shutterstock
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi berpandangan bahwa pengembangan budidaya kedelai hitam sebagai bahan pembuatan kecap lebih mungkin untuk dilakukan. Apalagi, menurut dia, kedelai hitam Indonesia salah satu yang terbaik di dunia.
"Sebenarnya, menurut saya, yang bisa kita lakukan mencoba mengembangkan sesuai dengan keunggulan. Indonesia itu ternyata negara terbaik atau kita menghasilkan kedelai hitam, salah satu yang terbaik di dunia," sebut Bayu, di Jakarta, Kamis (26/7/2012).
Bayu menjelaskan, Indonesia sulit untuk meningkatkan produksi kedelai untuk bahan baku pembuatan tahu-tempe karena beberapa hal, yaitu, kedelai adalah tanaman subtropis dan lahan untuk menanam kedelai harus bersaing dengan jagung dan tebu. Angka produksi pun terus turun.
"Sayangnya, tahun lalu produksi turun 6 persen, tahun ini sekitar 8 persen," sambung dia.
Sebagai sebuah solusi, ia lantas menawarkan opsi untuk mengembangkan komoditas yang lebih mempunyai keunggulan. Itu adalah kedelai hitam. Kedelai ini adalah bahan baku untuk membuat kecap. Spesialisasi di budidaya kedelai hitam dinilai lebih baik ketimbang kedelai untuk bahan baku pembuatan tempe-tahu.
"Saya kira ini pilihan yang harus kita lakukan," tandas dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tahun 2011, produksi kedelai lokal hanya 851.286 ton atau 29 persen dari total kebutuhan. Karena itu, Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negeri.
Pada tahun 2012, total kebutuhan kedelai nasional 2,2 juta ton. Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan atau perajin 83,7 persen, industri kecap, tauco, dan lainnya 14,7 persen, benih 1,2 persen, dan untuk pakan 0,4 persen.
Karena anomali cuaca yang melanda Amerika Serikat dan Amerika Selatan, pasokan kedelai pun turun dan harganya melonjak. Harga kedelai internasional pada minggu ke-3 Juli 2012 mencapai 622 dollar AS per ton atau Rp 8.345 per kilogram untuk harga paritas impornya di dalam negeri.
Harga ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tertinggi pada tahun 2011, yaitu bulan Februari sekitar 513 dollar AS per ton atau harga paritas impornya di dalam negeri sekitar Rp 6.536 per kilogram.
Padahal, impor kedelai terbesar Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan jumlah 1.847.900 ton pada tahun 2011. Menyusul impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.825 ton, dan Brasil 13.550 ton.
Hingga saat ini, AS merupakan produsen terbesar kedelai di dunia, di mana kedelai AS diserap oleh China sebanyak 61,5 persen, Meksiko 8,74 persen, Jepang 5,24 persen, dan Indonesia 5,11 persen.
Editor :
Tri Wahono
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar