Senin, 12 Desember 2011

Budaya Sunda Terancam Degradasi


BOGOR, (PRLM).- Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturrachman mengajak semua elemen budayawan dan pencinta budaya sunda untuk bersama-sama membangkit budaya sunda di masyarakat. Sebab, saat ini dengan arus budaya dari luar yang begitu deras mengakibatkan budaya sunda terancam degradasi.

“Ini sudah waktunya, kita siap bangkit dari keterpurukan degradasi budaya kita, budaya sunda. Jangan sampai budaya peninggalan orang tua kita ini punah, dan tidak dapat kita wariskan lagi kepada anak cucu kita. Kita bangkit dan dituangkan dalam kebijakan publik”, ujar Wabup Karyawan Faturrachman di Cibinong, Kab. Bogor.

Menyikapi kondisi budaya sunda dewasa ini, para seniman dan budayawan sunda se-Bogor berkumpul dalam acara serehsehan budaya yang digelar di kediaman pribadi Wakil Bupati Bogor Karyawan Faturachman. Helaran mengangkat tema napak tilas peninggalan sejarah yang disimbolkan dengan situs budaya, pusaka dan perkakas orang sunda.

Kegiatan seresehan budaya ini bertujuan untuk berdialog dalam rangka menyamakan persepsi para budayawan dan seniman sunda, mengatasi lunturnya budaya sunda saat ini.

Wakil Bupati Karyawan Faturrachman mengatakan, dalam acara seresehan saling bicara di kalangan seniman dan budayawan sunda serta untuk menyamakan persepsi. Objek pembahasan adalah budaya sunda yang di bahas dari berbagai pandangan. "Sudah waktunya, kita siap bangkit dari keterpurukan degradasi budaya kita, budaya sunda. Jangan sampai budaya peninggalan orang tua kita ini punah, dan tidak dapat kita wariskan lagi kepada anak cucu kita. Kita bangkit dan dituangkan dalam kebijakan publik”, ujar Karyawan Faturrachman.

Dia menambahkan, keris dan barang pusaka lainnya adalah symbol budaya. " Kita bisa buktikan secara factual bahwa ada peninggalan budaya secara fisik itu saja tidak lebih. Maka mari, bukan hanya bicara soal melestarikan tapi juga bicara apa yang akan kita perbuat esok hari”, ujarnya.

Mengenai perawatan benda-benda bersejarah tersebut, dalam pandangan Karyawan Faturrachman, tidak ada ritual khusus seperti upacara-upacara. Jika orang bilang benda pusaka itu sakral, di sini cuma rawat biasa saja seperti dicuci dengan sabun biasa dan di berikan minyak anti karat. “Saya melihat benda-benda pusaka ini sebagai bukti sejarah yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Ini adalah warisan budaya buat anak cucu kita, sehingga nantinya mereka mengenal budaya dan jati dirinya”, katanya.

Sumber:http://disparbud.jabarprov.go.id

0 komentar:

Posting Komentar