Jumat, 30 Maret 2012

Baby Write Number, Aplikasi Indonesia Mendunia



TEMPO.CO Jakarta--Diego dan Richard, masing-masing berusia 6 tahun, terlihat sangat asyik mengusapkan jemari mungil mereka di atas layar ponsel milik orang tuanya.
Siswa Taman Kanak-kanak Kristen Penuai di kawasan Cicaheum, Bandung, ini tentu bukan sedang membersihkan layar ponsel tersebut, melainkan mereka sedang belajar mengenal berbagai angka.
Melalui aplikasi Baby Write Number, jemari dua bocah itu tinggal mengikuti titik-titik berurutan yang tampil di layar. Titik-titik itu kemudian membentuk sebuah angka.
Ketika sudah terangkai sempurna, ada suara yang menunjukkan angka berapa itu. »One, satu,” ucap Diego menirukan bunyi di ponselnya.
Nora Sarumpaet, guru TK Penuai, mengatakan aplikasi ini memudahkan mereka mengajarkan mengenal angka. »Selain gampang, anak-anak senang karena mendapat cara belajar baru,” tuturnya.
Siapa sangka, software yang tergolong sederhana itu berhasil menyabet juara pertama di kompetisi aplikasi tingkat dunia yang digelar Nokia, Create 4 Millions, untuk kategori Access to Knowledge.
Sang pembuat, Mico Wendy, Direktur PT Konsep Dot Net, berhak memboyong hadiah 50 ribu euro atau sekitar Rp 615 juta. »Saya akan mengembangkan aplikasi lain yang bermanfaat,” ucapnya.
Ayah dua anak ini terdorong untuk membuat aplikasi pendidikan karena ia melihat semakin banyak anak balita yang gemar bermain ponsel dan komputer tablet.
Sayangnya, selama ini mereka lebih banyak disuguhkan game berisi kekerasan. »Saya ingin ada permainan yang membuat anak belajar,” ujar Mico.
Butuh waktu tiga bulan untuk membangun aplikasi ini sebelum akhirnya masuk ke Nokia Store pada Mei 2011. Kini, Baby Write Number App sudah dapat diunduh dari berbagai penjuru dunia.
Uniknya, India adalah negara yang paling banyak mengunduh aplikasi buatan Mico bersama 10 rekannya itu. Kemudian barulah disusul Indonesia.
Selain Baby Write Number, ada lima seri aplikasi serupa, yakni Baby Draw Shape, Baby Play Card Animal and Alphabet, serta Baby Scratch Number and Alphabet.
Seperti di Baby Write Number, Baby Draw Shape App membantu anak mengenal bentuk sederhana dengan cara merangkai titik-titik berurutan. Hasilnya, akan tampil segitiga, persegi panjang, trapesium, dan lainnya.
Sedangkan dalam aplikasi Baby Play Card Animal and Alphabet, anak akan diperkenalkan dengan gambar dan nama binatang serta huruf melalui kartu.
Adapun di software Baby Scratch Numbers and Alphabet, anak akan diminta menggosok layar ponsel untuk menemukan angka atau huruf yang tersembunyi di dalamnya. Jika sudah terlihat jelas, ada suara yang menerangkan angka atau huruf yang tertera pada layar.
Tantangan dalam membuat aplikasi ini, menurut Mico, ada pada input suara, gambar, dan sensitivitas fitur sentuhnya. »Tersedia dua pilihan bahasa, Indonesia dan Inggris,” ujarnya.
Mico memang bukan pemain baru di dunia software. Sebelum membuat aplikasi Baby Write, ia kerap mendapat proyek untuk membangun peranti lunak bisnis.
»Tapi biasanya 'makan hati' karena sering diatur klien dan software-nya tidak sesuai dengan keinginan kami,” ujarnya. »Sedangkan kalau membuat aplikasi sendiri, kami bebas bereksplorasi.”
Masuk ke dunia aplikasi mobile juga membuat Mico bersemangat untuk bersaing dengan software developer yang kebanyakan masih berusia 20 tahunan.
»Saya harus tetap berjiwa muda dan membuktikan bisa melawan mereka,” kata pria 40 tahun ini.
ANWAR SISWADI | RINI KUSTIANI

Kamis, 29 Maret 2012

10 Penemu Hebat dari Indonesia yang Diakui Internasional

Indonesia, disamping memiliki kekayaan alam yang luar biasa, juga memiliki kekayaan intelektual dari para rakyatnya yang kini, hasil penemuan dan inovasi mereka dipakai secara internasional... simak juga 43 penemu dari indonesia, berikut ini adalah 10 penemu diantara ribuan penemu dari Indonesia.. 
1. Tjandramukti
Peneliti pertanian tropis dan salah satu pelopor mixed farming yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya di desa ini, sekitar tahun 2000 berhasil menemukan varietas kedelai baru yang memiliki produktifitas yang tinggi, mencapai 3,4 ton per hektar (salah satu yang tertinggi di daerah tropis secara internasional ), dibandingkan rata- rata nasional yang hanya 1,3 ton per hektar.

Kedelai ini memiliki ukuran besar, protein yang tinggi (43,9 %), umur yang pendek (72 hari), dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik di daerah tropis bila ditanam dengan best practice yang beliau kembangkan. Hasil pemurnian bertahun- tahun dalam keadaan yang terkontrol, pada akhirnya menghasilkan dua varietas kedelai unggul, yang pertama telah diserahkan kepada pemerintah daerah dan di daftarkan menjadi benih kedelai unggul nasional dengan nama Kedelai Grobogan, sedang varietas yang lain belum didaftarkan.

Selain kedelai, beliau juga menemukan konsep sumur resapan komunal untuk memanen air hujan di lahan persawahan serta metode optimalisasi tanaman subtropis di daerah tropis seperti ketela pohon, jagung, dan kedelai. (wah hebat )

2. Mujair

Mujair adalah nama seorang bapak yang pada tahun 1939 menemukan ikan yang pada akhirnya dinamai dengan nama yang sama di muara sungai Serang, Blitar.Beliau berhasil mengembangbiakkan ikan yang bukan asli perairan Indonesia dan menjadi populer hingga sekarang. (baru tau ternyata mujair ntu nama orang ) pak mujair itu mengembangbiakkan ikan yang aslinya ikan laut menjadi ikan air tawar ...!!!

3. Prof. Poorwo Soedarmo

Anda pasti hapal apa itu Empat Sehat Lima Sempurna, suatu slogan yang sangat mudah diingat dan tidak dapat dipungkiri berhasil dalam menyehatkan masyarakat Indonesia.Slogan atau lebih tepatnya konsep ini dicetuskan oleh seorang tokoh gizi Indonesia kelahiran Malang pada tahun 1904 bernama Poorwo Soedarmo. (ini juga di SD udah terkenal slogannya tapi penemunya kok ane baru tau )


4. Tjokorda Raka Sukawati

Beliau adalah penemu metode Sosrobahu
Sistem pembuatan penyangga jalan layang secara sejajar dengan jalan yang akan dibuat, dan dapat diputar dengan mudah bila akan digunakan. Sistem ini menghemat tempat, sehingga tidak memacetkan lalu lintas di bawahnya bila sebuah jalan layang dibuat di atas jalan lain (WOW )


5. Prof. Ir. R.M. Sedyatmo

Lulusan ITB angkatan 1934 ini berhasil menemukan pondasi cakar ayam pada tahun 1962
Sistem pondasi ini memungkinkan pembangunan di atas lahan yang labil, seperti landasan pacu pelabuhan udara Soekarno Hatta, Jakarta, dan banyak bangunan lain di seluruh dunia. (dari Indonesia nih )


6. Mukibat

Pak Mukibat adalah petani sederhana dari Kediri ini pada tahun 1950 menemukan sistem penanaman singkong yang revolusioner. Beliau menempelkan batang ketela pohon karet yang daunnya rimbun di atas ketela pohon biasa (grafting). Setelah di tanam hasilnya sangat luar biasa. Dengan sistem pemanenan berulang, sebuah ketela pohon dapat memproduksi hingga 5 kali lipat dari yang biasanya. Untuk menghormati sistem tempel pada ketela pohon saat ini secara internasional dinamai sistem Mukibat, meskipun saat ini banyak orang mengaku- aku sebagai sistem mereka dengan sedikit modifikasi dari aslinya.

7. BJ HABIBIE

bapak habibie juga salah satu penemu besar dari indonesia
dia adalah penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)


8. Michael Iskandar a.k.a Om Chia
Beliau menemukan Mesin Big Bang yang di pakai dan si sukai Valentino Rossi

Sejak tahun 1949, Om Chia menjadi pembalap yang membawa bendera Suzuki. Loyalitasnya pada profesi yang dijalani melahirkan keparcayaan dah hasil yang maksimal. Hingga akhirnya pada tahun 60-an Om Chia berputar haluan, namun tetap dalam koridor dunia balap dengan menjadi mekanik.

Sejak saat itu, karirnya terus meningkat dan terus berkreasi sesuai iklim balap Indonesia dan mengawal berbagai pembalap tanah air.Namanya yang dikenal sebagai pembalap Suzuki ditahun 1949, kemudian berlanjut menjadi bagian tim riset balap motor Suzuki di tahun 1963 dan juga sebagai tokoh dibelakang suksesnya prestasi balap motor Indonesia.Beliau meninggal 4 mei 2010


9. Prof. Dr. Khoirul Anwar
Prof. Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.

Khoirul adalah lulusan dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung dengan cum laude di tahun 2000. Meraih gelar master dan doktor dari Nara Institute of Science and Technology (NAIST) pada tahun 2005 dan 2008. Ia menerima IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA.

10. Pak Minto
 

BERAWAL dari pemikiran, suatu saat kayu hutan dan minyak bumi akan habis. Minto(48), guru SD Negeri Prambon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur(Jatim), memikirkan pembuatan kompor tenaga surya. Ketika itu tahun 1986.Pengetahuannya tentang sifat lensa dan penyerapannya terhadap panas mengilhamipembuatan kompor tenaga Matahari itu.

Minto mengakui, kompor tenaga surya berfungsi ganda yang dihasilkannya memang tidak praktis. "Memang perlu penyempurnaan, supaya lebih praktis," ujarnya. Kompor tenaga surya hasil buah karya Minto ini, tidak hanya dinikmati tetangga-tetangga dekatnya, tetapi juga oleh para pembelinya. Maukah CGI, World Bank, ADB atau UNDP membantu membiayai usaha2 Minto yang brilian ini

 Sumber :

 Diamping mereka berikut adalah 43 penemu lain dari Indonesia : 
  1. Abdul Jamil Ridho & Niti Soedigdo - Penemu Varietas Unggul Singkong Raksasa
  2. Adi Rahman Adiwoso - Penemu Teknologi Baru dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
  3. Alexander Kawilarang - Penemu Kapal Ikan Bersirip
  4. Andrias Wiji Setio Pamuji - Penemu Reaktor Biogas
  5. Arief Mulyana Djumra - Penemu Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan
  6. Aryadi Suwono & Tim Peneliti ITB - Penemu Bahan Pendingin Baru yang Lebih Hemat Energi
  7. Ayub S. Parnata - Penemu Bakteri Kompos Organik
  8. Bacharuddin Jusuf Habibie - Penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)
  9. Budi Noviantoro - Penemu Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi
  10. Dani Hilman Natawijaya - Penemu Indikator Alam (Terumbu Karang) terhadap Siklus Gempa
  11. Djuanda Suraatmadja - Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan
  12. Eddyman, Intan Elfarini & Kanaka Sundhoro - Penemu Obat Antinyamuk Alami dan Murah
  13. Evvy Kartini - Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas
  14. Fuad Affandi - Penemu Pupuk Alami dari Air Liur
  15. Herman Johannes - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan
  16. I Gede Ngurah Wididana - Penemu Formula Minyak Oles Bokhasi
  17. I Made Budi - Penemu Formula Sari Buah Merah untuk Pengobatan
  18. Lalu Selamat Martadinata - Penemu Alat Pemanggil Ikan
  19. M. Djoko Srihono - Penemu Penjernih Air Limbah
  20. Maruni Wiwin Diarti - Penemu Senyawa Antimikroba dari Rumput Laut
  21. Minto - Penemu Kompor dan Pengering Hasil Tani dengan Tenaga Matahari
  22. Mumu Sutisna - Penemu Hormon Penyubur Anakan Padi
  23. Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Ekonomis Pembekuan Sperma
  24. Neny Nurainy - Penemu Varian Virus Hepatitis B Indonesia
  25. Puji Slamet Arif - Penemu Motor Listrik Hemat Energi
  26. Rahmiana Zein - Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
  27. Randall Hartolaksono - Penemu Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan
  28. Rizal & Juffri Sahroni - Penemu Penghemat Bahan Bakar Diesel
  29. Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni
  30. 30. Saverinus Nurak - Penemu Mesin Pompa Tangan Berkekuatan Tinggi
  31. Sutjipto & Ryantori - Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
  32. Sutrisno - Penemu Alat Perangkap Lalat Buah
  33. Sedijatmo - Penemu Konstruksi Fondasi Cakar Ayam
  34. Septinus George Saa - Penemu Rumus Penghitung antara Dua Titik Rangkaian Resistor
  35. Sofin Hadi - Penemu Metode Cincin untuk Sunat Tanpa Luka
  36. Sri Wuryani, Mustadjab, Euis M. Nirmala, Siwi Hardiastuti - Penemu Pengawet Aroma dalam Hampa
  37. Tjokorda Raka Sukawati - Penemu Landasan Putar Bebas Hambatan Sosrobahu
  38. Warsimin Adiwarsito - Penemu Marmer Buatan
  39. Widowati Siswomihardjo - Penemu Bahan Baru untuk Gigi Palsu yang Lebih Aman dan Murah
  40. Windu Hernowo - Penemu Penghemat Bahan Bakar Mesin
  41. Yanto Lunardi Iskandar - Anggota Tim Penemu HIV & Metode Peningkatan Hematopoiesis
  42. Yudi Utomo Imardjoko - Penemu Kontainer Limbah Nuklir
  43. Zahlul Badaruddin - Penemu Zahlul Integrated Unit (Desain Sistem Efisien untuk Produksi Obat/Kimia)

