indonesia. Istimewa karena tembang grindcore nan brutal yang mereka usung memiliki nilai-nilai tepat untuk berpesta setelah digabung dengan atmosfer musik rock & roll yang kuat serta tata bahasa lirik brilian. Tema lirik tentang geng motor, mengunduh pornografi di Internet, serta semangat pemuda, terpancar terang di lagu-lagu mereka seperti "Kokang Batang", "Anak Haram Ibukota" dan lainnya. Menjadikan Rajagnaruk sebagai karya fenomenal yang memiliki poin lebih. Grindcore tak pernah terdengar sebaik ini.

8. Luky Annash

180 Derajat

Tiga belas tahun lalu, seorang murid Sekolah Menengah Pertama merengek ke guru pianonya agar diperbolehkan tampil dengan lagu Nirvana saat resital. Pada April 2011, anak yang sama merilis album perdananya dengan tajuk 180 Derajat. Luky Annash adalah nama anak itu. 180 Derajat dengan mudah akan menggiring pendengarnya ke labirin keresahan yang adiktif, berkat keputusan Luky untuk meleburkan tiga hal sekaligus, yaitu ekspresi melankolis, humor, dan kegeraman provokatif. Kata siapa piano tak bisa memiliki kadar keliaran yang sama dengan gitar elektrik?
9. Barry Likumahuwa Project

Generasi Synergy

Komposisi yang bisa menjadi penerjemahan konsep musik funk jazz dan jazz rock yang dibawa Barry Likumahuwa Project (BLP) ada pada lagu "Generasi Synergy". Kehadiran vokal tamu Pandji di lagu ini menjadi pelengkap groove dan menjadi satu kesatuan bungkus komposisi yang penuh semangat. Sesuai dengan lirik yang menumbuhkan semangat berkarya. BLP terdiri dari Barry Likumahuwa, bassist muda berbakat. Anak ajaib ini bisa memainkan bas miliknya menjadi menu utama, tidak kalah dengan gitar.
10. LLW

Love Life Wisdom

Proyek terbaru dari keyboardist Indra Lesmana melibatkan dua musisi muda berbakat, bassist Barry Likumahuwa serta drummer Sandy Winarta dalam bendera LLW. Sejak komposisi "Back Into Sumthin" hingga nomor penutup "Love Life Wisdom", kita dibawa pada eksplorasi musik berupa adonan jazz funk, modern jazz, hard bop, dan new jazz. Komposisi apik ada di lagu "Stretch N' Pause", yang menghadirkan Indra Aziz, DJ Cream, serta Kyriz Boogieman. Liriknya juga unik, menceritakan nama-nama virtuoso jazz Indonesia.


Jumat, 30 Desember 2011

Kesenian Wayang Golek



Asal mula wayang golek tidak diketahui secara jelas karena tidak ada keterangan lengkap, baik tertulis maupun lisan. Kehadiran wayang golek tidak dapat dipisahkan dari wayang kulit karena wayang golek merupakan perkembangan dari wayang kulit. Namun demikian, Salmun (1986) menyebutkan bahwa pada tahun 1583 Masehi Sunan Kudus membuat wayang dari kayu yang kemudian disebut wayang golek yang dapat dipentaskan pada siang

hari. Sejalan dengan itu Ismunandar (1988) menyebutkan bahwa pada awal abad ke-16 Sunan Kudus membuat bangun 'wayang purwo' sejumlah 70 buah dengan cerita Menak yang diiringi gamelan Salendro. Pertunjukkannya dilakukan pada siang hari. Wayang ini tidak memerlukan kelir. Bentuknya menyerupai boneka yang terbuat dari kayu (bukan dari kulit sebagaimana halnya wayang kulit). Jadi, seperti golek. Oleh karena itu, disebut sebagai wayang golek.

Wayang Golek
Pada mulanya yang dilakonkan dalam wayang golek adalah ceritera panji dan wayangnya disebut wayang golek menak. Konon, wayang golek ini baru ada sejak masa Panembahan Ratu (cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650)). Di sana (di daerah Cirebon) disebut sebagai wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662) wayang cepak dilengkapi dengan cerita yang diambil dari babad dan sejarah tanah Jawa. Lakon-lakon yang dibawakan waktu itu berkisar pada penyebaran agama Islam. Selanjutnya, wayang golek dengan lakon Ramayana dan Mahabarata (wayang golek purwa) yang lahir pada 1840 (Somantri, 1988).

Kelahiran wayang golek diprakarsai oleh Dalem Karang Anyar (Wiranata Koesoemah III) pada masa akhir jabatannya. Waktu itu Dalem memerintahkan Ki Darman (penyungging wayang kulit asal Tegal) yang tinggal di Cibiru, Ujung Berung, untuk membuat wayang dari kayu. Bentuk wayang yang dibuatnya semula berbentuk gepeng dan berpola pada wayang kulit. Namun, pada perkembangan selanjutnya, atas anjuran Dalem, Ki Darman membuat wayang golek yang membulat tidak jauh berbeda dengan wayang golek sekarang. Di daerah Priangan sendiri dikenal pada awal abad ke-19. Perkenalan masyarakat Sunda dengan wayang golek dimungkinkan sejak dibukanya jalan raya Daendels yang menghubungkan daerah pantai dengan Priangan yang bergunung-gunung. Semula wayang golek di Priangan menggunakan bahasa Jawa. Namun, setelah orang Sunda pandai mendalang, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda.

Jenis-jenis Wayang Golek
Ada tiga jenis wayang golek, yaitu: wayang golek cepak, wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Wayang golek papak (cepak) terkenal di Cirebon dengan ceritera babad dan legenda serta menggunakan bahasa Cirebon. Wayang golek purwa adalah wayang golek khusus membawakan cerita Mahabharata dan Ramayana dengan pengantar bahasa Sunda sebagai. Sedangkan, wayang golek modern seperti wayang purwa (ceritanya tentang Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik. Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan kehidupan modern. Wayang golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar tahun 1970--1980.

Wayang Golek Cepak
Wayang golek cepak adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang ada di Indramayu dan Cirebon. Golek artinya boneka sedangkan kata cepak diambil dari bentuk kepala (mahkota) wayang yang papak (rata). Karena bentuk inilah jenis kesenian ini dinamakan wayang golek cepak. Konon wayang ini diciptakan oleh Sunan Gunung Djati sebagai media dakwah.
Wayang golek cepak:
Berbeda dengan wayang kulit purwa, dalam wayang golek cepak tidak dikenal tokoh seperti Arjuna atau Shinta. Tokoh-tokoh yang ada dalam wayang golek cepak adalah subjek yang ada dalam babad atau sejarah. Maka dikenallah Nyi Mas Gandasari, Wiralodra, Ki Tinggjl, Kuwu Sangkan, Bagal Buntung, dan lain-lain. Dengan demikian, wayang ini sesungguhnya teater sejarah, panggung pendidikan. Dengan kata lain, ia sebuah diorama yang bergerak.

Selain grup "Sekar Harum" pimpinan dalang Ki Ahmadi, ada juga grup dan
dalang kesenian wayang golek lainnya. Mereka adalah Dalang Warsyad dengan gmp "Jaka Baru" dari Gadingan Sliyeg dan dalang Ki Tayut dari Desa Juntinyuat dengan nama grupnya "Sri Budi". Ki Tayut boleh dikatakan dalang senior untuk wayang golek cepak. Ia kemudian mewariskan ilmu dan perangkat keseniannya kepada anak dan cucunya, antara lain Taram, Asmara, dan Tarjaya.Setali tiga uang, nasib grup kesenian dan dalangnya sama; dalam titik nadir.

Wayang Golek Purwa
Wayang purwa sendiri biasanya menggunakan ceritera Ramayana dan Mahabarata, sedangkan jika sudah merambah ke ceritera Panji biasanya disajikan dengan wayang Gedhog. Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak, ada gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogjakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainnya.
Wayang kulit purwa terbuat dari bahan kulit kerbau, yang ditatah, diberi warna sesuai dengan kaidah pulasan wayang pedalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit.
Wayang Golek Purwa:      

Pembuatan
Wayang golek terbuat dari albasiah atau lame. Cara pembuatannya adalah dengan meraut dan mengukirnya, hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Untuk mewarnai dan menggambar mata, alis, bibir dan motif di kepala wayang, digunakan cat duko. Cat ini menjadikan wayang tampak lebih cerah. Pewarnaan wayang merupakan bagian penting karena dapat menghasilkan berbagai karakter tokoh. Adapun warna dasar yang biasa digunakan dalam wayang ada empat yaitu: merah, putih, prada, dan hitam.

Nilai Budaya
Wayang golek sebagai suatu kesenian tidak hanya mengandung nilai estetika semata, tetapi meliputi keseluruhan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu disosialisasikan oleh para seniman dan seniwati pedalangan yang mengemban kode etik pedalangan. Kode etik pedalangan tersebut dinamakan "Sapta Sila Kehormatan Seniman Seniwati Pedalangan Jawa Barat". Rumusan kode etik pedalangan tersebut merupakan hasil musyawarah para seniman seniwati pedalangan pada tanggal 28 Februari 1964 di Bandung. Isinya antara lain sebagai berikut:
Satu: Seniman dan seniwati pedalangan adalah seniman sejati sebab itu harus menjaga nilainya.
Dua: Mendidik masyarakat. Itulah sebabnya diwajibkan memberi con-toh, baik dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku.
Tiga: Juru penerang. Karena itu diwajibkan menyampaikan pesan-pesan atau membantu pemerintah serta menyebarkan segala cita-cita negara bangsanya kepada masyarakat. Empat: Sosial Indonesia. Sebab itu diwajibkan mengukuhi jiwa gotong-royong dalam segala masalah. Lima: Susilawan. Diwajibkan menjaga etika di lingkungan masyarakat. Enam: Mempunyai kepribadian sendiri, maka diwajibkan menjaga kepribadian sendiri dan bangsa. Tujuh: Setiawan. Maka diwajibkan tunduk dan taat, serta menghormati hukum Republik Indonesia, demikian pula terhadap adat-istiadat bangsa.

Share this Arti

Rabu, 28 Desember 2011

Robot Batik Raih Emas di Olympiade Robot 2011


Robot hemat energi bermotif batik yang dikaryakan oleh salah seorang siswa SMP Negeri 7 Kota Bandung, Azman Syah Barran berhasil menyabet medali emas pada kejuaraan "International Robotics Olimpiade:IRO" 2011 yang berlangsung di Jakarta, 15-16 Desember.

"Saya tidak menyangka menang, dan ketika panitia mengumumkan memang salah menyebutkan nama," kata Azman kepada wartawan saat jumpa Pers di sekolahnya, Bandung, Senin.

Dalam kejuaraan itu diinformasikan oleh pembina robotica SMP Negeri 7, Eril Mozef bahwa sekolahnya mengirimkan 6 tim untuk berkompetisi pada ajang Junior dan Challenge dan dari enam tim itu semuanya berhasil memperoleh medali.

Selain mendapat emas, menurutnya, timnya pun berhasil menyabet medali perak di kategori "Energi Saving Robot" tingkat junior dan Challenge sedangkan tiga tim lainnya mendapat medali penghargaan karena masuk delapan besar.

Kemudian, ia mengatakan kemenangan yang didapat tim nya patut disyukuri, karena ia pun tidak menyangka bila anak asuhnya bisa menyabet gelar medali emas.

"Saya tidak menyangka karena pada saat kompetisi negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, China, Singapura dan Amerika Serikat pun ikut," katanya.

Ia mengakui, persiapan dari seleksi anggota tim hingga perlombaan hanya dua minggu sehingga sangat cepat dan singkat,"jadi kami tidak menyangka bisa mendapatkan medali emas," lanjut pria yang juga sebagai Dewan juri kompetisi Robot Cerdas Indonesia (KRCI) itu.

Ia mengatakan, juara yang didapat anak asuhnya tidak lepas karena bahan dan bentuk model robot yang sangat efisien, praktis dan ramah lingkungan. "Jadi, robot ini tidak menggunakan batre melainkan solar cell, selain itu pihak panitia pun membatasi intensitas cahaya sehingga membuat kita harus menciptakan model robot yang sangat efisien," paparnya.

Ia menjelaskan, robot yang dibuat oleh China dan Korea lebih canggih tetapi tidak efisien energi sehingga saat dioperasikan pun tersendat-sendat.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP terkait, Nandy Supriyadi mengaku bangga dengan prestasi anak didiknya. "Saya berharap prestasi ini terus ditingkatkan dan kegiatan robotika di sekolah ini memang baru tetapi dengan prestasi cemerlang ini diharapkan akan menarik banyak siswa untuk menggeluti robotika," kata Nandy.

