"Musik keroncong adalah musik asli Indonesia yang sangat digemari oleh bangsa Portugis."
Alunan musik keroncong mendayu-dayu indah. Membius pecintanya, yang sayangnya didominasi kaum tua. Banyak yang tahu, musik keroncong adalah musik asal bangsa Portugis. Tapi, banyak pula pakar budaya yang dengan tegas mengatakan bahwa musik bercita rasa tinggi ini asli Indonesia.
"Tahun 2000, saya dan Erwin Gutawa melakukan riset di Yogyakarta dan menemukan bahwa musik keroncong adalah musik asli Indonesia yang sangat digemari oleh bangsa Portugis," ujar Jay Subijakto yang baru-baru ini menggelar sebuah pertunjukkan yang menikahkan musik dengan fasyen bertajuk 'Sariayu Bazaar Fashion Celebration 2011 - Langgam Tiga Hati' berkolaborasi dengan Erwin Gutawa selaku komposer dan music director.
Menegaskan pernyataan Jay, sebuah buku berjudul 'Krontjong Toegoe' yang ditulis oleh Victor Ganap juga meyakini bahwa musik yang biasanya dialunkan dengan alat musik ukulele ini adalah tulen dari Indonesia. Dalam bukunya, Victor Ganap menyatakan bahwa keroncong sangat berbeda dengan musik-musik dari Portugis. Bahkan, di Portugal, tidak ditemukan musik keroncong seperti yang dikenal di Indonesia.
Terlepas dari asal muasalnya, musik keroncong memiliki potensi untuk berkembang di tengah gempuran musik modern yang cepat berganti mengikuti tren.
"Musik keroncong itu musik yang unik dan berbeda dari musik lainnya. Keroncong memiliki 28 bar, sedangkan yang lain tidak lebih dari 12 bar. Cengkoknya pun khas, memadukan unsur timur dan barat. Saya berani bilang bahwa musik keroncong adalah pencapaian tertinggi musik Indonesia," ujar Erwin Gutawa.
Kesan kuno memang sangat lekat pada musik ini, tapi itu yang menjadi daya tariknya. Ketika terdengar petikan ukulele, pikiran akan sontak melayang dan membawa pecintanya pada zaman perjuangan Indonesia. Mampu membangkitkan nasionalisme abadi.
"Musik keroncong itu memiliki masa keemasan di era perjuangan," ujar Sundari Soekotjo.
Tenggelam di Antara Musik Instan
"Tahun 2000, saya dan Erwin Gutawa melakukan riset di Yogyakarta dan menemukan bahwa musik keroncong adalah musik asli Indonesia yang sangat digemari oleh bangsa Portugis," ujar Jay Subijakto yang baru-baru ini menggelar sebuah pertunjukkan yang menikahkan musik dengan fasyen bertajuk 'Sariayu Bazaar Fashion Celebration 2011 - Langgam Tiga Hati' berkolaborasi dengan Erwin Gutawa selaku komposer dan music director.
Menegaskan pernyataan Jay, sebuah buku berjudul 'Krontjong Toegoe' yang ditulis oleh Victor Ganap juga meyakini bahwa musik yang biasanya dialunkan dengan alat musik ukulele ini adalah tulen dari Indonesia. Dalam bukunya, Victor Ganap menyatakan bahwa keroncong sangat berbeda dengan musik-musik dari Portugis. Bahkan, di Portugal, tidak ditemukan musik keroncong seperti yang dikenal di Indonesia.
Terlepas dari asal muasalnya, musik keroncong memiliki potensi untuk berkembang di tengah gempuran musik modern yang cepat berganti mengikuti tren.
"Musik keroncong itu musik yang unik dan berbeda dari musik lainnya. Keroncong memiliki 28 bar, sedangkan yang lain tidak lebih dari 12 bar. Cengkoknya pun khas, memadukan unsur timur dan barat. Saya berani bilang bahwa musik keroncong adalah pencapaian tertinggi musik Indonesia," ujar Erwin Gutawa.
Kesan kuno memang sangat lekat pada musik ini, tapi itu yang menjadi daya tariknya. Ketika terdengar petikan ukulele, pikiran akan sontak melayang dan membawa pecintanya pada zaman perjuangan Indonesia. Mampu membangkitkan nasionalisme abadi.
"Musik keroncong itu memiliki masa keemasan di era perjuangan," ujar Sundari Soekotjo.
Tenggelam di Antara Musik Instan
Sayangnya, lagu-lagu keroncong semakin jarang ditembangkan. Tenggelam dalam industri musik Indonesia yang semakin instan. Padahal, musik keroncong masih tetap eksis di Jepang, Malaysia, Singapura, bahkan Belanda.
Menjadi napas baru ketika generasi muda yang modern menyadari bahwa keroncong adalah salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Perpaduan musik keroncong dan fasyen yang sarat akan budaya Indonesia, ‘Langgam Tiga Hati’ yang berlangsung beberapa hari yang lalu mungkin bisa menjadi 'oksigen' baru bagi industri musik Indonesia.
Musik keroncong yang diaransemen ulang oleh Erwin Gutawa dengan konsep orkestra tetap erat dengan ciri khasnya meski terdengar lebih modern. Dinyanyikan lintas generasi oleh penyanyi belia pemain drama musikal 'Laskar Pelangi', Christoffer Nelwan, Kanya, Hilmi Faturrahman dan Sheila Hasto, berkolaborasi dengan Bunga Citra Lestari, Sammy Simorangkir, tak lupa penyanyi keroncong legendaris Sundari Soekotjo.
Menjadi napas baru ketika generasi muda yang modern menyadari bahwa keroncong adalah salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan. Perpaduan musik keroncong dan fasyen yang sarat akan budaya Indonesia, ‘Langgam Tiga Hati’ yang berlangsung beberapa hari yang lalu mungkin bisa menjadi 'oksigen' baru bagi industri musik Indonesia.
Musik keroncong yang diaransemen ulang oleh Erwin Gutawa dengan konsep orkestra tetap erat dengan ciri khasnya meski terdengar lebih modern. Dinyanyikan lintas generasi oleh penyanyi belia pemain drama musikal 'Laskar Pelangi', Christoffer Nelwan, Kanya, Hilmi Faturrahman dan Sheila Hasto, berkolaborasi dengan Bunga Citra Lestari, Sammy Simorangkir, tak lupa penyanyi keroncong legendaris Sundari Soekotjo.
Sumber:Maya Sofia, Febry Abbdinnah http://showbiz.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar