Minggu, 22 Juli 2012

Melestarikan kuliner tradisional melalui Pasar Ramadhan


Ilustrasi (ANTARA/Andika Wahyu)
 ditengah maraknya gerai makanan cepat saji yang menawarkan masakan modern, adanya pasar ramadhan ini akan mengajak masyarakat kembali ke menu tradisional
Berita Terkait


Palu (ANTARA News) - Bulan Ramadhan 1433 Hijriah telah tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan penuh berkah ini disambut dengan berbagai ragam kegiatan, salah satunya pasar ramadhan.

Pasar ramadhan seolah menjadi agenda wajib di setiap daerah dan keberadaannya selalu diserbu masyarakat. 

Lokasinya pun ditata sesuai kondisi daerah masing-masing. Seperti pasar ramadhan di Palu, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.

Pasar ramadhan di kota berpenduduk sekitar 310 ribu jiwa ini mencoba mempertahankan sajian kuliner tradisional kepada masyarakat.

Menu tradisional yang ada di pasar ramadhan ini antara lain uta dada (semacam opor ayam), uta kelo (sayur daun kelor berkuah santan), serta kaledo (sop tulang kaki sapi).

Keempat menu itu seolah sudah menjadi jati diri Kota Palu dari sisi kuliner. Banyak aggapan mengatakan, belum lengkap rasanya kalau seseorang datang ke Palu tanpa menyantap salah satu sajian khas itu.

Ketua panitia Pasar Ramadhan 2012, Gladys, mengatakan tahun ini diharapkan para penjual lebih banyak menyajikan sajian tradisional meski hal itu sebenarnya telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Sajian khas Kota Palu masih bisa ditemukan di sejumlah pasar pada hari-hari biasa di luar bulan ramadhan. Namun pada saat Ramadhan, berbagai menu tradisional itu semakin menjadi pilihan favorit warga Kota Palu dan sekitarnya.

"Kalau buka puasa di awal-awal Ramadhan lebih enak rasanya jika menyantap kaledo karena kuahnya segar," kata Faria, seorang warga Palu.

Kuliner tradisional itu kini bersaing melawan makanan modern yang terus menggempur masyarakat dengan sajian dan rasa beragam.

Sebut saja makanan cepat saji asal Amerika berupa ayam goreng renyah, aneka makanan pasta khas Italia, ataupun sajian khas Jepang yang juga sudah hadir di Kota Palu.


Kuliner khas Palu 


Gladys mengatakan ditengah maraknya gerai makanan cepat saji yang menawarkan masakan modern, adanya pasar ramadhan ini akan mengajak masyarakat kembali ke menu tradisional yang memiliki rasa khas dan akrab di lidah masyarakat.

Ia mencontohkan Uta dada. Sayur ini mirip opor ayam, namun dagingnya hanya khusus dada ayam kampung sehingga rasanya gurih.

Jika opor ayam memiliki kuah agak kental, uta dada berkuah agak encer.

Selanjutnya uta kelo yang berupa sayur daun kelor yang diberi kuah santan berasa gurih. Di dalam sayur ini biasanya terdapat irisan pisang mentah.

Warga Palu biasa menyantap sayur kelor dilengkapi dengan rono, yakni ikan teri yang telah digoreng kering dengan rasa pedas.

Sementara kaledo adalah menu berupa sop tulang kaki sapi yang masih terbalut daging. Daging tersebut mudah lepas dari tulang dan empuk karena direbus sekitar empat jam.

Di dalam tulang kaki sapi tersebut masih terdapat sunsum yang bisa disantap dengan menggunakan sedotan.

Menurut Gladys, berbagai menu khas itu terus diburu masyarakat bahkan warga dari luar Palu seperti Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala, ada juga pengunjung dari Kabupaten Parigi Moutong (100 km dari Kota Palu) yang kebetulan sedang berada di Palu.


Ajang wisata

Animo masyarakat yang tinggi untuk datang ke pasar kuliner ramadhan ini, menurut Wakil Wali Kota Palu Andi Mulhanan Tombolotutu diharapkan bisa mendorong kegiatan ini menjadi ajang wisata.

"Pasar ramadhan harus dikelola dengan benar agar menarik pengunjung," kata Mulhanan saat membuka Pasar Ramadhan di Palu, Sabtu (21/7).

Agar bisa menjadi ajang wisata tahunan, katanya, tenda-tenda pasar ramadhan seharusnya diseragamkan dan ditata sedemikian rupa agar menarik.

Dia berharap Dinas Perindagkop dan UMKM Kota Palu bisa memfasilitasi kebutuhan para pedagang pasar ramadhan dalam hal penyediaan tenda dan lapak.

"Nantinya para pedagang tinggal mengisi barang jualan saja, tanpa memikirkan lapak dan tenda," kata Mulhanan.

Menurut Mulhanan, Pasar Ramadhan di Palu juga bisa menjadi tempat rendez-vous atau pertemuan yang menyenangkan sembari mencari menu berbuka puasa.

Lokasi pasar ramadhan di Lapangan Vatulemo juga dinilai strategis karena berada di tempat yang mudah dijangkau dari segala penjuru mata angin yang ada di Kota Palu.

Pasar Ramadhan di Kota Palu sendiri berlangsung di Lapangan Vatulemo dengan diikuti sekitar 230 penjual dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah.

Ada pula penjual yang berasal dari Gorontalo, Makassar dan Manado.

"Ini menunjukkan pasar ramadhan di Palu sudah dikenal masyarakat secara luas," katanya.

Pasar tersebut mulai beroperasi sejak 15.00 WITA hingga menjelang berbuka puasa. Pasar itu rencananya akan ditutup pada 16 Agustus 2012. 

(R026/R007) 
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © 2012

0 komentar:

Posting Komentar