Situs Batujaya, Kerangka Manusia Prasejarah & Tarumanagara. Terbesar di Asia Tenggara
Di kawasan situs Batujaya terdapat peninggalan dari masa klasik. Kawasan Batujaya mencakup wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 5 km2, terbentang pada koordinat 06°02’52,10” - 06°03’34,17” Lintang Selatan dan 107°09’01,00” - 107°09’05,91” Bujur Timur. Secara administratif kawasan ini termasuk di wilayah Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan desa Telagajaya Kecamatan Pakisjaya. Situs berada tidak jauh dari dari garis pantai utara Laut Jawa, pada areal persawahan dan sebagian pada areal pemukiman penduduk. Di sebelah selatan situs terdapat aliran Sungai Citarum. Sungai dan persawahan tidak pernah mengalami masa kering. Sepanjang tahun basah oleh genangan dan air resapan.
Penelitian di kawasan situs Batujaya dimulai tahun 1975-1976 berupa penelitian penjajagan. Selanjutnya pada 1984 dilakukan penelitian (ekskavasi) oleh Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Sejak itu kemudian dilakukan peneitian lebih intensif yang dilakukan oleh berbagai lembaga antara lain FS UI, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah (Ditlinbinjarah(, Universitas Tarumanagara (Untar), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), dan Balai Arkeologi (Balar) Bandung.
Tinggalan arkeologis di Batujaya hingga tahun 2000 telah ditemukan 24 situs tersebar di Desa Segaran dan Telagajaya. Di Desa Segaran ditemukan 13 situs dan di Telagajaya 11 situs. Dari ke-24 situs ini terdapat beberapa situs yang telah diekskavasi dan menampakkan sisa bangunan candi. Gundukan tanah yang di dalamnya berisi reruntuhan bata-bata kuno masyarakat menyebutnya dengan istilah ‘unur’. Situs tersebut antara lain Segaran I (SEG I atau Unur Jiwa), Segaran III (SEG III atau Unur Damar), Segaran IV (SEG IV), Segaran V (SEG V atau Unur Blandongan), Segaran IX (SEG IX atau Situs Kolam), Telagajaya I (TLJ I atau Unur Serut), Telagajaya V (TLJ V atau Unur Asem), dan Telagajaya VIII (TLJ VIII).
Unur Jiwa telah berhasil diekskavasi semuanya dan pemugaran dimulai sejak tahun 1997 hingga 2004. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 427" Lintang Selatan dan 107° 09' 287" Bujur Timur. Bangunan candi yang ada tinggal bagian kaki dan sedikit bagian atas sisa tubuh candi. Bangunan candi berdenah bujursangkar berukuran 19x19 m. Tinggi bagian yang tersisa 4,7 m. Orientasi bangunan ke arah tenggara – baratlaut. Karena tidak ditemukan adanya tangga atau pintu masuk maka arah hadapnya tidak diketahui. Di bagian atas bangunan terdapat susunan bata yang membentuk bujur sangkar dan susunan bata yang melingkar konsentris membentuk menyerupai kelopak bunga teratai.
Bangunan di Unur Jiwa ini sekarang sudah selesai dipugar. Pada papan nama yang terdapat di lokasi itu disebut dengan nama Candi Jiwa. Dengan selesainya pemugaran tampak bahwa profil kaki terdiri pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Sambungan bata pada bagian kaki menunjukkan penggunaan lapisan perekat tipis berwarna putih. Lapisan ini biasa disebut dengan stuco. Pada permukaan bata juga ada yang masih menyisakan lapisan stuco. Berdasarkan jejak seperti itu diperkirakan bahwa dinding bangunan dahulu ditutup dengan lapisan stuco.
Di bagian atas terdapat struktur bata melingkar berdiameter sekitar 6 m. Bagian ini mungkin merupakan dasar stupa atau lapik suatu teras. Bagian yang menakjubkan juga terdapat di permukaan atas, yaitu pada sisi-sisinya dibuat bergelombang sehingga memunculkan kesan kelopak bunga teratai yang sedang mekar.
Di Unur Damar (SEG III) terdapat sisa bangunan berupa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang berukuran 20 X 15 m. Pada sisi barat laut terdapat bagian tangga yang kondisinya sudah melesak. Di situs SEG IV juga terdapat sisa bangunan berdenah bujur sangkar berukuran 6,5 X 6,5 m dengan tinggi yang tersisa 1 m. Di bagian sisi tenggara terdapat struktur yang menjorok ke luar seperti sisa bagian tangga.
