Jumat, 20 Januari 2012

Film "Edis Paradies 3" undang decak kagum

London (ANTARA News) - Film documenter "Edis Paradies 3: Surga seorang penyelam Swiss di bagian Timur Indonesia", berhasil mengundang decak kagum para penonton yang menghadiri pemutaran film dokumenter avant premiere di sebuah bioskop di Sihlcity, Zurich.

Film dokumentar ini merupakan bagian ke-3, setelah sebelumnya pada tahun 2004 dibuat Edis Paradies 1 dan tahun 2008 Edis Paradies 2, demikian keterangan dari KBRI Bern yang diterima Antara London, Jumat.

Film yang diproduksi Otto C. Honneger untuk sebuah stasiun televisi terbesar di Swiss: SF bercerita tentang surga seorang penyelam Swiss, Edi Frommenwilier, yang sudah sangat fasih berbahasa Indonesia, yang terletak di bagian timur Indonesia tepatnya di daerah Raja Ampat.




 
Raja Ampat (images.detik.com)

Duta Besar Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan beserta Ny Djoko Susilo berkesempatan menghadiri pemutaran film dokumentar tersebut turut merasa bangga dengan pemutaran film ini, yang menurutnya merupakan promosi yang sangat baik bagi tujuan Wisata Eco-Tourism di Indonesia.

Raja Ampat yang terletak di propinsi Papua, yang terdiri dari sekitar 1.500 pulau, diibaratkan seluas wilayah Swiss dengan hanya berkisar 50.000 penduduk, diibaratkan sebagai "Amazon" dunia bawah laut.

Beragam macam jenis ikan yang jarang ditemui, serta keindahan tanaman bawah laut dengan beraneka ragam karang yang terawat dengan baik.

Edi Frommenwiler membangun kapal pertama kali di Indonesia 20 tahun yang lalu, untuk mengunjungi daerah itu. 

Dalam film itu juga ditampilkan kegiatan organisasi lingkungan hidup yang bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat memberikan pendidikan lingkungan kepada penduduk, terutama kepada anak - anak sebagai generasi penerus untuk pengelolaan laut secara berkelanjutan. 

Tim Edis Paradies 3 yang dipengambilan gambarnya dilakukan Edi Frommenwiler dan Otto C. Honegger, berkolaborasi dengan Marion Frederick Honegger, diisi dengan komposisi Musik oleh Martin Villiger.
(ZG/M019)
Editor: B Kunto Wibisono

0 komentar:

Posting Komentar