ITS Luncurkan Mobil Sapu Angin 6 dan 7


ITS Luncurkan Mobil Sapu Angin 6 dan 7

Achmad Faizal Mobil Sapu Angin 6 dan 7 buatan mahasiswa ITS Surabaya siap berlaga di SEM Asia 2012.


SURABAYA, KOMPAS.com - Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) meluncurkan Mobil Sapu Angin 6 dan 7, Rabu (28/3/2012).
Mobil buatan mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITS tersebut disiapkan untuk kompetisi Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2012 di Sepang, Malaysia, yang rencananya akan digelar Juli mendatang.
Mobil Sapu Angin 6 akan berlaga di kelas prototipe berbahan bakar bensin. Sedangkan Sapu Angin 7 akan turun di kelas Urban Concept dengan mesin diesel yang berbahan bakar biofuel.
"Prestasi yang membanggakan sangat kami harapkan dari kedua mobil tersebut, melebihi prestasi yang pernah diukir sebelumnya," kata Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Bambang Pramujati, Rabu (28/3/2012).
Pihaknya mengapresiasi event SEM Asia tersebut karena sangat baik untuk mengaplikasikan teori mahasiwa dalam pembuatan mobil ramah lingkungan. Yang lebih penting, kata dia, karya mahasiswa ITS tersebut diharapkan dapat menginspirasi semua pihak dalam hal penggunaan kendaraan yang menggunakan energi alternatif, di tengah semakin tingginya harga BBM.
Tahun ini merupakan partisipasi mobil Sapu Angin yang ketiga pada SEM Asia. Pada 2010, Sapu Angin 2 berhasil meraih dua predikat sekaligus, yaitu Combustion Grand Prize dan Gasoline Fuel Award untuk kelas Urban Concept dengan jenis mesin internal combustion berbahan bakar bensin yang mampu menempuh jarak 237,8 km/liter.
Tahun selanjutnya, pada 2011, Sapu Angin 4 berhasil menyabet dua gelar, yaitu Internal Combustion Grand Prize dan Alternative Diesel Fuel Award pada kelas yang sama yaitu Urban Concept dengan mesin diesel berbahan bakar biodiesel jenis Fame dengan perolehan konsumsi bahan bakar 149,8 km/liter.
Selain Sapu Angin, juga turut berlaga kelas prototipe, mobil Antasena dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi ITS yang memanfaatkan bahan bakar hidrogen. Mobil Antasena adalah kompetitor baru di SEM Asia.

