Seorang petugas memasukkan batubara yang digunakan sebagai bahan bakar lokomotif kereta uap, Mak Itam, di Stasiun Sawahlunto, Sumatera Barat, Sabtu (11/6). Lokomotif uap berbahan bakar batu bara buatan tahun 1965 itu merupakan daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Sawahlunto. (ANTARA/Ismar Patrizki)
"Tahun ini `mak itam` masih jadi ikon untuk menyukseskan Tour de Singkarak," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Sawahlunto, Medi Iswandi, di Sawahlunto, Senin.
Dia menyebutkan, ada beberapa perbedaan dibanding tahun kemarin. Sebelumnya `mak itam` hanya mengantarkan dari Kota Lama hingga stasiun Cintomoni yang hanya berjarak lebih kurang 10 kilometer.
Tahun ini. kata Medi, kereta api ini akan membawa peserta, official, dan undangan dari Kota Padangpanjang ke Sawahlunto melewati Danau Singkarak.
Saat mengantar, ujarnya, peserta dapat menikmati keindahan alam sepanjang jalur kereta api, yang menghadirkan wisata alam yang terkenal indah.
Sementara dari Padang ke Padangpanjang, menggunakan angkutan khusus, katanya.
Dia menyebutkan, saat sampai di Sawahlunto, peserta, official dan undangan langsung disambut dengan atraksi kesenian multi etnis.
"Tidak hanya tarian dari Minang, peserta dan tamu juga disambut dengan tarian dari kesenian Jawa dan Batak," katanya.
Tidak hanya sampai disana, peserta kata Kadisparbud, juga diajak mengunjungi setiap objek wisata yang ada di kota yang di kenal dengan sebutan Kota Kuali ini.
"Siangnya diajak city tour ke objek wisata budaya," katanya.
(KR-AH/Y008)
Editor: Desy Saputra
0 komentar:
Posting Komentar