Unur Blandongan (SEG VI) merupakan unur yang luasnya relatif sama dengan Unur Jiwa. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 351" Lintang Selatan dan 107° 09' 203" Bujur Timur. Di Unur Blandongan terdapat bangunan candi berdenah bujur sangkar dengan ukuran 25 X 25 m. Pada keempat sisinya terdapat anak tangga. Bagian bawah bangunan terdapat bagian selasar (lorong) yang memisahkan dinding selasar dengan badan bangunan yang berlapik. Lapik bangunan berukuran 12 X 12 m. Pada bagian lapik ini terdapat badan bangunan berukuran 10 X 10 m. Ekskavasi di situs ini menemukan sejumlah tablet yang bergambar relief Buddha. Sebagian di antaranya ada yang bertulisan dengan huruf Pallawa. Selain itu juga ditemukan beberapa batu bergores. Unur Blandongan sekarang dalam tahap renovasi.
Bangunan yang tampak di situs SEG IX berupa bangunan kolam berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 7,35 X 10,55 m. Ketebalan dinding rata-rata 1,7 m m kecuali dinding sisi timur laut dengan ketebalan lebih dari 4 m. Kedalaman kolam belum diketahui.
Unur Serut (TLJ I) berada pada koordinat 06° 03' 359" Lintang Selatan dan 107° 09' 052" Bujur Timur. Di situs ini terdapat empat bangunan. Bangunan TLJ IA belum seluruhnya terungkap. Bangunan ini berupa kaki candi dengan ukuran panjang yang sudah digali 22 m dan lebar 10 m. Bangunan TLJ IB sudah sangat rusak. Dari sisa yang ada diperkirakan berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 8,5 m. Bangunan TLJ IC berdenah empat persegi dengan panjang sisi 6 m. Pada sisi timur laut terdapat tangga. Bangunan ini dilepa dan dihiasi ornamen yang terbuat dari bahan semen kapur (stucco). beberapa hiasan berupa kepala arca manusia dan binatang dari bahan stucco juga ditemukan dalam runtuhan di bagian luar kaki bangunan candi. Halaman di sekitar bangunan kemungkinan pernah mengalami pengurugan. Permukaan halaman kemudian ditutup dengan lapisan plester dari bahan stucco. Bangunan TLJ ID merupakan kolam. Struktur yang masih tersisa berupa tembok memanjang yang menyiku di dasar kolam.
Bangunan di situs TLJ V (Unur Asem) berdenah bujur sangkar berukuran 10 X 10 m. Candi ini dilengkapi dua tangga berada di sisi tenggara dan timur laut. Tangga yang berada di sisi tenggara dibangun lebih kemudian dari tangga yang berada di sisi timur laut. Di bagian atas sisa bangunan nampak susunan bata yang berdenah lingkaran konsentris.
Ekskavasi di situs TLJ VIII telah menampakkan sisa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Pada sisi timur laut dilengkapi tangga. Di bagian tengah bangunan ini terdapat sumuran dengan ukuran 1,80 X 1,75 m.
Berdasarkan bentuk bangunan dan beberapa tinggalan arkeologik yang ada dapat dipastikan bahwa bangunan candi di kawasan Batujaya berlatarkan pada Buddha. Kawasan situs Batujaya diperkirakan berkaitan dengan Kerajaan Tarumanegara. Analisis terhadap C14 menunjukkan umur tertua dari abad ke-2 dan termuda dari abad ke-12. Keramik asing yang ditemukan menunjukkan keramik yang diproduksi dari abad ke-9 – 14 M.
Beberapa runtuhan bangunan candi tersebut sekarang dalam pemugaran. Candi Jiwa merupakan yang pertama kali selesai dipugar. Pada saat ini yang dalam proses pemugaran adalah Candi Blandongan. Beberapa candi yang lain masih dalam tahap penelitian.
Karena masing-masing candi terpisahkan sawah, maka dibangunlah jalan setapak dengan lebar 1 m yang menghubungkan antara Candi Jiwa dan Blandongan. Untuk ke candi yang lain bisa melewati jalan pematang sawah.
Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/
http://forum.vivanews.com
Di kawasan situs Batujaya terdapat peninggalan dari masa klasik. Kawasan Batujaya mencakup wilayah yang cukup luas yaitu sekitar 5 km2, terbentang pada koordinat 06°02’52,10” - 06°03’34,17” Lintang Selatan dan 107°09’01,00” - 107°09’05,91” Bujur Timur. Secara administratif kawasan ini termasuk di wilayah Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan desa Telagajaya Kecamatan Pakisjaya. Situs berada tidak jauh dari dari garis pantai utara Laut Jawa, pada areal persawahan dan sebagian pada areal pemukiman penduduk. Di sebelah selatan situs terdapat aliran Sungai Citarum. Sungai dan persawahan tidak pernah mengalami masa kering. Sepanjang tahun basah oleh genangan dan air resapan.
Penelitian di kawasan situs Batujaya dimulai tahun 1975-1976 berupa penelitian penjajagan. Selanjutnya pada 1984 dilakukan penelitian (ekskavasi) oleh Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Sejak itu kemudian dilakukan peneitian lebih intensif yang dilakukan oleh berbagai lembaga antara lain FS UI, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah (Ditlinbinjarah(, Universitas Tarumanagara (Untar), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), dan Balai Arkeologi (Balar) Bandung.
Tinggalan arkeologis di Batujaya hingga tahun 2000 telah ditemukan 24 situs tersebar di Desa Segaran dan Telagajaya. Di Desa Segaran ditemukan 13 situs dan di Telagajaya 11 situs. Dari ke-24 situs ini terdapat beberapa situs yang telah diekskavasi dan menampakkan sisa bangunan candi. Gundukan tanah yang di dalamnya berisi reruntuhan bata-bata kuno masyarakat menyebutnya dengan istilah ‘unur’. Situs tersebut antara lain Segaran I (SEG I atau Unur Jiwa), Segaran III (SEG III atau Unur Damar), Segaran IV (SEG IV), Segaran V (SEG V atau Unur Blandongan), Segaran IX (SEG IX atau Situs Kolam), Telagajaya I (TLJ I atau Unur Serut), Telagajaya V (TLJ V atau Unur Asem), dan Telagajaya VIII (TLJ VIII).
Unur Jiwa telah berhasil diekskavasi semuanya dan pemugaran dimulai sejak tahun 1997 hingga 2004. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 427" Lintang Selatan dan 107° 09' 287" Bujur Timur. Bangunan candi yang ada tinggal bagian kaki dan sedikit bagian atas sisa tubuh candi. Bangunan candi berdenah bujursangkar berukuran 19x19 m. Tinggi bagian yang tersisa 4,7 m. Orientasi bangunan ke arah tenggara – baratlaut. Karena tidak ditemukan adanya tangga atau pintu masuk maka arah hadapnya tidak diketahui. Di bagian atas bangunan terdapat susunan bata yang membentuk bujur sangkar dan susunan bata yang melingkar konsentris membentuk menyerupai kelopak bunga teratai.
Bangunan di Unur Jiwa ini sekarang sudah selesai dipugar. Pada papan nama yang terdapat di lokasi itu disebut dengan nama Candi Jiwa. Dengan selesainya pemugaran tampak bahwa profil kaki terdiri pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara), dan pelipit setengah lingkaran (kumuda). Sambungan bata pada bagian kaki menunjukkan penggunaan lapisan perekat tipis berwarna putih. Lapisan ini biasa disebut dengan stuco. Pada permukaan bata juga ada yang masih menyisakan lapisan stuco. Berdasarkan jejak seperti itu diperkirakan bahwa dinding bangunan dahulu ditutup dengan lapisan stuco.
Di bagian atas terdapat struktur bata melingkar berdiameter sekitar 6 m. Bagian ini mungkin merupakan dasar stupa atau lapik suatu teras. Bagian yang menakjubkan juga terdapat di permukaan atas, yaitu pada sisi-sisinya dibuat bergelombang sehingga memunculkan kesan kelopak bunga teratai yang sedang mekar.
Di Unur Damar (SEG III) terdapat sisa bangunan berupa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang berukuran 20 X 15 m. Pada sisi barat laut terdapat bagian tangga yang kondisinya sudah melesak. Di situs SEG IV juga terdapat sisa bangunan berdenah bujur sangkar berukuran 6,5 X 6,5 m dengan tinggi yang tersisa 1 m. Di bagian sisi tenggara terdapat struktur yang menjorok ke luar seperti sisa bagian tangga.
