Wayang Landung diciptakan oleh seniman Ciamis bernama Pandu Radea di bulan Agustus 2007. Wayang Landung terbuat dari dedaunan seperti jerami, eurih, kararas, dan janur dengan tinggi 4 meter. Cara memainkannya tidak berbeda dengan wayang golek, tangan wayang landung diberi bambu yang dipegang oleh seorang penari. Berat wayang landung mencapai 30 Kg.
Wayang Landung
Wayang Landung
Atraksi Seni Wayang Landung yang baru seumur jagung, langsung menuai prestasi. Sejak diciptakan awal Agustus 2007 oleh seniman Ciamis Pandu Radea (yang juga wartawan budaya SK Priangan) seni helaran kreasi baru ini mampu menjuarai 2 event besar. Prestasi pertama yang diraih Wayang Landung yaitu tampil sebagai 10 terbaik dalam kegiatan Parade Budaya Nusantara di Bali pada September 2007. Kegiatan prestisius tersebut diikuti oleh 50 peserta dari dalam dan luar negeri. Saat itu Wayang Landung menjadi utusan dari Kabupaten Ciamis sekaligus mewakili Jawa Barat bersama Kabupaten Sumedang.
Kemudian pada even Parade Kemilau Nusantara yang usai diselenggarakan pada 25 November 2007, untuk tingkat Jawa Barat yang diikuti 24 kabupaten, Wayang Landung sebagai andalan Kabupaten Ciamis mampu meraih juara ke 2 setelah kontingen Cirebon yang menjadi juara pertama dengan kesenian Buroq-nya. Sementara juara ke 3 diraih Kabupaten Subang. Sedangkan untuk tingkat Nasional yang diikuti oleh 12 Provinsi, Jawa Barat yang diwakili oleh kesenian Bebegig (Juara 1 tingkat Jawa Barat tahun 2006) yang juga masih berasal dari Kabupaten Ciamis harus mengalah kepada kontingen yang datang dari jauh yaitu Sumatra Barat sebagai juara pertama, disusul oleh Kalimantan Tengah dan Banten.
Hampir seluruh kabupaten menampilkan jenis kesenian tradisi yang ada didaerahnya masing-masing. Untuk wilayah Priangan, Kabupaten Garut menampilkan “Angklung Buncis”, Sumedang menampilkan seni rengkong dalam prosesi “Ampih Pare” , Kotif Banjar “Jampana”, Kota Tasikmalaya menampilkan “Angklung Badud” dan Kabupaten Tasikmalaya menampilkan “Tari Batok” yang dipadukan dengan seni tradisinya.
Menurut Pandu, Prestasi bagi Wayang Landung bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah mengembangkannya di masyarakat. “Wayang Landung mudah dibuat oleh siapa saja, murah pula biayanya karena terbuat dari unsur dedaunan yang ada disekitar rumah, bentuknya pun menarik karena memiliki tinggi 4 meter dengan bentuk Wayang Golek.” Ujar pria yang juga menciptakan dan tengah mengembangkan seni pertunjukan Loyang (longser wayang) dan Wayang Sekar (wayang anak-anak) dalam wadah Komunitas Sangkala Disbudpar Ciamis.
Wayang Landung memang diadaftasi dari beberepa idiom tradisi. bentuknya diambil dari orang-orangan sawah namun wanda dan rupanya dari wayang golek. Terbuat dari jerami, eurih, kararas, dan janur. Memainkan Wayang Landung sama halnya dengan memainkan Wayang Golek, karena tangannya diberi tuding bambu yang dipegang oleh seorang penari yang memanggulnya. Kendati beratnya mencapai 25 kg, namun pemanggulnya dapat bergerak lincah untuk melakukan konfigurasi tari maupun berjalan jauh.
Adanya kreasi-kreasi baru yang diangkat dari nilai ketradisian menurut Pandu merupakan hal penting. Selain memperkaya khazanah seni budaya daerah, hal itu juga wujud dari kreatifitas seniman. “Mungkin puluhan tahun ke depan seni kreasi baru ini akan menjadi tradisi pula seandainya berkembang dimasyarakat” ujar Pandu. Lebih jauh Pandu juga mengatakan bahwa saat ini seni tradisi Indonesia yang merupakan kekayaan intelektual terancam diakui juga oleh negara lain sebagai kesenian aslinya, seperti kasus Angklung, Lagu Rasa Sayange dan terakhir Reog Ponorogo yang diklaim oleh Malaysia.