Atas peraihan emasnya itu, Azman pun melontarkan terima kasih pada semua pihak yang telah mendukungnya "Saya ucapkan terima kasih untuk guru, kepala sekolah, pembimbing dan rekan lainnya sehingga saya dapat medali emas ini," tukas Azman
Redaktur: taufik rachman
Sumber: antara

Senin, 26 Desember 2011

World’s Best Kept Travel Secrets: Surfing Spots, Indonesia


More often than not, the best travel destinations – especially ones involving nature - are of the “undiscovered” breed! Naturally, very few travelers are into the category of travel like a “lone survivor on a deserted island”, but traveling to destinations where the nature overwhelms you more than the people is always welcomed! Such is the experience that awaits surfers in Indonesia – especially of the die-hard type. It’s the natural pairing, the sun and surf – after all Indonesia is the world’s largest archipelago. And surfers are rewarded with some of the best swells on the planet, in the most pristine settings imaginable. Here’s a look at some of Indonesia’s best-kept surfing site secrets.
Indonesia offers the ultimate in surf travel adventures and is definitely an experience not to be missed. The first thing to understand about the surf is that there’s plenty of it. The swells come from the South and Southwest, so all the islands that have coastlines facing in those directions get waves. That includes Sumatra, Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba and Timor, and a myriad of other miniscule offshore islands.
syadera.wordpress.com_mentawai-1syadera.wordpress.com_mentawai-21
1. Mentawai Island, West Sumatra
The Mentawai Islands are one of the most consistent surf destinations in the world. Surfer aficionados from across the world swear by Mentawai’s surf breaks that are indescribable. The Mentawai Islands are regarded as having some of the most consistent surf breaks in the world and home to some surf breaks that will blow your mind! With the discovery of the incredible surf of the Mentawai Islands off the coast West Sumatra, the search for surfing perfection is over-all is available in staggering abundance. Islet after islet, flawless reef after flawless reef; sun and blue water, offshore winds and spitting tubes.
syadera.wordpress.com_panaitan-2syadera.wordpress.com_panaitan-3
2. Panaitan Island, West Java
Situated just off the coast of West Java, Panaitan Island hosts 7 excellent surf spots including the legendary One Palm Point and Apocalypse. Panaitan is rich of wildlife and now you can surf its world class waves in warm, clear blue water away from crowds. Panaitan is part of Ujung Kulon national park, which is a United Nations World Heritage site. One of the world’s longest (upto 800 yards), most perfect, most dangerous shallow left-hand barrelsreels across a reef point.
syadera.wordpress.com_bali-6syadera.wordpress.com_bali-11
3. Bali
Bali is every surfer’s paradise and requires no introduction. For those who have always wanted to surfing, Bali has very consistent surf and great warm weather. Bali Island, the perfect holiday destination for all ages offers something for everyone. This tropical paradise has a unique blend of modern tourist facilities combined with wonderful shopping and a rich past and heritage. Some of the best surfing beaches in the world can be found on the western side of the island. Bali gets the full force of southern ocean swells direct from the antarctic with its south-west and south-east coasts being littered with surf spots.
syadera.wordpress.com_lombok-1syadera.wordpress.com_lombok-4
4. Lombok, Lesser Sunda Islands, East of Bali
Lombok is also known for its best secret surf point, The Desert Point. A long walled and incredibly hollow left hander that on its day can break up to 300 meters, growing in size from takeoff to end. Best between 3-8 ft. You may need to hire boat from locals to take you to some of the wave’s point. If you stay in Kuta Beach Lombok, ask around, many locals surfer will guide you to find the waves. Kuta Lombok is “surfers’ paradise”. Waves are excellent and many good surf points, such as Mawi, Mawun and etc include “Point X”, along South coast of Lombok.
The Hook & Yo-Yo's. Photography: Sylvain Cazenove
5. Sumbawa, Lesser Sunda Islands, East of Bali
Situated East of Bali, Sumbawa Island boasts a range of world class waves that work on varied conditions maximizing the potential for good surf. Sumbawa offers some classic tropical surfing with two main surfing areas: West Sumbawa and the Lakai area. This area has many steep cliffs that offer scenic backdrops to the epic surf. The coast of West Sumbawa is dotted with a series of quality breaks. The three main and most famous spots surfed on the west coast of Sumbawa are Scar Reef, Super Suck and Yo-Yo’s. When those all surfe is working, it is really working and will make your trip to Sumbawa more than worthwhile.