Unur Blandongan (SEG VI) merupakan unur yang luasnya relatif sama dengan Unur Jiwa. Situs ini berada pada koordinat 06° 03' 351" Lintang Selatan dan 107° 09' 203" Bujur Timur. Di Unur Blandongan terdapat bangunan candi berdenah bujur sangkar dengan ukuran 25 X 25 m. Pada keempat sisinya terdapat anak tangga. Bagian bawah bangunan terdapat bagian selasar (lorong) yang memisahkan dinding selasar dengan badan bangunan yang berlapik. Lapik bangunan berukuran 12 X 12 m. Pada bagian lapik ini terdapat badan bangunan berukuran 10 X 10 m. Ekskavasi di situs ini menemukan sejumlah tablet yang bergambar relief Buddha. Sebagian di antaranya ada yang bertulisan dengan huruf Pallawa. Selain itu juga ditemukan beberapa batu bergores. Unur Blandongan sekarang dalam tahap renovasi.
Bangunan yang tampak di situs SEG IX berupa bangunan kolam berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 7,35 X 10,55 m. Ketebalan dinding rata-rata 1,7 m m kecuali dinding sisi timur laut dengan ketebalan lebih dari 4 m. Kedalaman kolam belum diketahui.
Unur Serut (TLJ I) berada pada koordinat 06° 03' 359" Lintang Selatan dan 107° 09' 052" Bujur Timur. Di situs ini terdapat empat bangunan. Bangunan TLJ IA belum seluruhnya terungkap. Bangunan ini berupa kaki candi dengan ukuran panjang yang sudah digali 22 m dan lebar 10 m. Bangunan TLJ IB sudah sangat rusak. Dari sisa yang ada diperkirakan berdenah bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 8,5 m. Bangunan TLJ IC berdenah empat persegi dengan panjang sisi 6 m. Pada sisi timur laut terdapat tangga. Bangunan ini dilepa dan dihiasi ornamen yang terbuat dari bahan semen kapur (stucco). beberapa hiasan berupa kepala arca manusia dan binatang dari bahan stucco juga ditemukan dalam runtuhan di bagian luar kaki bangunan candi. Halaman di sekitar bangunan kemungkinan pernah mengalami pengurugan. Permukaan halaman kemudian ditutup dengan lapisan plester dari bahan stucco. Bangunan TLJ ID merupakan kolam. Struktur yang masih tersisa berupa tembok memanjang yang menyiku di dasar kolam.
Bangunan di situs TLJ V (Unur Asem) berdenah bujur sangkar berukuran 10 X 10 m. Candi ini dilengkapi dua tangga berada di sisi tenggara dan timur laut. Tangga yang berada di sisi tenggara dibangun lebih kemudian dari tangga yang berada di sisi timur laut. Di bagian atas sisa bangunan nampak susunan bata yang berdenah lingkaran konsentris.
Ekskavasi di situs TLJ VIII telah menampakkan sisa bagian kaki candi berdenah empat persegi panjang dengan ukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Pada sisi timur laut dilengkapi tangga. Di bagian tengah bangunan ini terdapat sumuran dengan ukuran 1,80 X 1,75 m.
Berdasarkan bentuk bangunan dan beberapa tinggalan arkeologik yang ada dapat dipastikan bahwa bangunan candi di kawasan Batujaya berlatarkan pada Buddha. Kawasan situs Batujaya diperkirakan berkaitan dengan Kerajaan Tarumanegara. Analisis terhadap C14 menunjukkan umur tertua dari abad ke-2 dan termuda dari abad ke-12. Keramik asing yang ditemukan menunjukkan keramik yang diproduksi dari abad ke-9 – 14 M.
Beberapa runtuhan bangunan candi tersebut sekarang dalam pemugaran. Candi Jiwa merupakan yang pertama kali selesai dipugar. Pada saat ini yang dalam proses pemugaran adalah Candi Blandongan. Beberapa candi yang lain masih dalam tahap penelitian.
Karena masing-masing candi terpisahkan sawah, maka dibangunlah jalan setapak dengan lebar 1 m yang menghubungkan antara Candi Jiwa dan Blandongan. Untuk ke candi yang lain bisa melewati jalan pematang sawah.
Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/
http://forum.vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar