Selasa, 12 Juni 2012

SUBAK DITETAPKAN SEBAGAI WARISAN BUDAYA DUNIA OLEH UNESCO

/component/content/article/16/16.html


Written by Made Sudiarta    Wednesday, 06 June 2012 16:04   

altSubak merupakan suatu masyarakat hokum adat yang memiliki karakteristik sosioagraris-religius, yang merupakan perkumpulan para petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Pengertian subak seperti itu pada dasarnya dinyatakan dalam peraturan daerah pemerintah Provinsi Bali No. 02/PD/DPRD/1972. Arif (1999) memperluas pengertian karakteristik sosio-agraris-religius dalam sistem irigasi subak, dengan menyatakan lebih tepat subak itu disebut berkarakteristik sosio-teknis-religius, karena pengertian teknis cakupannya menjadi lebih luas, termasuk diantaranya teknis pertanian dan teknis irigasi.
Subak sebagai suatu sistem irigasi merupakan teknologi sepadan yang telah menyatu dengan sosio-kultural masyarakat setempat, kesepadanan teknologi sistem subak ditujukan oleh anggota subak tersebut melalui pemahaman terhadap cara pemanfaatan air irigasi yang berlandaskan Tri Hita Karana yang menyatu dengan cara membuat bangunan dan jaringan fisik irigasi, cara mengoperasikan, koordinasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang dilakukan oleh pekaseh (ketua subak), bentuk kelembagaan, dan informasi untuk pengelolannya.
Sistem subak mampu melakukan pengelolaan irigasi dengan dasar-dasar harmoni dan kebersamaan sesuai dengan prinsip konsep THK, dan dengan dasar itu sistem subak mampu mengantisipasi kemungkinan kekurangan air (khususnya pada musim kemarau), dengan mengelola pelaksanaan pola tanam sesuai dengan peluang keberhasilannya.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Subak tersebut membuat UNESCO akhirnya menetapkan Subak sebagai Warisan Budaya Dunia yang perlu dilindungi. Keputusan resmi akan ditetapkan melalui sidang ketok palu di St Petersburg, Rusia, 20 Juni 2012. Berita ini tentu saja sangat membahagiakan untuk Indonesia, dan Bali khususnya. Sekali lagi dunia mengakui produk Indonesia sebagai Warisan yang bernilai luhur.
Penetapan ini menurut I Ketut Suastika, SH, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, bukan hanya sebagai kebanggaan Bali, namun juga merupakan sebuah tantangan besar kedepannya untuk mempertahankan eksistensi Subak itu sendiri. Di tengah gempuran Pariwisata yang hebat, eksistensi Subak sangat mengkhawatirkan. Begitu banyak alih fungsi lahan yang semula lahan pertanian berubah menjadi bangunan hotel maupun villa. Kepala Dinas mengharapkan agar semua komponen masyarakat bisa menjaga alam dan tata ruang , serta peran pemerintah Kabupaten/Kota juga harus membenahi tata ruang yang sudah ada. Di sini juga Pemerintah diharapkan agar tidak jor-joran dalam memberikan ijin pembangunan hotel maupun villa, sehingga kelompok subak bisa lebih giat mengembangkan hasil pertanian mereka dan mengeluarkan produk pertanian yang bermutu untuk menunjang pariwisata juga.
Seiring perkembangan zaman, Subak bukan hanya memiliki karakteristik sosio-kultural-religius, namun juga sosial ekonomi. Untuk menumbuhkan minat masyarakat akan pertanian kembali, Pemerintah sudah memberikan dana hibah sebesar Rp. 20.000.000,- per subak kepada sekitar 2800 kelompok subak di Bali, dan bila memungkinkan pada APBD 2013, jumlah itu akan ditambah menjadi Rp. 30.000.000,-. Pemberian hibah tersebut juga diharapkan bisa mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat subak itu sendiri.
Tantangan terbesar juga datang dari petani itu sendiri, tidak ada regenerasi menjadi masalah yang sangat pelik. Untuk saat ini profesi petani sebagian besar masih dimiliki oleh generasi tua saja, generasi muda kurang tertarik akan profesi itu. Ini merupakan PR pemerintah juga dalam menarik minat mereka. Selain itu, pemerintah jyga diharapkan bisa menyelesaikan masalah petani seperti ketersediaan air, masalah pupuk yang mahal dengan cara memberikan subsidi, dan menangani harga jual hasil pertanian yang anjlok yang menjadi keresahan para petani saat ini.
Penetapan Subak sebagai Warisan Budaya Dunia memang merupaka kebanggan luar biasa untuk bangsa Indonesia, namun di balik itu terdapat suatu tantangan besar yang memerlukan kerjasama yang intens dari semua elemen, baik Pemerintah maupun masyarakat. Mari kita jaga Bali bersama-sama.
Sumberhttp://www.baliculturegov.com

0 komentar:

Posting Komentar