"Pemerintah harus singkil memberikan perlindungan terhadap Seni Tradisi Indonesia. Baik itu dengan undang-undang hak cipta, maupun dengan semakin memperbanyak event-event budaya di berbagai wilayah agar seni tradisi semakin terpublikasikan lebih luas lagi. Disamping itu banyaknya kegiatan tersebut memberi gairah kepada seniman penggarapnya untuk menampilkan yang terbaik sekaligus meningkatkan daya tarik wisata daerah".
Kemudian pada even Parade Kemilau Nusantara yang usai diselenggarakan pada 25 November 2007, untuk tingkat Jawa Barat yang diikuti 24 kabupaten, Wayang Landung sebagai andalan Kabupaten Ciamis mampu meraih juara ke 2 setelah kontingen Cirebon yang menjadi juara pertama dengan kesenian Buroq-nya. Sementara juara ke 3 diraih Kabupaten Subang. Sedangkan untuk tingkat Nasional yang diikuti oleh 12 Provinsi, Jawa Barat yang diwakili oleh kesenian Bebegig (Juara 1 tingkat Jawa Barat tahun 2006) yang juga masih berasal dari Kabupaten Ciamis harus mengalah kepada kontingen yang datang dari jauh yaitu Sumatra Barat sebagai juara pertama, disusul oleh Kalimantan Tengah dan Banten.
Hampir seluruh kabupaten menampilkan jenis kesenian tradisi yang ada didaerahnya masing-masing. Untuk wilayah Priangan, Kabupaten Garut menampilkan “Angklung Buncis”, Sumedang menampilkan seni rengkong dalam prosesi “Ampih Pare” , Kotif Banjar “Jampana”, Kota Tasikmalaya menampilkan “Angklung Badud” dan Kabupaten Tasikmalaya menampilkan “Tari Batok” yang dipadukan dengan seni tradisinya.
Menurut Pandu, Prestasi bagi Wayang Landung bukanlah tujuan utama. Yang lebih penting adalah mengembangkannya di masyarakat. “Wayang Landung mudah dibuat oleh siapa saja, murah pula biayanya karena terbuat dari unsur dedaunan yang ada disekitar rumah, bentuknya pun menarik karena memiliki tinggi 4 meter dengan bentuk Wayang Golek.” Ujar pria yang juga menciptakan dan tengah mengembangkan seni pertunjukan Loyang (longser wayang) dan Wayang Sekar (wayang anak-anak) dalam wadah Komunitas Sangkala Disbudpar Ciamis.
Wayang Landung memang diadaftasi dari beberepa idiom tradisi. bentuknya diambil dari orang-orangan sawah namun wanda dan rupanya dari wayang golek. Terbuat dari jerami, eurih, kararas, dan janur. Memainkan Wayang Landung sama halnya dengan memainkan Wayang Golek, karena tangannya diberi tuding bambu yang dipegang oleh seorang penari yang memanggulnya. Kendati beratnya mencapai 25 kg, namun pemanggulnya dapat bergerak lincah untuk melakukan konfigurasi tari maupun berjalan jauh.
Adanya kreasi-kreasi baru yang diangkat dari nilai ketradisian menurut Pandu merupakan hal penting. Selain memperkaya khazanah seni budaya daerah, hal itu juga wujud dari kreatifitas seniman. “Mungkin puluhan tahun ke depan seni kreasi baru ini akan menjadi tradisi pula seandainya berkembang dimasyarakat” ujar Pandu. Lebih jauh Pandu juga mengatakan bahwa saat ini seni tradisi Indonesia yang merupakan kekayaan intelektual terancam diakui juga oleh negara lain sebagai kesenian aslinya, seperti kasus Angklung, Lagu Rasa Sayange dan terakhir Reog Ponorogo yang diklaim oleh Malaysia.
"Pemerintah harus singkil memberikan perlindungan terhadap Seni Tradisi Indonesia. Baik itu dengan undang-undang hak cipta, maupun dengan semakin memperbanyak event-event budaya di berbagai wilayah agar seni tradisi semakin terpublikasikan lebih luas lagi. Disamping itu banyaknya kegiatan tersebut memberi gairah kepada seniman penggarapnya untuk menampilkan yang terbaik sekaligus meningkatkan daya tarik wisata daerah".
Sumber:http://www.wisataciamis.com
0 komentar:
Posting Komentar