Game Basmi Serangga Tomcat Hadir Di GeJe Games


Hebohnya serangan Tomcat diberbagai wilayah di Indonesia ternyata mengilhami pengembang game Agate untuk membuat sebuah game dengan tema pembasmian serangga tersebut.
Game sederhana cukup seru untuk dimainkan. Pemeran utama dalam game ini tentu saja adalah serangga-serangga kecil yang menggelikan yang disebut Tomcat dan seorang anak dengan nama Titok.
Titok menemukan pemandangan yang tak terduga saat memasuki kamar mandi dirumahnya, serangan Tomcat pun mulai mengganas dan pemain harus membantu Titok untuk membasmi para Tomcat tersebut.
Setiap pencapaian skor dan waktu tertentu, pemukul yang digunakan membasmi Tomcat akan berganti dari pemukul lalat, sendal jepit sampai palu.
Di akhir permainan, Titok akan menampilkan tulisan berisi tips, misalnya “Segera cuci bagian tubuh yang terserang serangga Tomcat dengan air sabun”. Cukup menarik bukan? Jika anda ingin mencoba memainkannya, silahkan dibawah ini atau kunjungi situs Geje Games.

Rabu, 28 Maret 2012

D'oh! Divers find buried fish in the seabed that looks just like Homer Simpson


This frowning fish has no idea it looks like one of TV's favourite cartoon characters - but there's no denying the aquatic animal bears an uncanny resemblance to Homer Simpson.
With its bulging eyes and clueless expression the miserable-looking marine creature looks the spitting image of the sage of Springfield.
The fish, known as a Stargazer, was spotted peering up from the seabed in the Lembeh Strait in North Sulawesi, Indonesia.
Stargazer fish
homer
What're you looking at: This Stargazer fish discovered in the depths of the Lembeh Strait, in Indonesia, looks like a ghoulish take-off of the gormless TV character Homer Simpson
Photographer Mark Webster, from Falmouth in Cornwall, snapped the strange-looking creature while on a diving exhibition in South East Asia.
The 56-year-old, who has been a professional photographer for more than 20 years, said he was hoping to capture a picture of a strange creature and was delighted to have succeeded.
The father-of-two said: 'I had seen Stargazers before at other locations in Indonesia but the desire to find one here was that the colour of the fish would contrast well with the dark volcanic sand.
'I knew this would make the strange features stand out more.
'I'd asked my guide to help me find a Stargazer and eventually we succeeded.
'I was delighted and excited when we eventually found the fish as we had been hunting for several days.
'I immediately saw a resemblance to Homer Simpson with the bulging eyes and that slightly vacant look with its mouth open.
'Stargazers are not uncommon in the right habitat but they are very difficult to find as they often remain totally buried and sometimes only emerge at night to hunt.
'The Lembeh Strait is full of very strange looking fish that live in the sand or use it to camouflage themselves
'It's a very popular destination for underwater photographers and marine naturalists due to the unique underwater habitats which host a high population of unusual marine creatures.'


Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2120550/Homer-Simpson-Stargazer-fish-buried-seabed-divers-Lembeh-Strait.html#ixzz1qPpXQIur

A barrow-load of mischief: Heartwarming pictures of orphan orangutans at play

By DAILY MAIL REPORTER




Fooling around like little rascals these orphaned orangutans are having a great time.
From high-jinx in a wheel barrow to slumbering in a hammock, staff at the Borneo animal sanctuary where they live do their best to keep them entertained. 
British National Geographic photographer Charlie Hamilton James, 38, captured these incredible pictures of these primates while he travelled the island in the Pacific.
'We like the wheel barrow shot because it's cute,' Charlie said
Having a wheely good time: These orphan orangutans at a sanctuary in Borneo look in the mood for fun
Having a wheely good time: These orphan orangutans at a sanctuary in Borneo look in the mood for fun
'Orangutans are generally solitary in the wild and young ones would rarely meet each other.
'Instead they'd spend all their time with their mothers, who they would live with for up to eight years – longer than just about any animal.
 
'However, in the orphanage babies loved playing together. It was hugely beneficial to their development living in groups created by humans.
Play is a very important way of learning to cope with their new world.'
Solemn: Thomas lies next to his mother Tut who has a new baby Tiido. The young orangutan is not getting his mother's ateention and finds it difficult
Solemn: Thomas lies next to his mother Tut who has a new baby Tiido. The young orangutan is not getting his mother's ateention and finds it difficult
Sibling rivalry: Thomas lies sulking near his mother Tut as she focuses her attention on her new baby
Sibling rivalry: Thomas lies sulking near his mother Tut as she focuses her attention on her new baby
The island of Borneo is run by three countries, Malaysia, Indonesia and Brunei.
Charlie visited three orangutan rehabilitation centres while on assignment, Seplilok in Malaysian Borneo as well as the Camp Leaky and the BOSF-Nyaru reintroduction centres on the Indonesian side of the island.
Up to 650 baby orphans live in the Nyanu reintroduction centre, cared for by 170 staff members.
Charlie explained how these incredibly human-like creature interacted with the people who cared for them.
'Orangutans as babies are very loving and trusting creatures,' he said. 'They are like us, they need contact.
'Orangutans are very clever and will often form very strong bonds with their human carers, just like human adoptions.
Playtime: The orangutans let off some steam in their jungle home as they learn to adapt to life in the wild
Playtime: The orangutans let off some steam in their jungle home as they learn to adapt to life in the wild
Just hanging around: Another young primate relaxes in a hammock at the BOSF-Nyaru Menteng Reintroduction Centre
Just hanging around: Another young primate relaxes in a hammock at the BOSF-Nyaru Menteng Reintroduction Centre
Scientists believe orangutan numbers are decreasing in the wild because of the destruction of their forest habitat by logging and the bush meat trade.
There are thought to be between 45,000 and 69,000 left on the island.
'There seems to be no halt to the numbers of orangutans being brought into centres and there are increasingly few places left to put them,' said Charlie.
'Orangutan mothers are often shot when their forest is being cut down for palm oil plantations.
'Workers will sometimes shoot them for food, or sometimes to get the babies which are prized as "prestigious" pets in Indonesia.
'These orphans don't just grow up in a couple of years and can then be released.
'They are like human children - they need love, care and attention, sometimes into their teens.
Close cousins: Clara, a young female orangutan, chews her lunch during a play session in the jungle
Close cousins: Clara, a young female orangutan, chews her lunch during a play session in the jungle
Back to nature: This adolescent male lives in the wild but is fed daily
Back to nature: This adolescent male lives in the wild but is fed daily
Endearing: Two young orphaned orangutans contemplate a tongue during a play session
Endearing: Two young orphaned orangutans contemplate a tongue during a play session
'These are highly intelligent animals that suffer not just physically but emotionally from the traumas they have encountered losing their mothers.'
Wild orangutans live only in the forests of Borneo and Sumatra and are listed as endangered.
The peaceful creatures survive by eating bark, leaves, flowers and insects.
'The forests are being chopped down to make room for oil palm, a product used in foods and the cosmetics industry,' Charlie said.
'On one I drove for eight hours and saw oil palm plantations for almost the entire journey, for as far as the eye could see.
'It makes me sad when I see products over here in UK with oil palm in them.'
Utterly adorable; A baby orangutan looks up at his mother as he rests in he arms
Utterly adorable; A baby orangutan looks up at his mother as he rests in he arms
Mother and baby: Tut (left) plays in the jungle with her young son Tito (right) at Camp Leakey in Borneo
Mother and baby: Tut (left) plays in the jungle with her young son Tito (right) at Camp Leakey in Borneo
Bad hair day: An orangutan with impressively spiky style chews on a leaf
Bad hair day: An orangutan with impressively spiky style chews on a leaf
Despite the challenges to the survival of wild orangutans of Borneo, Charlie is still hopeful about their future.
'The hope is that some orangutans will be released into forests where they can be truly wild again one day,' he said.
'Many centres have bought up areas of forest where they can release the orangutans and supply them with the food they need to survive.
'An orangutan in the wild is not just for Christmas though, these creatures live as long as we do
'These centres have to make a commitment to continue supporting the released orangutans for as long as they live, or until a time comes when the forests are allowed to re-grow.
'It’s a desperate situation and I can only praise the hard work and dedication of people in Borneo, as well as those in Britain raising money to try and save them.
'It only takes one brief encounter with one of these incredible creatures to make you realise why it’s worth the effort.'
Ready for action: A young primate emerges for play at the centre in Borneo
Ready for action: A young primate emerges for play at the centre in Borneo


Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2121092/Orphan-orangutans-Borneo.html#ixzz1qPNpCroK