Zurich, Masyarakat Indonesia yang bermukim di Zurich, Swiss, kembali menggelar acara Pasar Senggol pada Sabtu (7/7/2012). Acara yang diselenggarakan setiap tahun ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai macam kuliner Indonesia kepada masyarakat Swiss.
Beragam jenis makanan khas Indonesia ditampilkan dalam acara yang di buka pada jam 11.00 dan baru berakhir pada jam 18.00 waktu setempat tersebut. Pasar senggol tersebut juga merupakan wadah berkumpulnya warga Indonesia yang sangat merindukan suasana pasar tradisional di Tanah Air. Demikian siaran pers KBRI Swiss yang disiapkan oleh Sekretaris bidang Pensosbud, Mohammad Budiman Wiriakusumah, Senin (9/7/2012).
Pengunjung tinggal memilih makanan dari berbagai macam daerah. Ada nasi rames Jawa Barat yang isinya terdiri dari nasi putih, empal, sambal jengkol, pepes tahu ataupun pete bakar, tidak ketinggalan tentunya sambal terasi. Tersedia juga makanan khas Aceh seperti gulai Aceh, atau bisa juga mencicipi nasi kapau yang disiapkan oleh stand Uni Lisda. Ada lagi ayam kemangi dari Sulawesi Utara, belum lagi empek empek Palembang yang sudah menjadi favorit pengunjung setia pasar senggol.
Duta besar RI untuk Konfederasi Swiss yang selalu setia datang pada acara ini tampak mencicipi rujak cingur khas Surabaya. Menurut Djoko Susilo yang selalu hadir dengan kemeja batiknya, KBRI Bern selalu mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini yang diselenggarakan oleh Masyarakat Indonesia di Swiss. Acara semacam ini langsung mengenai sasaran yang dituju yaitu masyarakat Swiss yang berpotensi untuk berwisata ke Indonesia.
Selain kedai-kedai makanan pasar senggol juga menghadirkan stand kerajinan, batik, pakaian anak-anak bahkan ada juga stand yang menampilkan perhiasan mutiara yang didatangkan langsung dari Lombok. Dan yang tidak kalah pentingmya tentunya meja informasi KBRI Bern dengan informasi lengkap tentang tujuan wisata Indonesia, sehingga penggunjung mendapatkan informasi langsung yang akurat. Bahkan masyarakat Indonesia yang hadir dapat pula meminta keterangan tentang proses pendaftaran, penggantian paspor di "Warung Konsuler" bahkan mendapatkan panduan dalam mengisi formulir.
Warung Konsuler adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia di Swiss disetiap acara seperti ini, sehingga masyarakat yang kebanyakan sibuk dalam kegiatan sehari-hari tidak repot-repot datang ke Bern untuk mengurus paspornya, mereka cukup datang di acara ini bersama keluarga sambil melepaskan rasa kangen akan suasana pasar di Indonesia.
Ada cerita lucu pada siang hari itu, Yanthi Sidler penjual nasi rames Jawa Barat berusaha dengan sabar menjelaskan tentang balado jengkol yang dijualnya karena si pembeli seorang masyarakat Swiss "ngotot" untuk dapat mencicipi jengkol sedangkan Yanthi berusaha agar si pembeli mengurungkan niatnya untuk mencicipi jengkol tersebut karena takut baunya tidak sedap. Namun karena pembeli ingin sekali merasakannya akhirnya Yanthi merelakannya, namun setelah 2 jam, pembeli dengan senyumnya menghampirinya sambil berkata 'saya baru mengerti sekarang mengapa anda melarang saya memakan jengkol karena menyadarinya setelah keluar dari kamar kecil'.
