Bagi orang asli Semarang pasti sudah tudak asing lagi dengan yang namanya Dugderan. Ya, Dugderan adalah tradisi masyarakat Kota Semarang yang diadakan setiap tahunnya sebagai ungkapan rasa syukur akan datangnya bulan Ramadan. Setelah satu minggu heboh dengan dibukanya pasar malam yang diadakan di seputar Pasar Johar dan kawasan jalan Pemuda Semarang, yang pasti tidak ketinggalan dengan Kirab Budaya Dugderannya .
Kirab Budaya Dugderan menyambut datangnya bulan Ramadhan ini digelar hari kamis 19 Juli 2012. Memulai start dari Balai Kota Semarang. Kirab Budaya Dugderan ini merupakan salah satu simbol kemeriahan acara lokal yang ada di Semarang.
Dipimpin Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang berperan sebagai Raden Mas Aryo Purboningrat. Satu per satu peserta pawai berjalan untuk melakukan kirab. Pelepasan peserta ditandai dengan pemukulan beduk oleh Plt Wali Kota. Sedangkan rute yang dilewati oleh rombongan adalah Balaikota, Jalan Pemuda, Masjid Kauman dan finish di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Walaupun hujan yang sempat mengguyur Kota Semarang tapi sama sekali nggak mengurangi meriahnyanya acara ini. Sesampainya di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di jalan Gajah Semarang yang juga merupakan tujuan terakhir dari kirab Budaya Dugderan, robongan disambut oleh tarian warak ngedog dan kelompok perempuan yang memainkan rebana. Nah, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan Shuhuf yang kemudian disusul pemukulan beduk oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo dan dibarengi dengan suara meriam. Nah, bunyi bedug dan meriam itulah yang kemudian menjadi asal mula kata “dugderan”. Suara dug…! kemudian diakhiri dengan suara meriam dengan bunyi, der…! Unik ya.
0 komentar:
Posting Komentar