Nias and Hinako Islands_Lagundri Bay_Marc Fenies_www.lowpressure.co.uksyadera.wordpress.com_nias-1
Lagundri Bay, Nias. Photo: Marc Fenies
6. Nias Island, West Sumatra
Home to some truly amazing surfing, Nias Island is famous for the perfect waves breaking off Lagundri Bay, with perfect waves ranging from 2 to 15 feet. Access is easy thanks to a break in the reef called “The Keyhole” that will spare you getting over the sand bar regardless how big the obstacle. The reef itself is not dangerous compared to other surfing spots in Indonesia. The corals are abundant but not aggressive. Because of the geographical position of the archipelago, this cluster of islands is one of the most interesting areas in the world.
syadera.wordpress.com_grajagan
G-Land, Grajagan, East Java
7. G-Land (Grajagan Islands), East Java
G-Land is a magical place and one of the surfing world’s most incredible surfing destinations. For many surfers, it’s been a very special surfing site of primitive beauty and perfect waves. Like the primitive magical sound of its name, the mentions of Grajagan is an Indonesia incantation that causes surfers everywhere gaze longingly at the horizon.The long lines are unmistakable perfect and the discovery that followed is now regarded as arguably the world’s best left-hander ever. Known for its consistent off-shore trade winds during the sessions. G-Land is a Mecca for travelling surfers and the global pilgrimage to G-Land occurs all year around as surfers travel to Java to sample G-Land jewels.
syadera.wordpress.com_sumba-6
Sumba, Lesser Sunda Islands
8. Sumba, Lesser Sunda Islands, East of Bali
Close to Bali, Sumba provides some excellent waves in beautiful surroundings. With an exciting local culture and a relatively small population, Sumba is one of the more pristine, unspoilt, undeveloped and least crowded regions of Indonesia. There are good waves all over the island providing options for surfers of all levels – from beginners right through to advanced surfers. On top of perfect tropical surf, the island is also great for fishing, snorkelling, bird watching, beach combing and relaxing. Uncrowded waves, laidback living and spectacular sights – Sumba is the spirit of surf travel
West Timor_Pulau Dana_photography by Joli_www.lowpressure.co.uk
Dana Island, West Timor. Photography: Joli
9. Timor, Lesser Sunda Islands, East of Bali
The West Timor islands have some of the best uncrowded waves in Indonesia. The islands of West Timor and Roti have some well-known, little surfed breaks (like T-Lands) as well as quite a few secret spots. T-Land is the ultimate fun wave, a lefthander where you can smack reo after reo, ride the nose forever or just cruise your way through section after section. Roti island is the furthest southern point of Indonesia, with beautiful unspoilt beaches combining amazing surfbreaks, pockets of lush tropical rainforests, savanna’s and rolling hills ending in sheer cliff. You now have the chance to experience this Indonesia dream.
syadera.wordpress.com_nusa-11
Nusa Penida and Nusa Lembongan Islands, Bali
10. Nusa Penida & Nusa Lembongan Islands
Nusa Penida region consists of 3 isles, which are Nusa Penida, Nusa Lembongan, and Nusa Ceningan. These isles, located on the east-west side of Bali. Another secret place for some private time on beautiful white, sandy beaches and obviously a great spot to surf as well
. Usually, the Nusa Penida region is visited by fanatic surfers seeking hideouts to surf. Explore the crystal clear, warm waves of the island of Nusa Lembongan. From the gentle fun waves of playgrounds to the hollow perfection of lacerations, Nusa Lembongan has a surf break for all levels.
Squeezing a list of only 10 surf spots into the extensive archipelago that make up Indonesia, simply does not do it justice, so we’ve added reserved one last spot.
syadera.wordpress.com_17468-gili-trawangan-lombok-indonesia
Lombok Island, East of Bali
11. Gili Trawangan & Gili Meno Islands, Lombok, Lesser Sunda Islands, East of Bali
In a land of left handers, this place is a refreshing change. The locals are cool, the atmosphere on the Gili Islands is horizontal and the break, albeit a little fickle, is well worth checking out. People doubt this spot, which is good because it keeps the crowds out. When its breaking you can’t miss it. This spot is called secrets by the local boys who are more than welcoming to traveling surfers, and it picks up more swell than you’d expect. The take off spot on the outside point is fairly easy, but it quickly jacks up to produce long and hollow walls. It breaks over a shallow reef for a long and fast ride. Its fun up to double overhead with long tube rides, but over that it becomes one serious wave that walls seemingly forever.
Inspired by original piece that appeared in Syahid Deradjat’s wordpress blog.