Pengunjung benar-benar merasa puas datang di acara pasar senggol karena mereka juga dapat berbelanja kue-kue khas Indonesia seperti klepon, pastel, getuk lindri, arem-arem, bolu pandan, kue serabi dan masih banyak jenis kue lainnya sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan keluarga lainnya.(detikcom) Sumber
https://www.facebook.com/korankitaBeragam jenis makanan khas Indonesia ditampilkan dalam acara yang di buka pada jam 11.00 dan baru berakhir pada jam 18.00 waktu setempat tersebut. Pasar senggol tersebut juga merupakan wadah berkumpulnya warga Indonesia yang sangat merindukan suasana pasar tradisional di Tanah Air. Demikian siaran pers KBRI Swiss yang disiapkan oleh Sekretaris bidang Pensosbud, Mohammad Budiman Wiriakusumah, Senin (9/7/2012).
Pengunjung tinggal memilih makanan dari berbagai macam daerah. Ada nasi rames Jawa Barat yang isinya terdiri dari nasi putih, empal, sambal jengkol, pepes tahu ataupun pete bakar, tidak ketinggalan tentunya sambal terasi. Tersedia juga makanan khas Aceh seperti gulai Aceh, atau bisa juga mencicipi nasi kapau yang disiapkan oleh stand Uni Lisda. Ada lagi ayam kemangi dari Sulawesi Utara, belum lagi empek empek Palembang yang sudah menjadi favorit pengunjung setia pasar senggol.
Duta besar RI untuk Konfederasi Swiss yang selalu setia datang pada acara ini tampak mencicipi rujak cingur khas Surabaya. Menurut Djoko Susilo yang selalu hadir dengan kemeja batiknya, KBRI Bern selalu mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini yang diselenggarakan oleh Masyarakat Indonesia di Swiss. Acara semacam ini langsung mengenai sasaran yang dituju yaitu masyarakat Swiss yang berpotensi untuk berwisata ke Indonesia.
Selain kedai-kedai makanan pasar senggol juga menghadirkan stand kerajinan, batik, pakaian anak-anak bahkan ada juga stand yang menampilkan perhiasan mutiara yang didatangkan langsung dari Lombok. Dan yang tidak kalah pentingmya tentunya meja informasi KBRI Bern dengan informasi lengkap tentang tujuan wisata Indonesia, sehingga penggunjung mendapatkan informasi langsung yang akurat. Bahkan masyarakat Indonesia yang hadir dapat pula meminta keterangan tentang proses pendaftaran, penggantian paspor di "Warung Konsuler" bahkan mendapatkan panduan dalam mengisi formulir.
Warung Konsuler adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat Indonesia di Swiss disetiap acara seperti ini, sehingga masyarakat yang kebanyakan sibuk dalam kegiatan sehari-hari tidak repot-repot datang ke Bern untuk mengurus paspornya, mereka cukup datang di acara ini bersama keluarga sambil melepaskan rasa kangen akan suasana pasar di Indonesia.
Ada cerita lucu pada siang hari itu, Yanthi Sidler penjual nasi rames Jawa Barat berusaha dengan sabar menjelaskan tentang balado jengkol yang dijualnya karena si pembeli seorang masyarakat Swiss "ngotot" untuk dapat mencicipi jengkol sedangkan Yanthi berusaha agar si pembeli mengurungkan niatnya untuk mencicipi jengkol tersebut karena takut baunya tidak sedap. Namun karena pembeli ingin sekali merasakannya akhirnya Yanthi merelakannya, namun setelah 2 jam, pembeli dengan senyumnya menghampirinya sambil berkata 'saya baru mengerti sekarang mengapa anda melarang saya memakan jengkol karena menyadarinya setelah keluar dari kamar kecil'.
Pengunjung benar-benar merasa puas datang di acara pasar senggol karena mereka juga dapat berbelanja kue-kue khas Indonesia seperti klepon, pastel, getuk lindri, arem-arem, bolu pandan, kue serabi dan masih banyak jenis kue lainnya sebagai oleh-oleh untuk kerabat dan keluarga lainnya.(detikcom) Sumber
0 komentar:
Posting Komentar