Semarang (ANTARA News) - Tim peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro Semarang berhasil mengolah spesies kerang-kerangan menjadi bahan antiseptik organik yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
"Kami mengambil kerang jenis Conus Miles, Stramonita Armigera, dan Olivia Vidual yang diambil dari perairan Ternate, Maluku," kata Ketua Tim Penjaminan Mutu Fakultas FPIK Undip Dr. Delianis Pringgenies di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan, kerang-kerangan yang termasuk kelas spesies moluska sengaja dipilih dari perairan Ternate, Maluku, berdasarkan uji banding dengan spesies sama yang diambil dari perairan Pekalongan, Jawa Tengah.
Berdasarkan uji banding itu, kata koordinator penelitian itu, tiga spesies kerang-kerangan dari perairan Ternate, Maluku itu memiliki kandungan bakteri Vibrio sp dan Pseudoaltermonas sp yang digunakan untuk pembuatan antiseptik itu.
"Kalau kerang-kerangan yang kami ambil dari Pekalongan tidak memiliki kandungan seperti itu, mungkin karena pengaruh kondisi perairan dan tekanan hidup yang dialami spesies yang memiliki cangkang tersebut," katanya.
Ketiga spesies kerang-kerangan itu, kata dia, kemudian diisolasi dan dianalisis hingga mendapatkan dua bakteri, yakni Vibrio sp dan Pseudoaltermonas sp, setelah itu diekstrak hingga mendapatkan senyawa-senyawa tertentu.
Delianis yang juga Ketua Pusat Penelitian, Konsultasi, dan Pengembangan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FPIK Undip menjelaskan, dari proses itu ternyata didapat beberapa senyawa dominan, yakni flavonoid dan triterpenoid.
Senyawa itu selama ini dikenal sifatnya yang menguntungkan, seperti antiseptik, antioksidan, hingga antikanker, karena itu pihaknya kemudian mengembangkannya menjadi bahan antiseptik yang bisa melindungi manusia dari kuman berbahaya.
"Kami memang masih mengembangkannya sebagai bahan antiseptik untuk luar badan, misalnya untuk mencuci tangan. Namun, kelebihannya antiseptik ini organik, tidak menggunakan bahan-bahan kimia," katanya.
Berkaitan dengan produk antiseptik yang dinamai "Gel Antiseptik" itu, pengajar bahan hayati laut dan farmakologi FPIK Undip itu mengaku telah menelitinya selama tiga tahun dengan hibah dana dari Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti).
Ia menjelaskan, senyawa yang juga memiliki sifat antikanker itu memang sangat prospektif dikembangkan sebagai obat pencegah kanker, namun perlu penelitian yang lebih mendalam dan membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Sebenarnya banyak kegunaan lain yang bisa dimanfaatkan dari tiga spesies kerang-kerangan itu, apalagi bakteri yang dihasilkannya bisa diekstrak dalam jumlah banyak sehingga tak perlu mengambil banyak spesies dari alam," kata Delianis.
(ANTARA)
0 komentar:
Posting Komentar