Suatu masa di era 80an, hampir seluruh anak-anak di Indonesia pernah memiliki tokoh idola yang sama, yang kehadirannya selalu dinanti. Setiap Hari Minggu pukul 09.30 WIB, pasti semua sudah bersiap-siap di depan televisi masing-masing, apa lagi kalau bukan menonton film boneka si Unyil. Saya juga termasuk salah satunya (nah, keliatan banget jadulnya :D ). Tidak boleh ketinggalan pokoknya.
Film boneka yang diproduksi PPFN ini sangat memasyarakat. Sebagai film anak-anak, banyak nilai-nilai yang bisa dipetik untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai sebuah hiburan, pada film ini pun sangat kuat tertanam nilai edukasi, moral dan etika sosial. Kisahnya yang sederhana dan bersahaja adalah potret masyakat pada masa itu. Dengan mengambil peristiwa kehidupan sehari-hari, Si Unyil bolehlah dianggap sebagai tokoh panutan anak-anak. Dia anak yang rajin, pandai, suka menolong temannya, namun tetap sebagai seorang anak yang masih juga sering melakukan kesalahan. Bagaimana dia dan teman-temannya tergiur untuk mencuri jambu dari pohon milik Pak Raden, serta bagaimana saat si unyil terlambat berangkat ke sekolah. Sangat humanis.
Selain si Unyil yang suka memakai sarung dan peci, masih banyak karakter lainnya, ada bapak dan ibu serta adiknya, Kinoy, lalu Ucrit dan Usro, sahabat dekat Unyil. Juga Melani yang pandai danCuplis yang penakut tapi adiknya banyak (dan semua berawalan huruf C). Ada lagi Pak Raden, tokoh berdarah biru yang sangat pelit dan sangat malas kerja bakti, dengan kumis melintangnya, dia memang ditakuti anak-anak, apalagi yang berusaha mencuri jambunya, sangat kebalikan sifatnya dengan Bu Raden yang lembut, baik hati dan dermawan.
Ada Pak Ogah dan Pak Ableh, pengangguran yang malas, kerjanya hanya nongkrong di pos ronda sambil memalak anak-anak. Pak Ogah yang sering mengucapkan “Ogah aaaah!” selalu meminta imbalan setiap dimintai bantuan.. “Cepek dulu dooooong!” Sedangkan pak Ableh hanya mengikuti Pak Ogah saja. Sepertinya ungkapan “Hajar bleeeeh” yang sempat tenar juga berawal dari ucapannya Pak Ogah lho.
Kemudian ada lagi tokoh berkarakter sangat kuat, dia adalah Mbok Bariah, dengan logat Maduranya yang kental, dia berkeliling desa menjajakan rujak jualannya. Tidak ketinggalan, tokoh penjahat dalam film ini pun ada. Seorang buronan polisi yang bersembunyi di hutan. Lalu ada tokoh yang juga sangat menarik perhatian, seorang gila yang selalu mencari anaknya yang hilang. Kadang dia mengejar anak-anak yang sedang bermain. Yang terakhir, tentunya tidak ketinggalan adalah sosok pak lurah dan hansip sebagai pengayom desa. Oh ya, sampai lupa, nama desanya itu Desa Sukatani, desa yang masih asri dan dekat dengan hutan. Sebetulnya masih banyak sih karakter dan tokoh lainnya, cuma nanti terlalu panjang kalau dituliskan satu persatu (bilang aja males :D).
Oh ya, selain sebagai anak yang rajin sembahyang dan suka menolong, si Unyil juga pandai berkesenian lho. Dia dan teman-temannya membentuk sebuah group band dengan nama Band D’ Kill, entah darimana inspirasinya sampai menggunakan nama itu. Band ini sering pentas di panggung sekolah maupun di pentas 17an di desa.
Karakter tokoh Unyil melekat kuat pada masa itu. Dia idola terkuat dan tak tergantikan sampai beberapa tahun ke depan. Saya masih selalu menyaksikan Si Unyil sampai saya SMP, padahal si Unyil masih saja SD, nggak lulus-lulus hehehe. Berbeda dengan masa sekarang, walaupun tokoh Unyil dihadirkan kembali, seperti dalam tayangan “Laptop Si Unyil”, tetap masih kalah bersaing dari karakter film lainnya. Mungkin, kevakuman film anak-anak yang sempat melanda pertelevisian di Indonesia menjadi penyebabnya. Dengan membanjirnya film anak-anak import, khususnya anime Jepang, tentunya sangat mengisi kekosongan pada film anak-anak tadi.
Selain itu, jumlah tayangan yang semakin banyak juga menjadi penyebabnya. Dulu, sarana hiburan sangat terbatas, hanya ada radio dan satu stasiun televisi. Tayangan yang hadir saat itu tentunya bisa menjadi fokus hiburan yang ada. Dibandingkan saat ini, dengan membanjirnya sarana hiburan, baik di televisi, radio, serta media lainnya seperti internet dan gadget, sudah bisa dipastikan, fokus tayangan akan sangat terbagi.
Bisa dikatakan, sampai saat ini film boneka si Unyil belum tergantikan dengan film boneka lainnya. Entah kapan akan ada tokoh film anak, khususnya boneka seperti si Unyil ini, yang bisa menjadi idola bagi anak-anak kita. Mungkin suatu saat nanti akan ada yang menciptakan boneka pengganti si Unyil dan menjadi idola baru.
Hom Pim Pah.. Unyil kucing! … :D
0 komentar:
Posting Komentar